Jimin terus memegangi perutnya sembari berteriak kesakitan, sebenarnya apa yang terjadi dengan jimin?, bukankah seharusnya rahyun yang seperti ini?.
"Jimin, kau kenapa?" tanya rahyun sembari menangis meratapi jimin
"Aghhh!, sakit sekali!"
Karena kerasnya teriakkan jimin, lantas para pengawal bertubuh kekar langsung menghampiri majikannya dengan sigap.
"Hikss..... Apa yang terjadi padanya?" tanya rahyun pada para pengawal yang kini berusaha menolong jimin
"Entah nyonya, kami sering melihatnya seperti ini beberap hari belekangan" jawab salah satu dari mereka
"Hikss... Bawa dia ke rumah sakit!" pinta rahyun agar jimin segera di bawa ke rumah sakit, ia benar-benar khawatir jika terjadi sesuatu pada jimin
Dengan gesitnya para pengawal langsung membawa jimin untuk segera di bawa ke rumah sakit.
Teriakan tak henti-hentinya jimin lontarkan saat rasa sakit di perutnya semakin hebat, ia sendiri bahkan tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya kini.
Sementara rahyun tengah menangis histeris saat melihat jimin yang sangat kesakitan, ia tidak ingin terjadi sesuatu pada jimin, dan pada akhirnya ia memutuskan untuk ikut ke rumah sakit.
Jimin berteriak kesakitan, dan pada saat itu pula rahyun menumpahkan tangisannya, namun mengapa saat rahyun yang kesakitan, jimin justru tertawa bahagia?.
......
Kini mereka telah sampai di rumah sakit, rahyun dan para pengawal ikut mendorong brankar untuk menuju ke ruang pemeriksaan.
"Hikss.... Bertahanlah... Hikss"
Rahyun menggenggam erat tangan jimin, hatinya benar-benar tersayat saat melihat pria yang ia cinta tengah berteriak kesakitan.
Rahyun bisa merasakan bahwa tangan jimin membalas genggamannya, namun tetap saja tidak membuat rahyun menghentikan tangisannya.
"Hikss.... Jimin"
Kini para dokter membawa jimin masuk ke ruang pemeriksaan, rahyun pun berdiri mematung sembari memperhatikan jimin yang mulai menghilang dari pandangannya.
Ia bersadar pada dinding dan menumpahkan tangisnya, bahkan ia tak kuat menopang tubuhnya sendiri hingga ia terperosok ke lantai.
"Hikss.... Hikss"
Rahyun menutup wajahnya dengan tangannya, bahkan kini riasannya sudah sudah hampir pudar karena terkena air mata.
Keadaan jimin saat ini benar-benar membuatnya tak bisa berhenti menangis, teriak jimin yang merasa kesakitan membuat dirinya ingin bertukar posisi saat itu juga.
Kini yang bisa ia lakukan adalah menangis dan berdoa, entah apa yang sedang dilakukan dokter di dalam sana, namun ia berharap agar mereka melakukan yang terbaik untuk jimin.
......
Setelah berjam-jam menunggu hasil, akhirnya seorang dokter keluar dari ruangan lengkap dengan jas putihnya.
"Keluarga dari pasien?" tanya dokter itu sembari memperhatikan rahyun yang terduduk di lantai
"Ya, a-aku istrinya!" balas rahyun antusias dan ia pun berdiri dengan sigap
"Bisa ikut sebentar?"
"Tentu!"
Rahyun mengikuti dari belakang kemana dokter itu pergi, dan ia berharap dokter ini akan memberi kabar tentang jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With My Husband?
RomanceTujuanku menikah dengannya adalah untuk membuat kebahagiaan bersamanya. Aku tahu kasta kami berbeda, tapi tidak bisakah dia menghargaiku sebagai seorang istri, sungguh aku juga ingin diperlakukan dengan selayaknya. Sikapnya sangat dingin hingga meng...