"Baiklah. Aku sudah siap untuk membaca sistemmu." Kataku sambil menunjukkan tasku yang berisi laptop dan banyak lagi barang yang tidak ingin aku sebutkan satu persatu. Aku mengerutkan dahiku melihat James yang sepertinya tergesa-gesa.
"Yah, kau lakukan itu sendiri. Aku punya urusan yang lebih penting." Kata James dengan cepat berjalan melintasiku tapi aku menahannya.
"Kau pikir kau mau kemana? Kau yang memintaku untuk melakukan ini di malam hari dan saat aku mau kau akan pergi begitu saja?" Kataku sambil menatap James, mencoba untuk memahami apa yang ada dipikirannya hingga dia terlihat begitu gelisah.
"Aku tahu. Aku minta maaf, ini Aurora. Aku gagal mengencaninya karena Debbie sialan itu dan sekarang aku punya kesempatan untuk memperbaikinya. Aku belum mau melepaskan gadis ini," Kata James setelah beberapa kali menghembuskan napas. Aku menyeringai dengan suatu pemikiran di kepalaku.
"Ternyata mejanya terbalik lebih cepat dari yang ku perkirakan. Kau jatuh cinta dengannya, buddy?" Kataku tertawa kecil sambil menepuk bahunya.
"Apa? Tidak. Aku hanya penasaran dengannya, oke? Aku tidak akan melepaskannya sebelum aku mendapat jawaban." Kata James sambil mengernyitkan dahi nya seolah dia baru saja menginjak sisa makanan di sepatunya. Aku hanya pasrah.
"Okelah. Aku akan memberikan semua yang aku tahu di rapat besok pagi." Kataku kemudian.
"Bagus. Aku sudah menyuruh Albert kembali kesini dan menemanimu. Dia orang kedua yang tahu segalanya setelah aku." Kata James kemudian berlari keluar dari ruangannya sendiri tanpa menungguku berkata sesuatu.
Aku menghela napas kemudian berjalan keluar dan berjalan menuju lift. Entah kenapa juga aku selalu menuruti setiap permintaan James. Aku tahu aku menyukai pria dan aku bisa memastikan pada diriku sendiri kalau aku tidak menyukai James, dia sudah seperti saudara untukku, begitu juga dengan Felicia. Mereka adalah orang yang paling mendekati seperti saudara untukku. Aku menggelengkan kepalaku dan menyadarkan diriku sendiri dari lamunan ketika pintu lift akhirnya terbuka dan ada Albert di dalamnya. Aku menghela napasku lagi dan entah kenapa aku merasa kalau aku benar-benar tidak bisa mengelak dari situasi seperti ini dengan keadaanku yang seperti ini.
"Mr. Grey." Sapa Albert saat aku masuk ke dalam. Dia bergerak menekan tombol angka lima.
"Syukurlah kau masih di sini. Aku kira kau sudah pulang atau semacamnya." Kata Albert dengan napas terengah dan demi neraka yang membeku aku bisa merasakan kulitku merinding karena mendengar suara napasnya.
"Kau bisa pulang lagi, Albert. Aku bisa menanganinya sendiri." Kataku ketika pintu lift terbuka.
"Jangan. Aku sudah menyanggupinya dan aku akan membantumu semampuku." Kata Albert membuka pintu kaca dengan kartunya.
"Semua sistem yang ada di gedung berpusat di sini dan untuk reaktornya ada di sayap barat. Semuanya terdata dan disana." Kata Albert yang sudah seperti tour guide setelah masuk ke dalam ruang server yang mulai menyala terang saat kami berjalan masuk. Sayap barat terlihat lebih lenggang namun memang servernya terlihat lebih besar dari yang lain.
Aku menganggukkan kepalaku dan membuka tasku, mengeluarkan beberapa kabel, flash disk, dan laptop ku. Aku memasukkan beberapa kabel dan menyalakan laptop ku. Aku sudah melakukan ini beribu kali jadi aku cukup yakin aku bisa melakukan ini sendirian. Aku menambahkan satu flash disk di laptop ku dan kode biner mulai tertulis sendiri di dalam layar. Aku menatap Albert yang diam di tempatnya berdiri dan aku menghela napasku lagi.
"Kau bisa pulang, Albert. Aku bisa menanganinya sendiri." Kataku sambil mengulum bibirku sendiri.
"Aku akan tetap di sini hingga kau selesai, Mr. Grey."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil is a Player
RomanceCopyright 2020 | FRAMADANI|All right reserved| This is work of fiction. The characters, incidents, locations and the names herein are fictitious and any similarity to or identification with the location, names, and character or history of any person...