Kedua kaki kecil Hoseok terus melangkah tak tentu arah di dalam rumah besar itu. Dia tidak tau seluk beluk rumah ini, juga karena dia tidak tau harus kemana, jadi dia hanya bisa terus berjalan berharap bisa bertemu dengan sang Ayah.
Tak jarang saat melewati benda - benda yang cukup menarik di matanya seruan takjub selalu keluar dari bibir tipisnya itu. Sesekali juga dia akan menyentuh benda itu karena penasaran.
Setelah cukup lama berjalan akhirnya Hoseok sampai di taman belakang yang terdapat sebuah kolam berenang dan kolam ikan yang cukup besar. Dengan riang Hoseok melangkah mendekati kolam ikan di sana.
"Woaah.. Ikannya banyak sekali..". Takjubnya saat melihat banyak ikan warna - warni mendekatinya saat dia sampai di pinggir kolam. Sejenak dia berpikir bagaimana jika ikan - ikan itu dia masak, tapi saat itu juga dia menggelengkan kepalnya saat teringat Jimin. Hoseok tidak mau membuat Jimin semakin marah dan membencinya.
"Hei.. Kesini.. Ayolah..". Tangan Hoseok menyentuh air kolam dan menyuruh agar ikan - ikan di sana mendekatinya lagi. Tapi ternyata ikan - ikan itu malah semakin menjauh darinya. Hoseok cemberut melihat ikan - ikan itu.
Mata Hoseok menyapu sekitarnya, seketika matanya langsung berbinar cerah saat melihat sebuah ayunan tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Dengan senyum yang mengembang di wajah manisnya Hoseok melangkah riang mendekati ayunan itu. Dulu waktu Hoseok masih tinggal di rumah neneknya dia sangat jarang bisa bermain ayunan karena lokasi taman bermain dan rumahnya cukup jauh, karena itulah neneknya tidak memberinya izin untuk main ke taman bermain.
"Woaah.. Ini menyenangkan hahaha.. ". Hoseok tertawa riang sambil terus mendorong ayunan itu agar semakin cepat mengayun.
.
.
"Woaah.. Ini menyenangkan hahaha.. ".
Kamar Jimin yang memang berada dekat dengan taman belakang memungkinkannya untuk bisa mendengar suara Hoseok. Jimin yang awalnya sedang bermain game di PSP-nya beranjak mendekati jendela yang langsung mengarah ke taman belakang.
Disana Jimin melihat Hoseok yang sedang bermain dengan ayunannya. 'Itu milikku'. Batinnya. Jimin menatap Hoseok dari balik jendela dengan tatapan marah.
Tak lama kemudian Jimin menyimpan PSP-nya dan beranjak dari kamar itu untuk menemui Hoseok. Jimin tidak suka barang-barangnya di sentuh orang lain, termasuk Hoseok.
Sesampainya di taman belakang, Jimin mendekati Hoseok yang tidak menyadari keberadaanya. Dengan kesal Jimin kemudian berdiri tepat di depan Hoseok yang sedang mengayunkan ayunannya cukup cepat dan karena terkejut melihat Jimin yang tiba - tiba berdiri di depannya Hoseok terjungkal dari Ayunannya untuk menghindari Jimin.
"Rasakan itu, makanya jangan menyentuh barang - barang ku tanpa izin". Ujar Jimin sambil tersenyum melihat Hoseok yang terjatuh.
Hoseok sendiri berusaha mendudukan tubuhnya yang terlentang di atas rumput, tidak ada luka di tubuhnya hanya saja Hoseok terkejut dengan kejadian yang di alaminya barusan. Matanya mulai berkaca - kaca melihat Jimin yang bukannya membantu tapi malah menertawakannya, padahal Hoseok terjatuh karena ulah Jimin. Apa Jimin sangat membencinya, pikirnya.
Tanpa keduanya sadari Tn. Park mulai mendekat ke arah mereka. "Hoseokie!". Teriaknya khawatir saat melihat Hoseok anaknya duduk di atas rumput dengan mata berkaca - kaca seperti akan menangis.
Hoseok menatap sang Ayah dengan pandangan buram karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Appa..". Lirihnya. Hoseok berusaha mendirikan tubuhnya dan sang Ayah yang melihat itu mempercepat langkahnya dan segera merengkuh tubuh Hoseok dalam pangkuannya.
"Hoseokie, ada apa denganmu hmm?". Tanya Tn. Park selembut mungkin. Karena terlalu khawatir dengan Hoseok, Tn. Park bahkan tidak menyadari Jimin berada di sana dan menatap Hoseok yang berada di pelukan sang Ayah dengan tajam.
Jimin tidak suka melihat Ayahnya memeluk Hoseok seperti itu. Perasaan cemburu mulai menyelimuti tubuh kecilnya. Kemudian dengan kesal Jimin menjauh dari sana dengan langkah yang di hentak - hentakan bertanda dia benar - benar marah.
Hoseok yang tidak sengaja itu mengeratkan pelukannya pada sang Ayah dan mulai menangis. "Hoseokie? Sayang.. Kenapa menangis?". Tn. Park mengelus punggung Hoseok di pelukannya.
"Appa.. Hiks.. Hoseok.. Hiks.. Hoseok tidak mau.. Hiks.. Tinggal di sini.. ". Tangisnya. Tn. Park diam sejenak, bukankah tadi Hoseok sangat bahagia mengetahui dirinya akan tinggal disini, lalu kenapa sekarang Hoseok jadi tidak mau. Pikirnya.
"Kenapa Hoseokie bicara seperti itu? Apa ada sesuatu yang tidak Hoseokie suka di sini?".
Hoseok bingung jawaban apa yang harus dia berikan pada sang Ayah. Hoseok tidak mungkin mengatakan jika itu karena Jimin, Hoseok takut sang Ayah marah. kerena bagaimanapun juga Jimin adalah anaknya.
"Sayang?". Panggil Tn. Park karena Hoseok tidak menjawab pertanyaannya.
"Ho-hoseok.. Rindu Halmeoni.. Hiks.. Hiks..".
Sekarang Tn. Park yang bingung harus mengatakan apa pada Hoseok. Pasalnya Neneknya Hoseok sudah meninggal dua hari yang lalu, dan itulah alasan kenapa Tn. Park membawanya kesini.
"Sayang.. Hoseokie.. Lihat Appa.. ". Tn. Park melonggarkan pelukannya dan memegang kedua pipi gembul Hoseok yang berlinang air mata. "Hoseokie rindu Halmeoni hmm?". Hoseok mengangguk. "Hoseok ingin pulang ke rumah Halmeoni?". Hoseok kembali mengangguk mengiyakan. "Tapi, bukankah Hoseok sudah berjanji pada Halmeoni kalau Hoseok akan tinggal bersama Appa di sini? Apa Hoseok lupa janji itu? Jika iya Halmeoni pasti akan sangat kecewa dengan Hoseokie..".
Hoseok menatap manik sang Ayah. Tangisannya berhenti saat itu juga. "Hoseok tidak mau Halmeoni kecewa..". Lirihnya.
Tn. Park tersenyum mendengar jawaban Hoseok. "Kalau begitu, Hoseok harus tetap di sini bersama Appa. Katakan saja jika ada sesuatu yang menganggu Hoseok disini. Nanti Appa akan memukulnya untuk Hoseok..".
Mendengar jawaban sang Ayah Hoseok bergidik ngeri, dia baru saja membayangkan sang Ayah yang memukul Jimin di hadapannya. "Tidak Appa.. Jangan pukul dia.. ". Ujarnya spontan membuat sang Ayah bingung. 'Dia?'. Bantinnya.
.
.
Jimin menaiki tangga untuk menuju kamarnya, ekspresi wajahnya masih sama saat tadi melihat sang ayah begitu perhatian dengan Hoseok. 'Aku membencinya'. Batinnya kesal.
Saat tangan kecil itu akan meraih knop pintu tiba - tiba terdengar suara familiar yang memanggilnya dari lantai satu. Kaki kecil Jimin melangkah menjauh dari pintu kamarnya dan mendekat ke arah tangga.
Seketika itu juga ekspresi wajah Jimin berubah cerah saat melihat siapa yang datang ke rumahnya. "TAEHYUNGIE! JUNGKOOKIE!!". Teriaknya pada dua anak laki - laki yang tersenyum ke arahnya. Segera saja Jimin menuruni tangga untuk menemui kedua anak laki - laki itu yang merangkap sebagai temannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
A HAPPINESS THAT I WANT - JUNG HOSEOK -
FanfictionHoseok yang sejak kecil tinggal bersama orang tua dari Ibunya yang sudah meninggal di bawa pulang oleh sang Ayah karena Sang Nenek telah meninggal dan Kakeknya tidak bisa mengurus Hoseok sendirian, terlebih kakeknya sudah cukup tua. Hoseok sangat ge...