Rahyun mendudukan dirinya di sisi ranjang, kakinya masih terlihat sangat memar, ditambah lagi sehabis ia menaiki tangga.
Darahnya sudah mengering, dan rasa perih tak kunjung hilang, ia mencari sesuatu di meja nakas yang tak lain adalah obat merah.
"Ssshh, ini sangat sakit!" lirih rahyun sembari mengobati luka dengan tangannya sendiri
"Ahh.... Ssshh... Sakit!"
Rahyun meringis kesakitan, bahkan tangannya pun gemetar saat mengobati lukanya, terlihat dari raut wajahnya, ia seperti ingin menangis menahan sakit.
"Ssshh, cepatlah sembuh, atau aku tidak akan bisa berjalan karenamu!" gerutu rahyun sembari menatap ke arah lukanya
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki, rahyun merasa sangat tak asing dengan langkah kaki tersebut, siapa lagi kalau bukan jimin.
"Ji-jimin!" teriak rahyun dari dalam kamar, ia lantas berdiri dan berniat untuk segera menemui jimin
Senyumnya mengembang sempurna, bahkan ia sudah tidak memikirkan lukanya lagi, ini semua karena dirinya sangat merindukan jimin yang jarang pulang akhir-akhir ini.
Rahyun membuka pintunya, matanya pun langsung tertuju pada sosok jimin yang tengah berjalan gontai menuju kamarnya.
"Jimin!" rahyun berlari dan menampakkan senyum manisnya, lantas ia pun langsung berhenti tepat di hadapan jimin
"Akhirnya kau pulang juga, aku ingin meminta ma--"
"Minggir!"
Jimin menghempaskan tubuh rahyun begitu saja, tampak sekali dari wajahnya, ia terlihat sangat tidak menyukai saat rahyun berhadapan dengannya, berbeda sekali dengan seulgi.
"Ji-jimin, maafkan aku, aku benar-benar menyesal!" rahyun meraih tangan jimin dan bermaksud agar jimin menghentikan langkahnya
Jimin pun berbalik, ia lantas menatap rahyun dengan tatapan tajam, seperti hendak melampiaskan emosinya.
"Jimin, tolong jangan seperti ini, aku mohon maafkan aku"
Rahyun bersujud di hadapan jimin, namun jimin sama sekali tidak tersentuh dan tetap saja diam di tempat.
"Pergi dari hadapanku!" bentak jimin
"Hikss..... Maafkan aku"
"Pergilah dan berkencan dengan temanmu itu!"
"Hiksss....tidak!"
"Atau aku akan....... "
Jimin mengambil ancang-ancang, ia mulai mengangkat kakinya dan......
Bugh!!
Kaki jimin beraksi begitu saja, ia menendang rahyun dengan sangat kuat, hingga rahyun terbentur ke dinding.
"Pergi atau aku akan melakukan lebih dari ini!" bentak jimin sembari berjongkok di hadapan rahyun
"Ji-jimin......."
"Ingat!, kau harus patuh denganku!, karena kau hanyalah sampah yang berharap bersanding dengan berlian!"
Jimin mencekik leher rahyun, bahkan ia menekan tangannya hingga kuku tajamnya terasa menusuk kulit rahyun.
"Hiksss..... Jimin.... Hiksss"
"Menangislah!, aku sangat senang melihatmu menangis!" ucap jimin sembari menguatkan cekikannya
"Hikss.....Lepas.... Hikss"
"Baiklah, aku akan melepasnya, namun sebagai gantinya......"
Plak!!
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With My Husband?
RomanceTujuanku menikah dengannya adalah untuk membuat kebahagiaan bersamanya. Aku tahu kasta kami berbeda, tapi tidak bisakah dia menghargaiku sebagai seorang istri, sungguh aku juga ingin diperlakukan dengan selayaknya. Sikapnya sangat dingin hingga meng...