REVISI - SEPULUH (B)

18.3K 657 14
                                    

Pertama-tama, kami berhenti di tempat sayuran, aku mengambil seikat sayur kangkung, wortel, daun bawang, bawang bombai, dan brokoli. Setelah itu, kami berpindah ke tempat daging, aku mengambil daging ayam fillet. Dion mengambil sebungkus daging sapi cincang yang sudah ditimbang oleh petugas, sedangkan Leo melihat ikan-ikan yang berada di dalam akuarium.

Kami beranjak ke tempat susu, Dion dan Leo mengambil beberapa kotak susu berukuran besar serta mayones berukuran sedang. Aku sampai pusing sendiri, sebenarnya yang ingin belanja itu aku atau mereka, sih?
Aku meninggalkan mereka yang sedang berdebat memilih mayones dengan dua merek cukup terkenal dan menuju ke arah buah-buahan. Sepertinya buah apel merah ini terlihat sangat manis, jadi aku memutuskan untuk membeli buah apel ini beberapa buah. Saat menimbang, tiba-tiba dua pria yang kutinggal tadi sudah berada di sampingku.

“Udah kelar debatnya?” tanyaku kepada mereka seolah aku adalah ibu mereka. Mereka hanya mengangguk, aku pun melihat ke dalam troli untuk mengetahui siapa pemenang perdebatan tidak penting itu. Dan ternyata, mereka memasukkan dua merek mayones tersebut. Aku mendecak pelan sambil menggeleng menatap mereka, setelah itu aku mengambil apel yang sudah ditimbang itu ke troli.

“Mau beli apa lagi?” tanya Leo. Aku menggeleng pelan. Troli yang didorong Leo sudah hampir penuh dengan jajanan Dion dan aku.

“Duh, si Dion ke mana, sih?” gerutu Leo, aku hanya menggeleng lagi. Sehabis aku mengambil beberapa camilan untuk simpanan, Dion bilang ingin mengambil sesuatu, dan sudah hampir sepuluh menit aku dan Leo menunggu, Dion sampai sekarang belum juga terlihat batang hidungnya.
Lalu terlihatlah Dion dengan tangan yang penuh dengan beberapa box ice cream di tangannya. Aku sampai kaget melihatnya.

“Aduh, pegel,” lenguh Dion setelah menaruh box-box ice cream itu ke dalam troli ia lalu memijat lengannya pelan.

“Lo gila, ya, Yon?” tanya Leo dengan matanya yang membulat penuh.

Dion tertawa polos lalu membalas Leo, “Enggak kok. Masih waras gue.” Leo lalu mendecak dan menggelengkan kepala.

“Itu troli penuh sama jajanan lo semua, Yon!” gerutu Leo.

“Tenang, Yo. Entar gue yang bayarin. Gue tahu … lo, kan, pelit,” ejek Dion kemudian tertawa.  Dion lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Leo yang menatapnya horror, sedangkan aku—jangan ditanya, aku benar-benar menikmati perdebatan keduanya.

Saat sampai di kasir, tampak seorang kasir perempuan kaget melihat kami bertiga. Entah kaget karena isi troli yang kami bawa entah kaget karena melihat dua pria tampan di samping kiri-kananku.

“Halo, Mbak?” sapa Dion sambil melambai-lambaikan tangannya di depan muka sang kasir perempuan yang terlihat bengong.

“Eh … iya, Mas. Kirain saya Masnya berdua Song Jong Ki dan Cha Eun Woo, aktor Korea yang terkenal itu. Saya sampai terpesona ngelihatnya.” Kasir itu salah tingkah, tapi dia tetap menghitung belanjaan kami dan sesekali kulihat dia memberikan lirikan genit pada Leo yang masih mempertahankan mode sok cool-nya, sedangkan Dion malah tersenyum ramah bahkan membalas dengan menggoda kasir perempuan itu sampai pipinya memerah.

Sekarang, aku tahu perbedaan Leo dan Dion. Leo dingin dan cuek di awal, sementara Dion beda lagi. Dion orang yang hangat, tapi sangat pecicilan.

Setelah semua belanjaan dimasukkan ke plastik, aku berniat membawa beberapa kantung plastik berniat membantu.

“Gue sama Dion aja yang bawa, lo enggak usah bawa,” ucap Leo sambil mengambil plastik-plastik belanjaan yang baru kupegang tadi, sementara Dion sudah menggoda kami.

“Aduh … aduh … co cweettt  banget, deh, adik sepupu gue ini. Gue juga mau, dong, dibantuin,” goda Dion sambil menjulurkan kantung belanjaan yang dia bawa ke hadapan Leo.

Young Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang