🔞That Cutie Little Things

5K 307 65
                                    

BANGINHO as Stray Babies' parents

×××

"Dadda pulang!" seru Chan tidak dihiraukan anak-anaknya yang sedang sibuk dengan sesuatu di tengah ruang tamu sana. Dia menatap bingung sampai menyadari di pintu kamarnya ada Minho yang terlihat gugup. Gugup? Keduanya bertemu tatap dan Minho memberi kode untuk menghampiri anak-anak, mengambil apapun yang sedang dimainkan mereka saat ini.

Chan masih bingung tapi menurut. Dia menghampiri anak-anak, "Hey! Asik ngapain, sih? Dadda dateng ga disambut?"

"Dadda!" Felix menjadi yang pertama menoleh dan memeluk ayahnya. "Itu Bang Njin tadi liat remote, tapi ga tau remote apa."

"Remote?" Chan berusaha melirik benda yang ada di tangan Hyunjin lalu kembali melirik Minho yang masih terlihat gugup di pintu kamar. Sepertinya, Chan tau apa yang terjadi.

"Njin, boleh Dadda pinjem mainannya?"

"Tapi Njin yang ketemu, Dadda! Punya Njin!"

Chan terkekeh sebelum membisikan sesuatu ke telinga Hyunjin yang membuat Hyunjin segera menyerahkan remote di tangannya ke Chan dengan wajah sumringah.

"Kalian bisik-bisik apa?! Abin ga diajak?"

"Kak Abin bawel." ledek Hyunjin sebelum beralih ke Seungmin, "Umin-Umin, kita bobo, yuk!"

"Tadi itu remote mobil-mobilan siapa, Abang Njin?" tanya Seungmin polos sambil mengikuti kakaknya ke kamar mereka. Tidak lupa mengucapkan selamat malam kepada Minho yang masih berdiri di pintu kamar.

"Dadda! Bilang ngga, tadi bisik-bisik apa?"

"Dadda cuma suruh Njin bobo, biar besok pagi kita bisa jalan-jalan!"

"Jalan-jalan?" mata anak-anak sontak berbinar bahagia.

"Kalo kalian mau ikut juga, bobo sekarang biar besok ngga kesiangan!"

Dan dengan begitu, anak-anak segera memasuki kamar mereka masing-masing. Setelah memastikan mereka tidur di ranjang masing-masing, Chan menghampiri Minho yang sudah menghela nafas lega di depan pintu kamar.

"Mas, remotenya—"

"Explain this." tanya Chan menunjukan remote di tangannya kepada Minho.

Minho menggigit bibirnya gugup, "Anu.. itu—ah!" dia mendesah tiba-tiba saat Chan menekan salah satu tombol di remote itu. Minho reflek menutup mulutnya, anak-anak tidak boleh sampai tidak jadi tidur karena ulahnya.

"Jadi, kamu pake itu sekarang?" Chan menekan tombol yang sama sekali lagi, membuat wajah Minho semakin memerah.

Minho tidak kuat menahan bobotnya saat Chan menekan tombol yang sama sekali lagi. Dia reflek menyandarkan tangannya pada bahu Chan dan memberikan tatapan memohon, "Mas, aku—"

"Aku ga cukup buat kamu ya, Dek?"

Minho menggeleng, masih berusaha menahan bobot tubuhnya dibahu Chan, juga menahan agar desahannya tidak lolos begitu saja. Mereka masih di lorong! Belum masuk kamar!

"Ngga—ngga gitu, Mas—" mata Minho perlahan menatap bibir Chan. Dia hendak menyambarnya, tapi Chan mencegahnya.

"Enak, ya? Keliatan banget dari suaramu."

"Mas.." Minho tidak tahan, dia sungguh ingin menyambar bibir itu dan celananya sungguh sangat sesak. Sesuatu di belakang sana tidak cukup untuknya. Dia... dia ingin Chan menyentuhnya juga.

"Mas.. maaf—" Minho menggigit bibirnya sendiri dengan mata terpejam saat akhirnya mendapat klimaksnya. Nafasnya terengah dan mata sayunya menatap wajah Chan yang terlihat kecewa.

Chan mematahkan remote di tangannya, membuat sesuatu yang mengacak-acak Minho sedari tadi berhenti bergerak. "Kenapa, Dek? Aku butuh..," dia menghela nafas sekilas sebelum melanjutkan, "Aku butuh alasan."

"Mas...." Minho tidak tega menatap wajah Chan yang terlihat kecewa seperti itu. Dia menunduk, benar-benar merasa sangat bersalah, "Maaf, Mas."

"Aku ga mau nyakitin kamu, Dek. Jadi, tolong, kasih aku alasan biar aku ga perlu nyalahin kamu." Chan masih tidak paham dan jelas kecewa, "Aku.. ga cukup buat kamu, ya?"

"Nooo. Mas, ngga gitu." Minho menggeleng menatap Chan sebelum kembali menunduk, "Aku yang salah. Mas boleh salahin aku."

"Kamu pasti punya alasan." Chan menghela nafas, berusaha mempertahankan akal sehatnya, "Kamu pasti punya alasan untuk... apapun itu yang ada di dalam kamu sekarang." dia menangkup kedua bahu Minho, meminta Minho menatapnya, "Jujur sama aku, Minho. Apa aku ga cukup buat kamu?"

"Ngga, Mas! Aku cuma...." Minho memainkan jemarinya gugup, masih ragu ingin mengatakannya atau tidak. Dia menghela nafas sebelum memberanikan diri menatap mata Chan, "Aku liat sesuatu di internet. Barang ini katanya bisa bikin permainan lebih panas. Aku takut kamu bosen sama aku karna setiap kita main gitu-gitu aja, jadinya aku coba beli." Minho kembali menunduk, kali ini bercampur rasa malu yang membuat telinganya memerah seketika.

Chan bisa bernafas lega sekarang. Dia mengembangkan senyumnya sebelum menangkup wajah Minho, "Liat aku." ujarnya membuat Minho mendongak dan menatapnya, "Kamu cukup buat aku, Minho. Aku ga akan bosen karna kamu udah lebih dari cukup buat aku."

Minho tersenyum menatap Chan, "Makasih, Mas. Aku juga ga suka ini, rasanya ganjel, ga enak."

"Sayang banget. Padahal Mas kepikiran buat ngerjain kamu pake itu."

Minho terkekeh malu, "Remotenya juga rusak, 'kan? Mas ga bisa ngerjain aku."

Chan mengangkat bahunya, "I don't know. Somehow, Mas yakin kamu ga cuma beli ini doang."

"Kenapa begitu?"

"Abang pernah kirim link belanja barang-barang begitu ke Mas, isinya lucu-lucu. Mas tau kamu ga tahan liat yang lucu-lucu."

Minho menutup wajahnya malu, "Aku ketebak banget, ya."

"Jadi, kamu beli yang lain juga?" tanya Chan yang dijawab anggukan ragu oleh Minho.

"Aku beli sesuatu yang kayak cakar kucing sama bando kucing, lucu."

Chan tersenyum sebelum menarik pinggul Minho dan mendekatkan bibirnya ke telinga kucing manisnya itu untuk berbisik di sana, "Mau coba bareng?"

Dan Minho jelas tidak bisa melawan saat Chan membopongnya dan membawanya masuk ke kamar. Oh ya, juga tidak lupa mengunci pintunya.

×××

Bonus (setelah the ride all night long) :

"Aku ga mau pake mainan lagi. Sakit."

"Suaramu jelas-jelas ga kedengeran sakit."

"Hehehe, Mas tau aja."

"Mas penasaran, kenapa remotenya bisa ada di Njin? Kamu buka di depan paketnya?"

"Ngga! Emangnya aku gila apa? Aku lagi coba make itu di kamar mandi pas remotenya masih di kasur. Ngebiasainnya perlu waktu jadi pas aku keluar remotenya udah ilang. Eh, pas aku nyari-nyari, tiba-tiba dia gerak-gerak di belakang."

"Terus kenapa ga kamu ambil sendiri remotenya?"

"Dan nahan desahanku di depan anak-anak? Ga bisa, ya. Mereka pasti sadar ada yang aneh."

"Ada-ada aja, sih. Makanya, lain kali kalo mau begitu pintunya di kunci. Di kamar ini, sih, ga pa-pa kamu mau teriak sekeras apapun juga, ada peredamnya. Kalo di luar 'kan ga ada. Gimana kalo ada tamu coba?"

"Duh, pasti akan jadi skenario terburuk."

×××

akutu ga bisa gitu nulis ngga ada fluffnya ㅠㅠ

anw, selamat 3k votes bianglala 🎉🎉🎉
aku terharu aku bisa sampe sejauh ini 😢😢
terima kasih untuk yg udah baca+vote+komen
aku seneng bacain komen kalian jadi..
banyakin komen ya! hehehehe, wuf u guys💕

Bianglala +banginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang