[5] James Lavier Bradford

3.7K 193 3
                                    

"Sir?"

"Sir?"

Aku mengerjapkan mataku dan perlahan menarik diriku sendiri ke dunia nyata dan aku menatap Albert, asisten sekaligus sekretarisku sejak aku membangun perusahaanku dari nol, dia memang lima tahun lebih tua dariku tapi tidak ada yang bisa menandingi kinerjanya.

"Ya?" Kataku yang membuatku terdengar seperti orang bodoh.

"Kau tidak fokus seperti biasanya James. Apa ini tentang permintaan ayahmu?" Kata Albert sambil meletakkan penanya dan menghentikan kegiatan menulisnya. Aku menghembuskan napasku.

"Bukan. Bukan itu. Aku memikirkan perkataan Debbie. Dia bersumpah akan ada wanita yang menendang kejantananku. Tebak apa?" Kataku menatap Albert yang matanya bertambah lebar dan terkejut.

"Itu benar-benar terjadi. Maksudku ada wanita yang benar-benar menendang mu di sana alih-alih mengajakmu tidur." Kata Albert sambil menahan tawanya sementara aku hanya mengangguk seperti orang bodoh. Lagi.

"Oh good Lord. Akhirnya." Kata Albert dengan tawa kecil. Aku menatapnya bingung.

"Apa itu artinya?" Kataku karena merasa Albert terlampau senang.

"Aku sebenarnya juga menantikan momen seperti ini, sayangnya aku tidak menontonnya langsung." Kataku Albert sambil meraih penanya dan kembali menulis lagi.

"Omong-omong siapa wanita itu?" Lanjutnya menatapku kembali.

"Apa itu penting? Urus saja urusanmu sendiri." Kataku sambil memutar mataku dan ketika aku hendak melanjutkan perhitunganku, pikiranku kembali pada ponsel untuk Rora yang seharusnya aku berikan kemarin tapi aku tidak memiliki waktu luang sama sekali dan aku tidak ingin menyuruh orang lain.

Aku membuka laci di sebelah kanan ku dan mengambil ponsel apple terbaru. Aku sudah mengembalikan semua jejak online Rora mulai dari semua percakapan, riwayat pencarian, semua aplikasi yang dia gunakan sebelumnya, dan masih banyak lagi. Ini hanya masalah gampang. Tapi aku benar-benar geram dengan orang bernama John, yang bahkan aku tidak kenal, untuk beberapa alasan aku akan membuatnya berhenti mengejar Rora. Sial. Apa yang terjadi denganku. Suara notifikasi membuyarkan lamunanku.

Hei, makan malam denganku malam ini.

Orang yang baru saja aku pikirkan tiba-tiba muncul. Sejak aku memulihkan semua percakapan Rora orang ini tidak henti-hentinya membuat janji seperti ini. Apa dia tidak tahu kalau Rora tidak berminat dengannya?

Kau lebih baik mundur, man. Rora itu milikku.

Aku menekan tombol send tanpa berpikir dua kali. Aku menyimpan semua data dan perhitunganku sebelum berdiri dan memakai jas hijau tuaku kembali. Albert menatapku bingung.

"Aku ada urusan sebentar. Kau wakili aku untuk meeting hari ini." Kataku kemudian pergi tanpa mendengarkan apa yang akan Albert katakan.

Setelah keluar dari ruanganku aku berjalan ke lift yang memang aku desain transparan. Seiring dengan lift bergerak turun aku melihat sekilas proyek yang aku gagas dua tahun yang lalu namun baru sekarang menunjukkan kemajuan.

Aku bergegas menuju mobilku yang terparkir tidak jauh dari pintu keluar basement. Aku berkendara dengan cepat menuju apartemen yang berada tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit hingga akhirnya aku sampai di halaman depan. Tempat ini cukup bagus.

Jantung ku tiba-tiba berdetak lebih kencang dan napasku terasa pendek ketika aku memasuki lift yang ada di ujung lobi. Aku gugup untuk alasan yang tidak jelas.

Hanya butuh satu menit hingga aku sampai di lantai ke tujuh. Aku hanya perlu mencari pintu nomor 734 dan menekan bel nya.

"Ya? Ternyata kau. Kau mau mengembalikan ponselku." Kata Aurora setelah membuka pintunya. Dia terlihat sangat seksi, ya Tuhan. Crop top dan hot pants. Oh aku akan menikmati ini.

The Devil is a PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang