Di tengah perjalanan, Jimin merasa bosan lantaran tidak ada percakapan sama sekali. Matanya melirik ke arah supir yang selalu fokus menyetir. Dengan sikap Jimin yang banyak bicara dan mudah bergaul, akhirnya ia buka suara untuk mengusir rasa bosan itu.
"Ekhem maaf namanya siapa?" Tanyanya
"Min Yoongi" jawab pria itu singkat masih fokus menyetir
"Ahh ohh. Umur?"
"26"
"Sudah bekerja dengan bos...eum" Jimin menunduk memainkan ponselnya berniat mengirim pesan ke nomor semalam untuk menyanyakan siapa nama orang itu.
Namun tiba-tiba saja Yoongi menyahut.
"Jungkook. Jeon Jungkook"
Alhasil ia mematikan kembali layar ponselnya dan menatap Yoongi dari belakang.
"Jungkook?"
"Iya"
"Ooh Jungkook namanya. Umur?"
"Kata dia nanti interview bisa dijelasin semua, kamu pasti perlahan-lahan tau semuanya" suaranya terdengar ketus
'Ck. Aku kan cuma mau tanya saja. Dasar' rutuknya dalam hati
* * *
J I M I N P O V
Aku merasakan sebuah tepukan mengenai bahuku, perlahan ku buka mataku dan membenarkan posisi duduk. Leherku sakit sekali, mungkin karena posisi tidurku salah.
Aku menoleh ke arahnya serta mencoba terbangun sempurna namun tidak bisa.
"Kita sudah sampai. Keluarlah" ujar Yoongi lantas meninggalkanku
Aku mengecek ponsel.
2:52 a.m
Sekali lagi aku menggerakkan tulang-tulang yang dirasa sangat pegal dan sakit. Apalagi di bagian leher.
Saat aku hendak keluar, aku melihat koper yang ternyata sudah ada tepat di samping mobil. Kutahu itu Yoongi yang melakukannya.
"Ikuti aku" katanya melewati diriku, aku turun dari mobil dan menutup pintunya. Aku hanya mengikutinya dari belakang sambil menyeret koper dan dalam kondisi masih mengantuk berat.
Bayangkan saja, semalam aku tidak bisa tidur sampai jam satu. Itu artinya aku baru tidur hanya dua jam kurang.
Setibanya di depan rumah itu, kita masuk ke dalam. Pertama yang aku lihat adalah sebuah ruangan luas dengan sofa hitam dan satu almari berisi hiasan.
Yoongi memintaku untuk duduk terlebih dahulu disana dan dia pergi entah kemana.
5 detik
"Hoaam!!" Sepertinya aku tidak bisa menahannya lagi, tubuhku aku senderkan ke belakang sofa.
Namun saat hendak mataku tertutup, aku mendengar langkah kaki mendekat alhasil aku berusaha duduk kembali dengan benar.
"Malam"
Seorang pria berbalut sweater hitam datang seorang diri lalu duduk di satu sofa di depanku yang terhalang oleh meja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Jadi ini yang dimaksud Jeon Jungkook sialan itu? Semoga aku betah' Batinku terus melirik pria itu teringat soal semalam dimana aku dibilang wanita olehnya.
"Selamat malam pak" ucapku membalas sapaannya
"Bisa kita interview sekarang?"
Apa-apaan? Adakah interview malam-malam begini? Ah tidak, lebih tepatnya dini hari.
"Tapi pak, ini sudah hampir pagi. Tidak ada dalam sejarah kalau menginterview itu harus pada jam tiga pagi"
"Iyakah?"
"Iya pak, hoam!" Astaga, aku mengantuk sekali.
"Eum kalau begitu aku akan tunjukkan kamar kamu dan kamu boleh tidur. Aku tau kamu itu lelah, ayo" ucap dia mengubah aksen bicaranya, mendekat ke arahku.
Saat aku hendak melangkah, tiba-tiba saja tubuhku oleng, mungkin karena aku mengantuk. Aku tidak siap dan pasrah jika harus terjatuh ke lantai.
Hap!
Tubuhku terasa seperti mengambang di udara dan tidak merasakan sakit apapun. Apa ini rasanya jatuh ke lantai?
Terkejut, sebuah tangan kekar berada di lenganku. Saat membuka mata, ku melihat wajahnya yang begitu indah dengan mata besar dan bibir yang kecil.
Aku menggelengkan kepala menghilangkan pemikiran itu. Aku berdiri secepat mungkin dan menatap Jungkook.
"M-maaf" ucapku
"Pipimu merah, kenapa?"
Aku reflek menunduk. Oh tidak! Apa dia melihatnya? Kenapa aku jadi seperti ini?
"Ah tidak, bukan apa-apa" jawabku malu
Dia berbalik dan melanjutkan langkah kakinya, aku berjalan di belakangnya.
Hanya beberapa langkah, dia berhenti, akupun ikut berhenti dan menatap ke arahnya.
"Ini dia kamarmu, ini kuncinya. Kamu bisa tidur disini" suaranya menyodorkan sebuah kunci
"Ooh yaa, interview kita hilangkan saja. Aku yakin kamu pasti bisa bekerja dengan baik" lanjutnya memasang senyuman di wajahnya
Aku mengambil kunci itu dari tangannya lalu dia meninggalkanku. Dasar pria aneh. Benar-benar aneh.
Cklek!
"Woah!"
Kamar yang aku lihat di depan mataku ini berukuran dua kali lipat dengan kamarku di rumah. Ukuran ranjangpun demikian, mungkin cukup untuk sepuluh orang disana?
Aku masuk kedalam dan duduk diatas ranjang. Koper sudah ku letakkan di dekat almari, aku memutuskan untuk menatanya nanti pagi saja. Sekarang aku mengantuk dan ingin tidur.
__________
Mohon maaf jika typo dan penulisan bahasanya yang amburadul:')