REVISI - SATU

38.9K 1.1K 16
                                    

Haii… Double update nih!
Yang nunggu Rey atau Leo muncul mana suaranya?
Selamat membaca ya! Semoga kalian suka!

———

“Oh … jadi ini anak kamu yang namanya Becca itu. Cantik banget, ya! Rey lihat, dong, calon istri kamu, jangan lihat hape terus!”

“Rey, itu Becca ada di depan kamu. Disapa atau diajak ngobrol gitu, jangan main hape aja, dong, Sayang. Masa ada cewek cantik dianggurin, sih,” tegur Tante Samantha yang lagi, lagi, dan lagi diabaikan putranya.

Oh, my God. Jika aku punya suami seperti ini, aku harus punya kesabaran superekstra. Mamanya saja sering diabaikan, apalagi aku yang cuma calon tunangannya!

“Rey!” seru Tante Samantha saat melihat Rey tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari handphone berlogo Apple itu.

“Rey, Mama sita juga, ya, HP kamu lama-lama,” ancam Tante Samantha hingga membuat calon suamiku itu berdecak sebal sebelum akhirnya ia letakkan ponselnya di meja.

Ketika pria itu mengangkat wajah, saat itu juga aku tercengang. Tidak, bukan hanya aku, melainkan kami berdua!

“Lo?” ucapku dan pria di depanku berbarengan dengan saling menunjuk satu sama lain.

“Kok lo ada di sini?” tanya Rey dengan suara sedikit meninggi kemudian bangkit dari kursi.

“Lah, lo juga ngapain di sini?” tanyaku balik kemudian ikut berdiri berhadap-hadapan dengan Rey.

“Surprise!” Mama dan Tante Samantha berseru heboh.
Baik aku maupun Rey—atau yang lebih kukenal dengan Leonardo Grey Aditya— langsung menatap mama-mama kami dengan kesal.

Sial.

Aku benar-benar sial. Bagaimana bisa Leo menjadi anaknya Tante Samantha dan apa-apaan dengan nama Rey?! Sungguh, mau jadi apa hidupku jika aku benar-benar akan menikah dengan pria seperti Leo?

Baiklah, Becca. Calm down.

“Jadi … ini Becca yang Mama maksud?” tanya Leo pada Tante Samantha sambil menunjukku. Tante Samantha mengangguk sambil tersenyum cerah.

Aku ikut bertanya kepada mama, tapi dengan berbisik. “Ini … Rey?” tanyaku seraya diangguki oleh mama sebagai  jawaban.

“Cakep, kan?” bisik mama sambil tersenyum jahil.

“Iya. Cakep kalau dilihat dari atas tugu Monas,” balasku dengan suara sedikit keras sambil menatap Leo sinis.

“Serasa lo paling cantik aja.” Leo berkomentar sambil tersenyum sinis.

“Gue memang cantik,” jawabku bangga.

“Iya kalau dilihat dari puncak Jaya Wijaya turus lo berdirinya di Gurun Sahara. Saking cantiknya, gue enggak bisa bedain mana lo sama tumpukan pasir,” jawab Leo tak kalah sarkas.

“Lo―”

“Ma, pokoknya Rey enggak mau nikah sama dia!” tolak Leo tegas.

“Kayak gue mau aja dinikahin sama lo? Pede banget!” Aku menatapnya balik dengan kesal.

Tante Samantha dan mama terkekeh pelan melihat kami berdua beradu mulut.

“Gemas, deh, ya, sama kalian. Mau gimanapun kalian nolak, tetap enggak bisa,” terang Tante Samantha sambil tertawa dan melirik mama seolah hanya mereka berdua yang tahu maksud terselubung dari kalimat tersebut.

“Karena kita udah atur waktu dan persiapkan semuanya!” lanjut Tante Samantha seolah tidak peduli bahwa ini tempat umum. Aku dan Leo membelalakkan mata tak percaya, sedangkan mama dan Tante Samantha sudah kembali tertawa penuh arti.

Young Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang