Aku menaiki tangga sekolah dengan lemas. Semalam, aku benar-benar tidak bisa tidur setelah mama memberitahuku bahwa tanggal pernikahan sudah ditetapkan. Pernikahan akan berlangsung dua minggu lagi terhitung dari hari ini. Kurang dari sebulan aku akan menyandang status dari pelajar menjadi istri.
***
Beberapa waktu lalu ….
Aku duduk tepat di depan papa yang sedang fokus pada papan catur yang sedang kami mainkan berdua.
“Becca, Mama tadi ditelepon Tante Samantha. Katanya, tanggal nikah kamu sama Rey udah ada,” ucap mama yang tiba-tiba muncul dari arah ruang makan lengkap dengan nampan berisi segelas susu, kopi, serta kue kering untuk camilan.
Mendengar ucapan mama barusan, sontak membuatku menoleh. Aku kehilangan mood dan fokus bermain catur. “Apaan, sih, Ma! Aku enggak mau nikah sama Leo!” protesku kemudian mengambil segelas susu yang telah diletakkan mama di atas meja di sampingku.“Mau enggak mau, harus mau!” ucap mama sambil tersenyum penuh misteri.
“Kamu nikah sebulan lagi, Sayang. Tanggal 17 November, deh, tepatnya. Aduh … Mama enggak sabar lihat putri Mama nikah, hm ….” Aku tersedak susu yang kuminum mendengar ucapan mama.
“Apa?” Aku berteriak tidak percaya.
“Cepat banget, sih, Ma. Enggak bisa pas abis ujian aja?” protesku.
“Lebih cepat lebih baik, dong, Sayang. Niat baik itu enggak boleh ditunda-tunda, okay …,” jelas mama, membuatku menggerutu kesal.
***
Gila. Ini gila. Benar-benar gila. Entah sudah seberapa sering aku mengumpat seolah mengumpat sudah menjadi kebiasaan lamaku.
Aku benar-benar tidak mengerti dengan mama bahkan papa saja juga dibuat tidak berkutik―tidak bisa melarang mama untuk melakukan hal ini kepadaku. Padahal aku sudah memohon-mohon agar papa dapat merayu mama membatalkan perjodohan ini atau sekadar menunda pernikahanku sampai batas waktu tidak ditentukan, sampai aku benar-benar siap. Namun, mama tetap saja tegas dengan komitmennya menjodohkanku. Rayuan papa berupa berlian 30 karat asli yang langsung dari pabrik, liburan keliling Eropa selama seminggu penuh, bahkan tawaran belanja barang-barang branded limited edition sepuasnya, diabaikan oleh mama, tak digubris sama sekali. Benar-benar wanita dengan ego yang sungguh terlalu!
Saat aku menaiki tangga dengan berbagai pikiran yang bercabang di otakku, seseorang menepuk bahuku pelan hingga membuatku terlonjak kaget.“Woi!”
Aku berbalik menatap orang itu dengan kesal yang ternyata tidak lain adalah Leo. “Apa?” tanyaku sinis kepada Leo. Laki-laki yang sangat ingin tidak aku temui hari ini.
“Budek, ya, lo? Dipanggil dari tadi bukannya nyahut!”
“Mana ada lo manggil gue?” kataku tak terima.
“Ck. Gue mau ngomong bentar sama lo.”
“Apaan?” Aku mengangkat alisku sebelah. Ini adalah kedua kalinya aku berbicara dengan Leo di sekolah. Pertama kalinya saat kami masa orientasi dulu.
“Dengar, jangan kira gue mau nikah sama lo, gue nikah sama lo cuma sementara, setahun atau dua tahun setelah nikah, gue bakal cerai sama lo,” ucap Leo yang membuatku mendengkus.
“Gue enggak peduli!” balasku langsung berjalan menjauhi Leo sambil membenturkan bahuku dengan bahu Leo.
“Woi!” panggil Leo lagi―menarik salah satu tanganku, membuat tubuhku sontak berbalik menabrak dada bidangnya. Aku meringis, kepalaku terbentur keras dengan dagunya karena tinggiku hanya setinggi bahu Leo. Kenapa, sih, Leo tinggi banget jadi cowok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage [✓]
ChickLitRebecca, gadis berusia 16 tahun terpaksa menikah dengan pria sebaya nya oleh karena perjodohan gila yang dilakukan orang tua mereka berdua. Akankah pernikahan itu akan berlangsung lama? Highest ranking : #1 in ChickLit #2 in ChickLit