[9] Aurora Jane

2.9K 176 9
                                    

Aku mengubur wajahku di atas bantal dengan malas karena menyadari kalau hari yang tidak aku inginkan akhirnya datang. Hari minggu. Aku terus berdoa dari kemarin agar aku tidak perlu kencan dengan James. Maksudku ya dia memang tampan tapi mengingat apa saja yang sudah ku alami dengannya di pertemuan pertama membuatku sedikit trauma. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi saat kencan lagi, kemungkinan paling buruknya adalah aku tidak akan pulang dengan keadaan utuh.

Dengan malas dan perasaan yang kacau balau aku turun dari ranjang kemudian berjalan keluar kamar. Ketika sampai di meja makan aku melihat sarapan sudah dihidangkan dengan rapi dan cantik hingga terlihat seolah aku sedang berada di hotel ternama. Tentu saja, dalang di balik ini semua adalah Felicia. Sejak kemarin dia menginap di sini bersamaku dan Louis. Sejak pertama kali dia menginap di sini dia cukup baik, sangat baik malahan. Aku merasa seolah memiliki saudara perempuan dan terasa cukup bagus tapi tidak untuk hari ini jika aku harus berkencan dengan James.

Aku duduk sambil sesekali menguap sedangkan Louis dan Felicia masih menata makanan dan menyapaku bergantian namun aku hanya membalas dengan senyuman kecil dan anggukan. Aku sarapan dengan tidak bersemangat dengan pemandangan romantis seperti yang ada di televisi. Entah apa yang sudah dilakukan Felicia pada Louis tapi aku merasa Louis menjadi lebih percaya diri dengan dirinya sendiri dan dia juga terlihat lebih santai. Aku bersyukur jika Felicia membawa efek positif pada Louis.

"Kau bebas hari ini?" Felicia bertanya padaku. Aku menganggukkan kepalaku sambil mengunyah telur dan daging asap.

"Aku membutuhkan Makeup Artist tambahan untuk syuting iklan terbaru untuk brand ku. Apa kau keberatan? Tenang saja, aku akan membayarmu." Kata Felicia membuat mood ku kembali baik. Aku akhirnya punya alasan untuk membatalkan kencan dengan James. Aku yang mengangguk dengan antusias.

" Tentu. Kapan kita mulai?" Kataku sambil meletakkan alat makanku.

"Jam sepuluh." Balas Felicia dengan senyuman kecilnya. Aku menganggukkan kepalaku lagi dan berdiri dari kursiku dengan antusias.

"Aku akan menyiapkan peralatanku." Kataku berjalan menjauh dari meja makan dengan terlalu bersemangat mengabaikan Louis dan Felicia yang kebingungan melihat tingkahku.

*~*

Aku merasakan hatiku berbunga ketika jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih. Aku terbebas dari keharusanku berkencan dengan James karena aku masih berada di studio, kembali merias model dengan riasan yang lebih glam dan kreatif. Aku sengaja tidak menghubungi James tentang ini tapi aku akan menjawab jika dia menghubungiku.

"Louis benar. Bakat meriasmu tidak tertandingi." Kata Felicia tanpa peringatan di belakang ku. Aku sedikit kaget tapi aku bisa dengan mudah mengendalikan diriku.

"Aku tidak tahu tentang itu." Kataku sambil tetap menjalankan kuasku untuk memadukan warna di kelopak mata modelku. Aku sudah menyelesaikan satu matanya dan aku mengerjakan mata yang lain dengan hiasan yang sama. Penuh warna dan glitter.

"Oh, jangan merendah. Orang lain yang ku tahu memiliki kreativitas bagus sepertimu adalah Louis, yang juga sangat luar biasa di ranjang, jika boleh kutambahkan." Kata Felicia sambil tertawa kecil tanpa dosa sedangkan aku hampir saja tersedak ludahku sendiri. Aku akan melakukan apapun untuk keluar dari percakapan yang memalukan ini.

"Felicia!" Seseorang berteriak memanggil wanita di sebelahku. Aku ikut menoleh dan jantung ku berdecak sangat kencang saat melihat James berjalan melintasi banyak orang dengan segala ketampanannya di tuxedo yang menempel pas di tubuhnya.

"Kakak. Aku tidak tahu kau di sini." Kata Felicia dengan riang seperti yang selalu dia lakukan sementara aku memilih untuk melanjutkan pekerjaanku seolah tidak terjadi apa-apa. Bagaimana dia tahu aku di sini?

The Devil is a PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang