Cry

6K 663 58
                                        

Minho tidak bisa terlelap. Pikirannya berantakan dan perutnya keroncongan. Dia memutuskan untuk bangkit dan menuju dapur, hendak membuat sesuatu untuk mengganjal perut. Lagipula, makanan biasanya bisa meningkatkan moodnya.

Sendirian. Hening. Anak-anak sudah tertidur selepas konser tadi. Mereka pasti lelah. Ya, paling tidak mata mereka pasti lelah selepas menangis tadi.

Minho sekali lagi dibuat terkagum oleh fansnya. Mereka benar-benar luar biasa. Biarpun terlihat cuek, Minho juga memiliki rasa cinta yang sama besarnya ke fans mereka.

Hening menemani Minho di dapur malam ini. Dan keheningan itu membuat pikirannya terputar ke kejadian sekian jam yang lalu. Saat video dari Stay diputar, saat Hyunjin menangis karena takut ditinggalkan, saat Changbin yang paling jarang menangis tiba-tiba sesenggukan.

Minho menjeda kegiatan memotongnya saat merasakan matanya memanas. Dia tidak menangis tadi. Atau setidaknya berusaha untuk tidak menangis. Kalau mereka semua menangis, siapa yang akan menenangkan, 'kan?

Dan sungguh, keheningan malam ini membuat perasaannya meledak. Matanya kembali memanas mengingat kado ulang tahun terburuknya tahun ini. Minho berharap ini hanya mimpi buruk, tapi tidak. Waktu terus berjalan dan mereka harus terus melanjutkan, meskipun menyakitkan.

Air matanya menetes, membasahi wortel yang sudah dia potong. Bagaimana Minho mau melanjutkan kegiatan memotongnya jika matanya berlinang seperti ini?

Minho menyerah. Tidak sanggup menahan perasaannya lebih lama. Dia menyandarkan lengannya di meja dapur lalu membiarkan perasaannya meluap begitu saja. Air matanya menetes deras dan Minho mati-matian menahan suaranya agar tidak menganggu member lain.

Saat itu, Minho merasakan sentuhan di pundaknya, membuatnya reflek mengusap air matanya dengan kasar lalu berbalik untuk melihat siapa empunya tangan itu.

Chan, pemimpin mereka.

"Aku pikir," Minho sengaja batuk karena merasa suaranya serak, "Chan-Hyung sudah tidur."

Chan tidak menjawab. Pemuda yang baru saja mengganti warna rambutnya itu hanya tersenyum lalu merentangkan tangannya.

Minho ikut tersenyum lalu menghambur ke pelukan Chan. Dia menyembunyikan wajahnya di bahu pemuda itu lalu menangis sejadinya di sana, membiarkan bahu Chan menjadi peredam suaranya.

Chan menahan tangisnya, merasa menyesal karena harusnya dia yang menahan tangisnya saat konser tadi, bukan Minho. Dia mengusap punggung pemuda di pelukannya ini, berharap bisa memberikan ketenangan, lalu ikut menyandarkan kepalanya di bahu Minho. "Jangan pernah nangis sendirian. Kamu punya kita."

Minho mengeratkan pelukannya, semakin membasahi baju Chan dengan air matanya. "M-maaf."

"Kenapa harus minta maaf?" Chan merasa deja vu, kembali teringat saat Minho tereliminasi di acara survival mereka dua tahun silam. Dia menahan tangisnya sekuat tenaga, "Aku yang seharusnya minta maaf. Aku ga bisa menjaga tim ini."

Minho hanya menggeleng, dia tahu, Chan pasti merasakan gelengannya. Dia melepas pelukannya lalu mengusap wajahnya kasar. Dia lalu menatap Chan. "Kita tau, Hyung sudah berusaha, sudah melakukan yang terbaik. Dan itu cukup, meskipun hasilnya menyakitkan."

Chan menunduk dan Minho mau meminjamkan bahunya untuk pemuda itu. "Maaf, harus kasih kamu kado ulang tahun terburuk tahun ini."

Minho menggeleng lagi. Dia mengusap punggung Chan. "Selalu ada yang lebih buruk, Hyung."

×××

SIAPA YANG TARUH BAWANG DI SINI?

Bianglala +banginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang