Chapter 20

782 115 19
                                    

Yoongi, pria dengan kulit putih dan wajah manis itu keluar dari gedung rumah sakit dengan tangan yang menenteng kantung kresek kecil. "Shit, apa obat-obat ini tidak terlalu banyak". Keluhnya. Walaupun wajah Yoongi terkesan manis dan menggemaskan tapi jangan harap sifat Yoongi juga akan semanis wajahnya itu karena kenyataannya sifat Yoongi adalah kebalikan dari wajah manisnya.

Yoongi baru saja keluar dari rumah sakit setelah beberapa hari di rawat karena terserang penyakit usus.

Kaki-kaki rampingnya berjalan di atas trotoar sambil melihat-lihat sekitarnya. Tidak ada pejalan lain selain dirinya di trotoar itu. "Sepi sekali". Gumamnya.

Duk

"Shit". Yoongi hampir terjatuh setelah kakinya menyandung sesuatu, saat kepalanya menunduk untuk melihat sesuatu yang membuatnya hampir jatuh matanya terbelalak dan ia mundur dua langkah. "Itu manusia?".

Perlahan Yoongi mendekat lagi, dia berjongkok dan melihat wajah orang itu. 'Dia tidak matikan'. Tangannya terulur mendekati hidung orang itu untuk memastikannya. 'Dia masih hidup, untunglah'. "Tunggu, kenapa wajahnya terlihat tidak asing?". Yoongi berusaha mengingat-ingat dimana dirinya pernah melihat wajah itu. "Mungkin kebetulan". Bahunya terangkat pelan saat dia tak menemukan jawabanya.

Yoongi mulai memapah orang itu untuk ia bawa ke rumah sakit, dalam hatinya ia bersyukur masih berada di sekitar rumah sakit. Walaupun Yoongi orang yang kasar tapi dia adalah orang yang baik, dia tidak bisa membiarkan orang tergeletak begitu saja di trotoar bukan.

.

.

.

Dokter keluar setelah selesai memeriksa keadaan Hoseok dan menemui Yoongi yang masih berada disana.

"Anda keluarganya?". Tanya dokter itu.

"Bukan".

"Anda kenalannya?".

"Bukan".

Dokter itu menatap Yoongi bingung. "Anda tidak mengenalnya?".

"Tidak".

Dokter itu menghela nafas dan kembali menatap Yoongi.

"Aku menemukannya di trotoar dekat rumah sakit ini, jadi apa yang terjadi padanya". Yoongi bukanlah orang yang selalu ingin tau urusan orang lain yang tidak ada hubungan apa-apa dengannya, tapi entah kenapa saat ini dia benar-benar ingin tau apa yang terjadi pada Hoseok. Ya Hoseok, yang Yoongi temui di trotoar itu adalah Hoseok.

"Dia menderita depresi ringan". Jelas sang Dokter.

Tak banyak ekspresi yang berubah dari Yoongi. "Itu serius?".

"Itu akan menjadi serius tergantung situasi, dia mempunyai beberapa luka di bagian wajahnya, mungkin dia menerima tekanan hidup di lingkungannya. Jika itu terus terjadi ada kemungkinan dia akan mengalami hal lebih buruk dari sekarang".

Yoongi mengangguk mengerti. "Terimakasih dokter".

"Sama-sama, kau boleh menemuinya sekarang". Dokter pun pergi setelah membiarkan Yoongi menemui Hoseok.

Yoongi duduk di kursi yang berada dekat ranjang tempat Hoseok berbaring. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kenapa wajahmu itu terasa tak asing bagiku". Monolog Yoongi sambil memperhatikan wajah Hoseok dan berusaha memutar ingatannya kembali.

"Huft..". Yoongi menjatuhkan tubuhnya ke sandaran kursi dan mendongak melihat langit-langit kamar itu. 'Kenapa aku tak bisa menemukan ingatan tentangnya, apa hanya perasaanku saja? Tapi kenapa wajahnya benar-benar tak asing'. Batinnya.

"Hoaaam..". Yoongi menguap, suasana yang hening membuatnya mengantuk sekarang. Setelah melihat Hoseok yang seperti tak akan siuman dalam waktu dekat Yoongi memilih memejamkan mata untuk meredam rasa kantuk yang menyerangnya.

