Pagi ini aku terbangun seperti biasanya, dikamar yang begitu mewah dan luas hanya ada aku seorang. Meskipun sudah menikah jimin sama sekali tidak ingin tidur seranjang bersamaku, dia lebih memilih tidur dikamarnya dan aku dikamar lain yang tak jauh dari kamarnya. bahkan sepanjang pernikahan kami, dia tidak pernah menyentuhku apalagi melakukan hal yang biasa dilakukan oleh pasangan suami istri.
Setiap malam ia selalu pulang larut dalam keadaan mabuk, aku sudah mulai terbiasa dengan hal itu, bahkan pagi ini aku berniat membuat sup pereda mabuk untuknya.
Aku turun menuju dapur dan langsung menyiapkan bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk memasak.
Tak lama kemudian aku mendengar suara shower dinyalakan dari atas, aku langsung berfikir bahwa jimin sudah terbangun, jadi aku langsung bergegas menuntaskan masakanku dan merapikan penampilanku.
Setelah selesai, aku langsung menata makanan itu dimeja makan dan menunggu jimin datang.
Aku mendengar suara langkah kaki dari arah tangga yang berarti jimin sudah mulai turun kebawah.
"Ayo makan, aku sudah membuatkan sarapan" ucapku sambil menarik bangku dihadapanku untuk tempat duduknya
"Aku tidak lapar!, makan saja sendiri!, lagipula masakanmu tidak enak!" ucapnya sambil terus berjalan tanpa memperhatikan'ku.
"Yasudah, kalau begitu makan sup ini, bukankah semalam kau mabuk?, jadi makanlah agar pusingmu sedikit hilang" ucapku sambil mengejarnya dan membawa semangkuk sup yang sudah kubuatkan.
"Kubilang tidak!, apa kau tuli?!" ucapnya sambil berbalik dan menatapku dengan tatapan marah.
"A-aku......, makanlah sedikit saja, agar kau lebih baikkan" aku menyodorkan sup itu padanya, namun seakan hal itu justru semakin memancing amarahnya.
Prang!!
Mangkuk itu terhempas kelantai dan membuat supnya jatuh berantakan.
"Aku tidak lapar!, dan aku tidak mau memakan masakanmu!, jadi, menjauhlah dari hadapanku, karena wajahmu membuatku semakin ingin memuntahkan seluruh isi perutku!" ucapnya sambil menjepit rahangku dengan sangat keras hingga aku sedikit meringis kesakitan.
"M-maaf" air mataku mulai mengalir berbarengan dengan tangannya yang semakin keras menjepit rahangku
"Jangan ganggu aku!, atau aku akan menceraikan'mu!" jimin pun pergi dari hadapanku sembari merapikan jasnya yang sedikit berantakan
Brak!!
Suara tersebut menggema hebat keseluruh sudut ruangan, ya, suara itu berasal dari jimin yang menutup pintu dengan emosinya, lebih tepatnya ia seperti membanting pintunya.
Tubuhku terduduk dilantai dan menatap supku yang sudah jatuh berhamburan, aku tidak tahu harus berbuat apa agar dia menghargaiku sebagai istri. Aku tidak pernah lelah dengan sikap kasarnya padaku, justru itu semakin membuatku sedikit bahagia karena ia memberikan reaksinya untukku.
Tanganku mulai terulur untuk merapihkan pecahan mangkuk tersebut dan membersihkan sup yang berhamburan. Dadaku terasa sangat sesak saat mengingat bagaimana dirinya selalu bersikap kasar padaku, ingin sekali rasanya melihat dirinya tertawa atau minimal tersenyum dihadapanku, namun seakan itu hanya angan-angan bagiku, karena dia juga tidak mau berbagi cerita denganku apalagi bercanda tawa denganku.
Saat tengah sibuk merapikan pecahan mangkuk yang berserakan, tiba-tiba jariku terkena pecahan mangkuk tersebut dan mengeluarkan banyak darah.
"Sshh, sakit!" keluhku saat darah segar mulai mengalir dari jariku, aku sedikit meringis kesakitan karena pecahan mangkuk ini tertancap sempurna dijariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With My Husband?
RomanceTujuanku menikah dengannya adalah untuk membuat kebahagiaan bersamanya. Aku tahu kasta kami berbeda, tapi tidak bisakah dia menghargaiku sebagai seorang istri, sungguh aku juga ingin diperlakukan dengan selayaknya. Sikapnya sangat dingin hingga meng...