Jisoo merasa perlu mematahkan hidung Seokmin. Terlalu panjang. Seperti Pinokio. Membuat khawatir kalau-kalau pemuda itu akan membuat banyak kebohongan.
_____1. Harus sudah sampai di apartemen Seokmin di jam 5 sore.
2. Tidak perlu melakukan apa pun, cukup duduk manis menemani Seokmin mengerjakan tugas kuliah.
3. Baru boleh pulang pada jam 10 malam.Peraturan ringan yang telah disampaikan Seokmin sesaat setelah mereka berjabatan tangan terus terngiang-ngiang di kepala Jisoo. Meski bukan peraturan tertulis, 3 peraturan yang begitu sederhana itu berhasil menempel kuat. Jisoo terdiam di ruang tengah. Memandangi televisi rusak yang sejak awal Jisoo memang tidak berminat untuk memperbaiki. Mengajukan banyak pertanyaan di dalam benak.
Apakah Seokmin memiliki maksud jahat?
Apakah pekerjaan itu adalah jebakan?Ditambah lagi bentuk hidung Seokmin yang sangat mencurigakan. Terlalu panjang. Persis seperti Pinokio. Apakah hidung itu adalah tanda-tanda bahwa Seokmin sering berbohong? Apakah Jisoo harus mematahkan hidung itu agar Seokmin mau bicara jujur kepadanya?
Tapi jika diperhatikan dengan jeli, penampilan Seokmin sama sekali tidak menggambarkan sosok pelaku kejahatan. Murni seperti seorang anak muda yang baru pertama kali merasakan bagaimana manisnya jatuh cinta. Bukan narsis, namun Jisoo bisa membaca perasaan pemuda itu dengan jelas. Selama ini Seokmin menguntit karena tertarik kepadanya.
"Huaa!" Jisoo berteriak lantang.
Kaki terangkat, menendang meja. Berdiri seperti seorang raksasa. Kaki dihentakkan kencang, hingga berpotensi merubuhkan rumah susun 6 lantai. Hanya beberapa langkah, terhenti otomatis begitu ingat dengan Lee Seokmin. Menengok ke arah jendela. Korden jendela ruang tengah itu berwarna cokelat. Tertutup, namun berkibar ke arah kiri, kanan, depan, belakang, akibat tiupan kencang kipas angin yang menyala. Kibarannya seolah berusaha menarik perhatian Jisoo. Menelan ludah, kaki berjingkit. Banyak berdo'a sebelum menyingkap sedikit.
Tepat. Dugaan Jisoo 100 persen benar. Saat Jisoo mengintip jendela, Seokmin tengah melancarkan aksi menguntitnya di balkon. Melambai tinggi bersama teropong kecil di tangan.
"Oh astaga!" Jisoo memekik kaget.
Termundur. Menabrak meja. Kaki meja menghantam jempol kaki. Rasanya sakit luar biasa. Jisoo berteriak kencang. Kesal bukan main. Seokmin benar-benar sedang mempermainkannya.
Karena sudah mendapat pekerjaan baru, Jisoo tidak perlu menghemat makanan lagi, bukan? Setelah 2 hari terakhir ia hanya menyantap roti dan ramyeon instan, akhirnya malam ini Jisoo bisa mengisi perut dengan nasi. Nasi goreng spesial, karena ditambah telur dan kornet. Jangan pernah membahas kornet itu datang dari mana. Jisoo akan melempari kalian dengan kaleng kornet kosong jika melakukannya. Bertepuk tangan bahagia. Nasi goreng spesial telah terhidang untuk memanjakan perut kempis Jisoo.
Masuk lift, berhenti di lantai 4. Jisoo memperhatikan setiap nomor yang tertera di depan pintu. Mencocokkan nomornya dengan nomor kamar yang Jisoo dapat melalui pesan singkat. Dikirim langsung oleh Seokmin tadi pagi. Nomor 86. Belok ke kiri, semakin dekat dengan nomor apartemen Seokmin. Tiba-tiba saja napas Jisoo tersendat. Kemungkinan besar telah tertinggal di dalam lift. Jisoo segera berbalik lagi untuk mengambil napasnya. Menghirup banyak-banyak sebagai cadangan. Hampir semenit berlalu, barulah Jisoo coba mendatangi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Boy (✓)
Fiksi Penggemar[SEOKSOO GS Fanfiction] Sugar Boy? Satu buah tamparan langsung Seokmin terima begitu tawaran kerja nyeleneh itu diucapkan. Gila memang. Jisoo sampai tidak habis pikir. Tapi nyatanya, tawaran kerja dari Seokmin yang sangat tidak masuk akal itu akhirn...