.

.

.

JUNGKOOK POV

Dia pergi, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, aku ingin sekali mengejarnya tapi aku tidak bisa, benar-benar tak bisa untuk saat ini. Aku hanya berharap semoga dia baik-baik saja.

Jimin sahabatku sejak kecil dalam ambang antara hidup dan mati, aku terkejut mengetahui itu.

Ku lihat Ny. Lee sangat terpukul mengetahuinya. Aku mengetahui sendiri bagaimana rasa sayang Ny. Lee kepada Jimin, bagi Ny. Lee Jimin adalah segalanya. Tapi kenapa Ny. Lee menyalahkan Hoseok?

Satu yang belum aku mengerti saat ini, kenapa Tn. Lee terlihat sangat kecewa pada Hoseok? Apa yang terjadi? Kenapa mereka seakan menyalahkan Hoseok dalam kejadian ini?

JUNGKOOK POV OFF

"Taehyung?". Jungkook memanggil Taehyung yang berada di sampingnya. Di koridor hanya tersisa mereka berdua sekarang, Tn. dan Ny. Lee sedang melihat keadaan Jimin di dalam.

"Hm".

"Kenapa Paman dan Bibi seakan-akan menyalahkan Hoseok?".

Taehyung tertawa pelan dalam posisinya. "Tentu saja ini memang salahnya".

Jungkook menoleh menatap Taehyung. "Kau tidak mengatakan hal yang tidak benarkan?". Jungkook sedikit curiga pada Taehyung.

"Tidak, aku mengatakan yang sejujurnya. Jimin celaka karena dia, karena hama itu. Ku fikir hal wajar jika Paman dan Bibi membencinya sekarang, hama itu telah mencelakai Jimin". Ujar Taehyung sambil menatap pintu kamar tempat Jimin berada.

"Hoseok tidak mungkin sengaja mencelakai Jimin, kau tau sendiri Hoseok menyayangi Jimin". Sangkal Jungkook.

"Tidak. Aku tidak mengetahui itu, yang aku ketahui hanya dia sudah membuat Jimin-ku terluka dan menangis". Tegas Taehyung.

Jungkook akan kembali bersuara sebelum Taehyung mendahuluinya. "Kenapa kau membelanya?". Tanya Taehyung menatap Jungkook dari samping.

"Aku tidak membelanya".

"Kau membelanya, apa kau ingin mengkhianati aku dan Jimin?".

"Apa yang kau bicarakan? Jangan bicara sembarangan".

"Terserah".

Keheningan kembali menyapa koridor itu.
.

.

.

Tubuh kecil itu kini terbaring lemah di atas ranjang dengan berbagai alat medis menempel di tubuhnya.

Matanya yang indah kini tertutup rapat dan tidak pasti kapan akan terbuka lagi.

"Hiks.. Hikss..".

Tangis itu masih belum berhenti sejak mengetahui bahwa anak kesayangannya mengalami kecelakaan. Sedangkan pasangan hidupnya, Tn. Lee hanya bisa memeluk dan mengeluarkan kata-kata penenang. Bohong jika Tn. Lee tidak sedih melihat keadaan Jimin sekarang, jika boleh maka Tn. Lee juga akan menangis meraung seperti Ny. Lee, tapi Tn. Lee tidak bisa, dia seorang kepala keluarga dia tidak boleh ikut lemah seperti Istrinya sekarang.

"Hiks.. Kenapa harus Jimin.. ". Ujar Ny. Lee dengan suara serak karena terlalu lama menangis.

Tn. Lee yang masih setia memeluk sang Istri mengelus punggung itu lembut. "Yeobo.. Berhentilah menangis, apa kamu tidak lelah?". Bujuk Tn. Lee pelan.

"Bagaimana aku bisa berhenti jika.. Hiks.. Jika anak kesayanganku.. Hiks.. Hiks.. Jimin...".

Tn. Lee semakin mengeratkan pelukanya dengan mata yang menatap sang anak di depannya. 'Cepatlah bangun sayang..'.

TBC

A HAPPINESS THAT I WANT - JUNG HOSEOK -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang