REVISI - TIGA

25.4K 936 22
                                    

Motor Leo berhenti tepat di depan rumahku. Aku bertanya-tanya dari mana ia bisa tahu rumahku padahal dia tidak pernah ke rumahku.

“Gue duluan,” ucapnya cuek sesaat setelah membantuku turun.

Aku mengangguk pelan dan membalasnya. “Hati-hati.”
Tanpa menjawab balasanku, Leo kembali menyalakan mesin motornya. Benar-benar tipe pria yang dingin.
Aku membuka pintu rumah dengan kunci cadangan yang selalu kubawa. Tiba-tiba aku mendapati mama tengah asyik menonton TV dengan makanan ringan di tangannya. Mama menoleh kepadaku dan tersenyum lebar sebelum menghampiriku.

“Oh, udah pulang? Abis jalan-jalan, ya?” tanya mama. Aku menatap mama kesal.

“Iya. Nge-date dadakan!” jawabku sedikit kesal sembil berjalan menuju kamar.

Aku menutup kamarku dengan sedikit kencang. Aku benar-benar kesal pada mama yang tidak memberitahuku sejak pagi kalau memang Leo yang akan mengantarku pulang. Lucunya lagi, mama bilang pada Leo bahwa mama ada urusan, tapi ternyata mama malah lagi asyik nonton drama Korea kesukaannya. Lagi-lagi, aku hanya bisa menghela napas kesal dengan kejahilan mama dan Tante Samatha yang ingin mendekatkan aku dan Leo hari ini.
Kenapa harus Leo, sih?

***

Sepekan telah berlalu, tepat setelah Leo waktu itu mengantarku pulang. Sudah sepekan ini juga, mama tidak dapat mengantar dan menjemputku dengan alasan yang aneh-aneh. Katanya banyak hal yang harus mama dan Tante Samantha siapkan untuk pernikahan kami sehingga Leo yang dijadikan tumbal.

Tak sampai di sana, seolah belum puas, tak segan-segan mamaku dan Tante Samantha menyusun rencana kencan untuk kami berdua.

Ya ... pernah sekali saat pulang sekolah. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba Leo mengajakku jalan berdua, aku sempat dibuat bingung. Tumben sekali calon suamiku itu mengajakku jalan. Selidik punya selidik, ternyata itu semua rencana mama-mama kami untuk membuat kami berdua semakin lengket. Kupikir … mustahil sekali seorang Leo mengajakku kencan. Benar-benar tidak mungkin.

“Bec, minggu besok kosongin jadwal lo,” pinta  Leo sedikit memaksa membuat keningku berkerut heran. Aku sudah bersiap melakukan aksi protes, tapi Leo kembali melanjutkan ucapannya. “Gue mau ajak lo ke Dufan. Gue jemput lo besok jam sepuluh dan lo enggak bisa nolak … karena ini titah dari mama-mama kita,” jelasnya tegas membuatku terbelalak sempurna.

Dan di sinilah kami sekarang, di salah satu wahana wisata di Jakarta.  Melakukan kencan tanpa minat sesuai dengan titah para mama.

“Lo tunggu di sini, gue mau ke kamar mandi dulu,” ucap Leo saat kami memasuki Dufan. Aku mengangguk pelan, tak lama Leo mulai menjauh dari tempatku.

Aku mulai berjalan ke tempat yang tidak jauh dari tempat Leo meninggalkanku untuk melihat beberapa pernak-pernik. Tak sampai lima menit berada di sana, aku pun kembali ke tempat awalku.

Aku mulai mengorek-ngorek tas dan menemukan bedak wajah. Ya, sebenarnya aku tidak hobi berdandan, sih, tapi mama selalu memaksaku memakai bedak, minimal membawanya. Aku membuka bedak itu perlahan dan mulai merapikan beberapa rambutku yang berantakan, lalu kubaurkan sedikit bedak.

Eh, tunggu. Kenapa aku memakai bedak? Bahkan ini bukan acara formal, ini juga bukan kencan. Ada apa dengan diriku?

“Bec!” panggil seseorang dari belakang yang kuyakini adalah Leo, aku langsung menutup bedak dan memasukkannya ke tas.

“Oh, lo udah ke kamar mandinya?” tanyaku. Leo mengangguk pelan. Dia mulai berjalan di depanku, aku pun mengikutinya. Namun, tiba-tiba Leo membalikkan tubuhnya dan membuatku terkejut.

“Gue yakin lo pasti belum pernah kencan sama cowok, kan?” tanya Leo. Aku membulatkan mataku.

“A-apa?” tanyaku gugup.

Young Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang