Chapter 04

866 125 3
                                    

10 Tahun Kemudian

"Selamat pagi Appa, Selamat Pagi Eomma". Jimin mengecup masing - masing Pipi orang tuanya yang sudah lebih dulu duduk di meja makan untuk sarapan.

"Selamat pagi Jimin, kamu bangun pagi hari ini. Hyungmu saja belum turun". Ujar Tn. Park.

Jimin merengut. "Inikan hari pertama Jimin masuk SHS Appa, Jimin tidak mau terlambat".

"Aigoo.. Jimin kecil Appa mulai dewasa.. ". Jimin tersenyum sang ayah memujinya.

"Selamat pagi Appa, Selamat Pagi Eomma..". Tidak lama Hoseok datang dan segera mendudukan dirinya di kursi yang kosong. Hoseok tidak mengecup Pipi Orang tuanya seperti Jimin, dia selalu merasa canggung. Sekarang Hoseok sudah dewasa, dia sudah mengetahui semuanya. Tentang bahwa dia dan Jimin bukan saudara kandung, Tentang bahwa dia adalah Anak dari Istri pertama Appa-nya, Tentang bahwa Eomma sambungnya belum bisa sepenuhnya menerima kehadirannya. Karena itu dia selalu merasa canggung, tapi perasaan itu tidak berlaku untuk sang Ayah. Ayahnya sangat baik, beliau tidak membedakan antara Jimin maupun dirinya. Baginya keduanya adalah anak yang paling beliau sayanginya. Karena itu Hoseok sangat menyayangi Ayahnya, terlebih Ayahnya lah keluarga satu - satunya yang dia miliki saat ini. Tapi bukan berarti dia tidak menyayangi Jimin juga Ibu sambungnya. Hoseok menyayangi keduanya. Walaupun mereka kadang tidak menganggapnya tapi Hoseok tetap menyayangi mereka.

"Selamat pagi Hoseok. Appa akan mengantar Jimin ke sekolahmu, kamu ikut ya".

Hoseok melirik Jimin sekilas untuk melihat reaksi-nya saat Tn. Park mengajaknya berangkat bersama. "Eum.. Baiklah Appa". Jawabnya kemudian setelah melihat Jimin tidak menunjukan Ekspresi apapun di wajahnya. Itu artinya Jimin tidak masalah jika Hoseok satu mobil dengannya.

Jimin adalah murid angkatan baru di sekolah Hoseok. Tn. Park sengaja memasukan Jimin ke sekolah yang sama dengannya, alasannya agar Tn. Park dan Ny. Park tidak perlu repot jika ada urusan ke sekolah, terlebih sekolah Hoseok adalah salah satu sekolah yang cukup Populer di Seoul.

"Baiklah. Sekarang ayo makan makanan kalian, kalian tidak ingin terlambat bukan?".

Keluarga itu pun memulai acara sarapan mereka dengan tentram.

.

.

Mobil yang di kendarai Tn. Park berhenti di depan gerbang sekolah yang sengaja di buat menjulang tinggi. Setelah berpamitan pada sang Ayah, Hoseok dan Jimin pun keluar dari dalam mobil. Keduanya berdiri di samping mobil untuk menunggu sang Ayah menjalankan mobilnya.

"Hoseok, jaga adikmu ya..". Hoseok mengangguk dengan senyum di bibirnya. "Hati - hati Appa".  Tn. Park pun pergi meninggalkan keduanya.

"Kau! Apapun yang terjadi jangan pernah menyapaku di sekolah. Aku tidak ingin teman - temanku nanti mengetahui bahwa kau adalah Hyungku". Setelah mengatakan itu Jimin pergi lebih dulu memasuki halaman sekolah meninggalkan Hoseok yang tersenyum miris.

Itulah Jimin, Dia hanya berbuat baik padanya jika di depan sang Ayah. Setelah sang Ayah pergi, sikap Jimin akan berubah dingin padanya. Hoseok sendiri tidak pernah tau kenapa Jimin bersikap seperti itu padanya. Itu sudah terjadi sejak mereka masih kecil. Hoseok sendiri tidak ingin menanyakan hal itu, Lebih tepatnya Hoseok takut, takut jika Jimin marah.

"Hoseok? Sedang apa kau disini?".

"Namjoon. tidak, aku sedang tidak apa - apa". Jawabnya cepat, Hoseok sedikit terkejut saat tiba - tiba Namjoon yang entah kapan sudah berada di sampingnya membuka suara.

"Ayo masuk, sebentar lagi bel berbunyi". Hoseok mengangguk dan melangkahkan kaki nya beriringan dengan Namjoon.

Kim Namjoon adalah teman sebangku Hoseok, dia adalah salah satu murid Pintar di sekolahnya. Hoseok bertemu Namjoon saat dia pertama kali bersekolah di sini, waktu itu Hoseok tidak memiliki teman sebangku. Tapi tiba - tiba saja Namjoon dengan dimple di kedua pipinya datang dan menempati kursi kosong di sebelahnya. Awalnya Hoseok sangat canggung dengan Namjoon, tapi karena Namjoon selalu mengajaknya bicara akhirnya Hoseok mulai dekat dengan Namjoon. Namjoon juga sangat baik padanya, dia selalu menyuruh Hoseok bertanya jika ada pelajaran yang tidak Hoseok mengerti.

Walaupun itu sudah satu tahun yang lalu tapi keduanya tetap bersama, terbukti sampai sekarang mereka bahkan masih menjadi teman sebangku.

Setelah cukup lama keduanya berjalan sampailah mereka di kelas baru yang akan mereka tempati selama satu tahun. Saat Hoseok dan Namjoon datang kelas itu sudah sangat ramai, nampaknya semua teman - temannya sudah lebih dulu datang.

Di dalam kelas Semua temannya mempunyai kesibukan masing - masing. Ada seorang anak laki - laki bernama Hyunseo yang sangat suka bernyanyi sambil memainkan gitarnya yang selalu dia bawa kemana - kemana sedang bernyanyi bersama teman lainnya, ada Haehwan anak perempuan yang kutu buku dan sedikit culun sedang membaca buku, walaupun suasana kelas sangat berisik tapi sepertinya dia tidak terganggu sama sekali, Ada juga beberapa murid laki - laki dan perempuan sedang berkumpul membicarakan sesuatu. Bergosip, begitulah mereka menyebutnya.

Hoseok dan Namjoon duduk di sebuah Meja yang cukup dekat dengan tempat temannya bergosip. Hoseok mendengar mereka sedang membicarakan para adik kelas.

"Hei, Kalian tau Jungkook?". Seorang murid perempuan bernama Eunbi bertanya pada teman - temannya. "Dia sangat tampan". Lanjutnya. "Ya, aku tau! Dia temannya Taehyung dan Jimin bukan, tapi menurutku Taehyung jauh lebih tampan darinya. Apalagi saat dia tersenyum, Ahhh.. Aku ingin menjadi kekasihnya..". Sahut Seohwi antusias. "Jungkook? Taehyung? Menurut kalian mereka tampan? Hahaha selera kalian benar - benar jelek". Semua murid yang ikut bergosip melirik Haejoon. "Kalian ingin tau siapa Pria paling tampan di sekolah ini?". Lanjutnya. "Siapa?". Jawab mereka bersamaan. "Dia adalah... ". Haejoon mengantung perkataannya membuat teman - temannya gugup. "Aku!". Lanjutnya dengan bangga. Semua temannya memutar bola mata malas. Sekarang mereka menyesal mendengarkan Haejoon, seharusnya mereka tau itu hanya omong kosong, apalagi jika Haejoon yang bicara. Haejoon itu Narsis.

Hoseok terkekeh geli mendengar itu. Dari saat Hoseok mendudukan tubuhnya di kursi itu dia memang mendengarkan apa yang sedang di bicarakan teman - temannya. apalagi saat nama Sahabat adiknya di sebut.

"Kau kenapa?".

Hoseok menengokkan kepalanya ke samping, lebih tepatnya ke arah Namjoon yang duduk di sampingnya. "Tidak apa". Jawabnya dengan masih menyunggingkan senyum. Sepertinya Namjoon tidak mendengar apa yang Haejoon katakan tadi.

"Ku rasa pagi ini kau terlihat aneh". Komentar Namjoon.

"Benarkah?".

"Iya. Tadi saat di depan gerbang kau melamun sendiri lalu sekarang kau tertawa sendiri". Jelas Namjoon. "Dan saat di tanya kenapa kau hanya menjawab 'Tidak apa'". Lanjutnya.

Hoseok tertawa. "Tapi aku memang tidak apa Namjoon..".

TBC

A HAPPINESS THAT I WANT - JUNG HOSEOK -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang