Chapter 16

762 109 22
                                    

Api unggun malam ini berbeda dengan malam kemarin, kali ini Api unggun sengaja di buat lebih besar oleh panitia. Para peserta kemah berdiri mengelilingi api unggun itu sambil menyanyikan lagu api unggun bersama-sama.

Menyenangkan. Itulah kesan pertama Hoseok, walaupun dia tidak berdiri di barisan paling depan tapi dia bisa tetap merasakan hangat dari api unggun itu. Hoseok bernyanyi sambil tersenyum.

"Kau terlihat bahagia". Hoseok menengokkan kepala ke samping kanannya, dimana tempat Namjoon berdiri juga yang baru saja berbisik di telinganya.

Hoseok mengangguk semangat. "Ini menyenangkan". Bisiknya pada Namjoon.

"Kau seperti anak kecil, Hoseok". Bisik Namjoon lagi dengan di akhiri tawa pelan.

"Yak!". Hoseok memekik pelan dan detik selanjutnya dia menutup mulut menggunakan kedua tangannya setelah menyadari dirinya membuat kesalahan. Namjoon yang melihat itu tak kuat menahan tawa dan ikut menutup mulut untuk meredam suara tawanya.

.

.

Acara api unggunpun selesai satu jam kemudian. Panitia mempersilahkan muridnya untuk bersenang-senang sebelum waktunya tidur.

Jimin di dalam tenda sendirian sambil memainkan ponselnya, dia baru selesai berbincang dengan sang Ayah di telpon. Sedangkan Jungkook dan Taehyung entah dimana mereka sekarang, mungkin bermain dengan murid lainnya. Jimin terlalu lelah setelah menjelajah siang tadi dan malas untuk bertemu dengan Hoseok, jadi dia memilih berbaring di dalam tenda dengan cemilan dan ponsel.

Drrt.. Drrt.. Drrt.

Jimin mengerutkan dahi melihat layar ponselnya. 'Kenapa Appa menelponku lagi?'. Pikirnya. Tak ingin membuat sang Ayah menunggu lama Jimin pun menjawab panggilan itu.

"Halo Appa".

"...".

"Tidak, Aku tidak sibuk. Memangnya kenapa?".

"...".

"Hoseok Hyung? Mungkin ponselnya mati". Air muka Jimin berubah datar setelah sang Ayah menyebut nama Hoseok.

"...".

"Baik Appa, aku akan mencarinya dan menyuruh Hyung untuk menghubungi Appa".

"...".

"Sama-sama Appa, Jimin juga sayang Appa".

Setelah panggilan itu mati Jimin langsung melempar ponselnya kesembarang arah. Tidak, dia tidak marah pada sang Ayah, tapi dia marah kepada Hoseok. Hoseok benar-benar mengganggu hidupnya, andai tidak ada Hoseok Jimin pasti akan tetap berbaring di dalam tenda itu.

'Jung Hoseok sialan!'. Dengan terpaksa Jimin bangkit dan meninggalkan tenda untuk mencari Hoseok. Dia awalnya ingin menolak permintaan sang Ayah, tapi setelah mendengar ayahnya memohon akhirnya Jimin mengiyakan.

"Jungkook dan Taehyung dimana ya..". Jimin mengedarkan matanya untuk mencari dua sahabatnya itu. "Terserahlah, aku pergi sendiri saja". Kesalnya saat tak berhasil menemukan keduanya.

Jimin pun mulai melangkah meninggalkan tenda dengan sebuah senter di tangannya. Tujuan pertamanya adalah Tenda Hoseok.

Jarak tenda Jimin dan Tenda Hoseok memang cukup jauh, dalam perjalanan Jimin sesekali melihat sekitar berharap bisa bertemu Hoseok secepatnya agar dia bisa kembali berbaring di dalam tendanya dengan nyaman.

Saat hampir sampai di tenda milik Hoseok terdapat dua teman Hoseok yang tidak Jimin ketahui namanya sedang membicarakan orang yang dicarinya. Karena tak ingin repot bertanya pada mereka Jimin memilih untuk menguping saja.

"Hoseok pergi bersama Haejoon".

"Kemana?".

"Ku dengar mereka menyebut Sungai, mungkin mereka pergi ke sungai".

"Untuk apa mereka pergi ke sungai malam-malam begini".

"Entahlah, mungkin untuk melihat kunang-kunang. Katanya jika malam hari kunang-kunang banyak disana, Haejoon juga membawa kameranya".

"Sekarang aku mengerti, kenapa kau tidak ikut?".

"Malas".

Salah satu dari laki-laki itu pun masuk kedalam tenda.

"Sungai ya.. Sepertinya itu tidak jauh darisini". Gumam Jimin.

'Tapi aku takut jika harus pergi sendiri'. Jimin meremas jaketnya ragu.

'Apa aku kembali ke tenda saja dan katakan pada Appa jika aku tidak menemukannya? Tapi Appa pasti berpikir aku tidak mencarinya. Jika pergi dengan Jungkook dan Taehyung itu artinya aku harus mencari mereka dulu dan itu akan memakan waktu'.

"Sudahlah, aku pergi sendiri saja. Sungainya juga tidak jauh.. Ku rasa". Dengan mengingat-ngingat kembali jalan yang di lewatinya siang tadi Jimin pun mulai memasuki Hutan dengan sebuah senter di tangannya.

"Mereka bilang dia baru saja pergi kan, artinya dia pasti belum jauh". Jimin terus bergumam dengan mata yang melihat sekitar ragu. "Kenapa gelap sekali disini". Kepalanya menengok ke belakang untuk memastikan dia masih melihat cahaya dari tempat kemah.

Kaki-kaki Jimin terus melangkah semakin jauh kedalam hutan dengan mengikuti jalan setapak yang akan menuju ke sebuah sungai, setidaknya itulah yang dia ingat siang tadi.

"Itu suara air mengalir, pasti tidak jauh lagi". Dengan semangat Jimin berjalan semakin cepat. Saat matanya melihat sebuah cahaya dari dekat sungai Jimin sudah yakin itu adalah Hoseok dan temannya.

"Hoseok!". Panggil Jimin saat sudah berada cukup dekat dengannya.

Hoseok yang sedang memegang kamera mengalihkan pandangannya ke sumber cahaya yang sengaja di arahkan padanya. "Jimin?". Gumamnya sedikit ragu.

Haejoon yang berada cukup jauh darinya tidak mendengar suara itu.

"Jimin? Itu kamu?". Tanya Hoseok.

"Iya ini aku! Kemarilah!". Perintah Jimin tegas. Dia tidak ingin temannya Hoseok melihat dirinya berbicara dengan Hoseok.

Hoseok yang mengerti keinginan Jimin mendekati Haejoon terlebih dulu dan meminta Izin untuk pergi sebentar.

"Ada apa? Kenapa kamu disini?". Tanya Hoseok terlebih dahulu setelah Jimin membawanya menjauh dari Haejoon.

"Appa menyuruhmu untuk segera menghubunginya". Jimin menjawab ketus.

"Baiklah, terimakasih Jimin". Hoseok tersenyum.

"Cih, kenapa kau selalu menyusahkanku!".
Hoseok perlahan menunduk. "Maaf". Ucapnya merasa bersalah.

Jimin tak menjawab.

"A-apa kamu pergi sendiri?".

Jimin meliriknya tajam. "Menurutmu?".

"Biar ku antar kamu kembali". Tawar Hoseok.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri. Jangan menyusahkan ku lagi, sialan".

"Ma-maaf.. Aku lupa mengaktifkan ponselku lagi".

"Jika Appa tidak memohon aku tak sudi menemuimu".

Hoseok hanya menunduk tak berani menjawab. Ingat, Hoseok takut Jimin yang sedang marah.

"Sudahlah, aku mau kembali". Jimin berniat melangkah tapi tiba-tiba Hoseok menahan tangannya,  Jimin yang tak suka di sentuh langsung menyentakkan tangannya membuat tangan Hoseok terlepas. "Jangan menyentuh ku! Sudah berapa kali ku katakan hah!!". Teriak Jimin sebelum akhirnya pergi meninggalkan Hoseok.

"Ma-maaf.. Hati-hati.. Jimin..".

TBC

A HAPPINESS THAT I WANT - JUNG HOSEOK -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang