Setengah jam kemudian aku sampai di lorong menuju apartemen ku sendiri ketika teleponku berdering. Aku berhenti dan mengerutkan keningku melihat nama Max di dalam layar tapi aku tetap mengangkatnya.
"Hello Maxie." Kataku dengan nada riang karena mendapatkan ciuman yang pantas aku dapatkan.
"Bisakah kau datang ke tempatku." Max membalas dengan nada yang sedikit sumbang tapi aku yakin itu hanya suara speaker ponselku.
"Okay." Kataku meneruskan langkah kakiku dan ketika sampai di depan pintu Max aku masuk tanpa hambatan karena aku sudah mengetahui kode aksesnya.
"Maxie!" Kataku sambil menyimpan ponsel ke dalam saku celanaku.
Aku mengernyit mendapati apartemennya sebagian gelap jadi aku meneruskan langkahku masuk lebih dalam. Semuanya sudah kembali rapi bahkan tidak ada lagi kardus pindahan jadi aku menganggap semua kembali normal. Aku yakin jika Max tidak mengajakku minum dia membutuhkan teman bertarung asli dan bukannya hologram dan tentu saja aku akan menolaknya dengan cepat. Aku mempercepat langkahku ketika melihat dari jendela-jendela besar yang menampilkan pemandangan kota di malam hari ada Max berdiri di balkon. Dia terlihat seperti baru saja kembali dari kantornya.
"Di sana kau rupanya." Kataku setelah menggeser pintu kaca terbuka. Aku berjalan mendekat ketika Max berbalik dan aku mengernyitkan dahiku ketika melihat matanya berkaca-kaca di tengah cahaya yang minim. Aku kehilangan humor yang ada di ujung lidahku dan menunggu Max mengatakan sesuatu.
"Dia tahu. Apa yang sudah kulakukan?" Katanya dengan suara serak dan pecah di akhir. Aku mendekat dan memberikannya pelukan singkat sambil menepuk punggungnya dengan keras sekali.
"Siapa yang tahu apa?" Kataku setelah melangkah mundur dan aku menebak kalau ini ada hubungannya dengan kemarin.
"Albert." Kata Max dalam bisikan lalu air matanya mengalir. Aku kembali menariknya ke dalam pelukanku dan mengutuk diriku sendiri karena membiarkan Albert berbicara dengan Max kemarin. Aku memejamkan mataku ketika mendengar isakan kecil Max yang teredam di bahuku.
Aku masih ingat terakhir kali Max menyukai seseorang, tidak lama setelah lulus dari sekolah menengah, ada laki-laki, Matthew namanya yang sering mengajakku dan Max ke klub untuk mendapatkan minuman dan ekstasi. Max menyukainya makanya dia selalu ikut walaupun tidak ikut bagian, cukup lama dia menyembunyikan itu sendiri dan aku juga tidak memiliki kapasitas untuk mencampurinya. Lalu entah dari mana Matthew tahu dan dia menemui Max, mengatakan kata-kata yang mengerikan, aku hanya mendengar dari balik pintu tapi aku bisa merasakan bagaimana parahnya saat itu. Max bahkan tidak pernah berupaya menunjukkan rasa sukanya dan itu sama sekali tidak pantas dia dapatkan. Keesokan harinya aku memutuskan kontak dengan Matthew. Max tentu saja shock dan hampir mengalami mental breakdown jika bukan karena neneknya dan aku. Sejak itu Max tidak pernah berusaha menyukai seseorang dan walaupun dia akhirnya tertarik dia menyembunyikan itu untuk dirinya sendiri.
"Tak apa. Aku akan di sini." Kataku menepuk punggungnya dan melangkah mundur. Max mengusap wajahnya berulang kali dengan lengannya kemudian tersenyum menatapku.
"Terimakasih." Katanya.
"Pelukan selalu manjur." Kataku sambil tersenyum kecil namun tidak bisa menghentikan pikiranku sendiri untuk tahu apa yang kemarin terjadi.
Aku sudah menganggap Max saudaraku sendiri bahkan mungkin lebih, yang pasti bukan dalam konteks yang romantis, tapi seperti partner dalam segala hal. Jika dalam film mungkin Max adalah parabatai ku. Pikiran kami cocok dan aku tidak akan pernah meninggalkannya. Dia saudara ku dalam segala hal.
*~*
Keesokan harinya aku langsung memanggil Albert begitu aku sampai di kantorku. Aku menghela napas setelah Albert duduk di depanku dengan wajah penasaran. Aku ingin tahu apa yang dia katakan pada Max tapi aku tahu itu hanya akan menambah amarahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil is a Player
RomanceCopyright 2020 | FRAMADANI|All right reserved| This is work of fiction. The characters, incidents, locations and the names herein are fictitious and any similarity to or identification with the location, names, and character or history of any person...