Wkwk buat yang masih kuat dengan tingkah polah James n Rora MONGGO...
~🔺🔻🔺~
Aku hendak melepaskannya dan beranjak pergi namun aku tidak menyangka James menarikku dan mendorongku ke dinding. Dia menghimpitku dengan tubuhnya hingga aku tersudut. Matanya menyiratkan kemarahan namun aku mengabaikannya. Itu karena perkataannya sendiri."Tidak semudah itu Rora. Aku akan memastikan kau menebus semua perbuatanmu." Kata James dengan suara rendah dan lirih.
Aku mencoba melepaskan diri namun cengkeramannya semakin erat dan aku merasakan peredaran darahku terhambat di kedua lenganku.
"Jangan pergi dulu. Aku hanya ingin memberitahumu kalau malam ini kau pasti akan berada di ranjang ku." Lanjutnya sebelum mengecup bibirku dan berlalu pergi. Aku merasa seolah aku akan meledak.
"Bajingan sialan." Aku bergumam sambil mengatur napasku.
Aku memilih untuk mendekati Louis dan menempel padanya. Setidaknya malam ini aku akan aman karena ada Louis yang pasti akan menendang pantat bajingan itu jika aku bertemu dengannya lagi. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang sangat menyebalkan dan kurang ajar. Dia berkata tentang payudaraku. Sial.
Aku menepuk bahu Louis ketika sampai di belakangnya. Aku tahu aku harus mengendalikan emosiku. Aku ingin pulang.
"Aku ingin pulang." Kataku ketika Louis berbalik.
"Apa ada sesuatu yang salah?" Kata Louis sambil tangannya menyugar rambut di telingaku.
"Aku hanya ingin pulang." Kataku menatap Louis tajam.
"Tapi, acara peresmiannya belum mulai. Lagi pula kau baru saja datang." Kata Felicia yang sedari tadi tidak melepaskan tangannya dari Louis menyela. Aku beralih menatapnya sambil mencoba untuk tetap tenang. Dia tidak memiliki masalah denganmu Rora.
Louis beranjak memeluk bahuku dan menggiringku mundur.
"Aku harus berbicara padanya." Kata Louis pada Felicia kemudian menggiringku mengikutinya hingga kami cukup jauh dari orang-orang.
"Apa ada yang mengganggumu?" Louis bertanya.
"Ada pria, tapi aku sudah menanganinya. Aku ingin pulang." Kataku sambil memejamkan mataku. Aku takut mengatakan ini pada Louis tapi jika tidak dia akan terus mengejarku.
"Siapa pria itu?" Tanya Louis sambil memegang kedua bahuku. Aku membuka mata dan mendadak tidak bisa mengatakan apapun. Aku menghela napas.
"Aku sudah memberinya pelajaran. Bisakah kita pulang saja?" Kataku sambil mencengkeram jas Louis dan mengalihkan pandanganku ke orang-orang yang masih mengobrol dalam lingkarannya dengan segelas champagne.
"Louis! Maaf aku mengganggu kalian. Bisakah ikut denganku sebentar. Setelah itu kalian bisa pergi." Felicia tiba-tiba muncul entah dari mana dan tentu saja kembali memeluk lengan Louis. Aku mundur se langkah memberikan jarak.
"Ini hanya sebentar. Aku janji." Lanjutnya kemudian memegang pergelangan tanganku dengan tatapan memohonnya.
"Baiklah." Kataku kemudian menghela napas. Aku tahu Louis mencoba menenangkanku dengan tatapannya. Aku mengangguk kecil kemudian mengikuti Felicia yang mengarah ke tengah-tengah ruangan.
"Mom, dad. Ini Louis dan adiknya Aurora." Kata Felicia pada pasangan yang lagi-lagi memakai pakaian berwarna merah tua. Mereka kuakui cukup mempesona dan jelas sekali tidak termakan usia. Pantas saja Felicia begitu cantik, dia berasal dari kolam gen yang luar biasa.
"Louis, Aurora. Mereka orang tuaku, Laura dan Xavier Bradford." Kata Felicia padaku dan Louis.
Aku tersenyum kecil pada mereka berdua dan beruntung saja aku memiliki kesopanan yang sangat bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil is a Player
RomanceCopyright 2020 | FRAMADANI|All right reserved| This is work of fiction. The characters, incidents, locations and the names herein are fictitious and any similarity to or identification with the location, names, and character or history of any person...