Jisoo takut. Si penguntit terus berlari mengejarnya. Akan tetapi, ketakutan Jisoo telah dikalahkan oleh beratnya realita kehidupan.
_____Ini adalah pertama kalinya Jisoo bangun pagi di siang hari. Saat membuka mata, matahari sudah bersinar terik di luar sana. Hingga memaksa masuk dengan menembuskan cahayanya dari balik korden berwarna kuning kusam di dalam kamar Jisoo. Mengingat bahwa tidak ada lagi pekerjaan yang menunggu dikerjakan karena sudah dipecat, Jisoo menarik selimut kembali. Mengeluh. Rasa frustrasi menjadi pembuka hari yang begitu buruk. Jisoo jadi kehilangan gairah hidup.
Tapi benar, kan? Percuma saja ia bangun pagi-pagi. Tidak ada pekerjaan yang menunggunya. Mencari pekerjaan baru? Tenang, Jisoo akan melakukannya setelah berhasil menangkap nyawanya yang hingga sekarang pun masih berterbangan tidak tentu arah. Mengitari kamar.
Jisoo kembali tertidur. Lama. Sangat amat lama. Hingga pada akhirnya, ia lagi-lagi terbangun berkat ponsel genggam yang berdering dengan nyaring. Penuh umpatan Jisoo berusaha menangkap nyawanya sendiri. Kembali masuk ke dalam tubuh, terhuyung mengangkat panggilan telepon. Tanpa berminat melihat nama siapa yang tertera pada layar.
"Ya?" Jisoo menyambut. Suara khas seseorang yang baru saja bangun tidur amat jelas terdengar.
"Kamu baru bangun? Tidak bekerja?"
Dalam hitungan detik, Jisoo bisa mengenali suara siapa yang ada di seberang sana. Seolah sedang diinterogasi oleh malaikat pencabut nyawa, nyawa Jisoo hampir saja meloncat kabur. Nyawa itu ditariknya secara paksa. Memukul dada untuk membenarkan posisi. Berhasil mendudukkan diri. Mata Jisoo yang penuh dengan kerak dipaksa terbuka. Siap merengek, mengingat bagaimana nasibnya sekarang. "Mama..."
"Astaga anak ini... Apa yang terjadi, hng? Kamu dipecat lagi?"
Jisoo merengut dibuatnya. Kenapa juga harus membubuhkan kata lagi? Bikin kesal saja. Mood Jisoo semakin melayang entah ke arah mana. Bahkan nyawanya yang sempat ditarik paksa mulai melakukan pemberontakan. Hendak keluar saja dari tubuh kecil itu. Biarlah hari ini libur dulu. Besok baru mulai keluar dari sarang dan mencari sumber pemasukan baru. Lagipula ia masih memiliki pekerjaan lain. Tidak benar-benar menganggur.
Menyadari anaknya diam saja, Mama Hong kembali mengomel. "Jangan mentang-mentang tidak bekerja, kamu jadi bangun sesiang ini. Cepat mandi, makan, lalu keluar dari gubuk itu. Cari pekerjaan, atau mau mama jodohkan saja dengan anaknya teman mama?"
"Ya! Aku bisa mencari jodoh sendiri, tidak usah dicarikan!" Jisoo memberi respon cepat. Bahkan lebih cepat dari kuda petarung di tengah medan peperangan. Jujur saja, Jisoo begitu sensitif jika mamanya menyinggung masalah perjodohan seperti ini. Ucapan itu memberi kesan bahwa Jisoo sudah benar-benar tidak laku lagi. Padahal... Yah, Jisoo memang tidak laku. Sepertinya? Entahlah... Tapi yang jelas, ponsel genggam Jisoo begitu sepi dari chat lawan jenis.
"Mama tidak mau tahu. Cari pekerjaan dan kekasih sekarang juga, atau mama jodohkan kamu dengan anaknya teman mana!"
Sambungan telepon terputus. Jisoo memandangi ponsel genggamnya penuh dengan perasaan kesal. Seakan-akan ponselnya itu adalah mamanya yang tadi mengomel. Jisoo menjatuhkan tubuhnya lagi. Terhempas dan mendarat tepat di atas bantal. Memutar posisi ke sebelah kanan. Menjangkau korden kamar menggunakan kaki pendeknya yang kurus.
Debu berterbangan. Tidak heran. Bahkan Jisoo lupa kapan terakhir kali ia membuka korden kamar. Biasanya hanya korden ruang tengah. Berangkat kerja pagi, pulang sore menjelang malam. Membuatnya enggan membuka korden kamar. Lagipula untuk apa? Percuma saja. Lain halnya dengan jendela ruang tengah yang dijejeri tanaman hingga wajib dibuka setiap pagi.
Tapi ngomong-ngomong... Jisoo belum membuka korden jendela ruang tengahnya hari ini.
Berhasil terbuka sedikit, cahaya matahari masuk secara bergerombolan. Menyilaukan mata. Perempuan Hong itu mengerang lagi. Entah kesal pada siapa. Mengambil guling, berputar ke kiri. Membelakangi jendela. Secara perlahan matanya mulai tertutup rapat. Mempersilakan nyawanya kembali keluar dari tubuh, lalu melayang bebas mengitari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Boy (✓)
Fanfic[SEOKSOO GS Fanfiction] Sugar Boy? Satu buah tamparan langsung Seokmin terima begitu tawaran kerja nyeleneh itu diucapkan. Gila memang. Jisoo sampai tidak habis pikir. Tapi nyatanya, tawaran kerja dari Seokmin yang sangat tidak masuk akal itu akhirn...