Rebecca―Aku membuka kulkas dengan santai, setelah dua hari sembuh dari sakit kepalaku itu, akhirnya aku sudah boleh makan ice cream cokelat simpananku. Uh, aku benar-benar merindukan rasa cokelatnyaaa!
Eh, tapi di mana ice cream manisku itu? Rasa-rasanya aku menaruhnya di sini? Sial. Pasti salah satu dari dua pria berengsek itu yang memakannya, dan kuyakini itu adalah Dion. Aku tak yakin jika Leo yang memakannya karena yang aku tahu, Leo tidak suka mengambil apa yang dimiliki orang lain tanpa izin, tidak seperti Dion yang celamitannya sangat terlalu.
“DION!” teriakku. “DION!” Namun, bukannya orang yang kuteriaki yang menyahut, malah Leo yang menyahutiku.
“Apaan, sih, Bec, teriak-teriak?” tanya Leo dengan wajah santai sambil melangkah turun.
“Mana sepupu lo itu? Dia makan ice cream gue tanpa izin.” kataku geram. Leo lalu menatapku cengo.
“Ice cream cokelat lo?” tanya Leo. Aku mengangguk, lalu mengentakan kakiku melewati Leo. Aku benar-benar kesal dengan Dion sekarang.
“Ke mana si Dion? Pengin gue gorok kepalanya itu orang!” geramku lagi. Aku lalu berjalan ke arah sofa dan mendudukinya. Leo lalu duduk di sofa depanku.
“Keep calm, Bec. Lo, kan, tahu si Dion jam segini pasti godain pegawai supermarket itu,” balas Leo sambil duduk menyilangkan kaki.
“Lagian, yang makan ice cream lo gue, kok, hehe,” lanjut Leo sambil mengaruk tengkuk lehernya canggung, aku memelototkan mataku, menatapnya tajam.
“Jadi, ternyata lo?”
“Tatapan lo, Bec, horror, sumpah.”
Aku mendekatinya, lalu memukul dadanya bertubi-tubi.“Aduh! Gue enggak tahu kalau itu punya lo! Gue ganti, deh, nanti! Setop, dong, Bec!” teriak Leo. Aku masih memukulnya lagi. Enak saja! Aku sudah menahan nafsuku untuk memakan ice cream, tetapi malah dia yang memakannya, malah tadi aku sempat menuduh Dion lagi.
“Aduh, Bec!” teriak Leo lagi kemudian menahan kedua tanganku. Leo lalu menarikku hingga jatuh tepat di atas tubuhnya. Seketika aku mati kutu.
“Le-lepasin gue,” teriakku. Leo lalu mengangkat daguku dan tanpa permisi menempelkan bibirnya ke bibirku.
Oh, Tuhan ....
Leo….
Dia ….
Menciumku ….
Tidak … bukan hanya mencium melainkan juga sedikit melumat ….
Rasanya pipiku mulai memanas, aku dibuatnya sungguh tidak bisa berkutik sama sekali.“Pukul sekali, cium sekali. Oke?” ucap Leo tanpa beban menatapku dengan senyum jahilnya.
Setelah tersadar, aku beranjak dari atas tubuh Leo, mengusap bibirku kasar sembari menatap Leo tajam. Dia ... menciumku? Hanya karena aku memukulnya? Oh, astaga! Ini bahkan ciuman pertamaku! Leo sialan!
“Gue benci lo!!” teriakku geram. Aku berlari menaiki anak tangga tanpa memedulikan Leo yang memanggil-manggil namaku.
“S-sorry, Bec. Gue enggak bisa ngontrol diri—" jelas Leo setengah berlari mengejarku. Tangannya yang ingin mencapai lenganku, aku hempaskan dengan kasar.
“Sorry kata lo! Itu ciuman pertama gue, Leo!!!” teriakku lagi murka tepat di depan wajah Leo sebelum kembali berlari menuju kamar.
Sial, aku benar-benar sial hari ini. Oh, God … itu ciuman pertamaku!
***
Aku menelepon Diana di balkon kamar untuk mengajaknya ke kafe. Diana langsung menyetujuinya, katanya ia juga bosan di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage [✓]
ChickLitRebecca, gadis berusia 16 tahun terpaksa menikah dengan pria sebaya nya oleh karena perjodohan gila yang dilakukan orang tua mereka berdua. Akankah pernikahan itu akan berlangsung lama? Highest ranking : #1 in ChickLit #2 in ChickLit