Chapter 07

879 121 5
                                    

Jalanan mulai sepi dan sekarang Hoseok menyesal kenapa dia tidak menunggu Bus saja. Udara malam semakin dingin dan Hoseok tidak membawa jaket, dia hanya bisa menggosok - gosokan kedua tangannya untuk menghilangkan dingin. Ponselnya mati sudah dari tadi, Ayahnya pasti mencemaskannya karena dia tidak sempat memberitahu jika ada tugas kelompok. 

Rumahnya tidak jauh lagi, hanya perlu menyebrang jalan dan berjalan memasuki kawasan perumahan di sebrangnya. Karena memang jalanan sepi Hoseok menyebrang tanpa melihat kiri kanannya, dia hanya terus berjalan sambil mengosokan kedua tangannya sampai tidak menyadari sebuah motor melaju cukup cepat ke arahnya. Saat sudah di tengah jalan dan motor itu sudah dekat dengannya tiba - tiba pengendara motor itu membunyikan klakson-nya membuat Hoseok seketika menengok ke arah motor yang melaju itu. Karena tidak sempat menghindar akhirnya Hoseok terserempet motor dan jatuh ke aspal dengan beberapa kali berguling dan akhirnya membentur trotoar.

Pengendara motor itu juga terjatuh karena keseimbangan terganggu saat tidak sengaja motornya menyentuh tubuh Hoseok. Motornya tidak rusak, hanya terdapat beberapa goresan di beberapa bagian yang membentur aspal. Pengendaranya sendiri juga terlihat baik - baik saja, terbukti dari dia yang segera berdiri dan melepas helm-nya kemudian di lemparnya ke aspal. Sepertinya pengendara itu kesal.

Kakinya melangkah lebar mendekati Hoseok yang berusaha mendudukan dirinya. "YAK!! APA KAU TIDAK PUNYA MATA!!". Teriak pengendara itu pada Hoseok.

Hoseok tidak memberi respon, dia masih terkejut dengan kejadian yang baru saja di alaminya. Sakit dia rasakan di kepalanya.

"APA KAU TULI HUH?! YAK!!". Pengendara itu kembali meneriaki Hoseok, seharusnya dia bertanya apa Hoseok baik - baik saja karena Hoseok adalah korban darinya. Tapi sepertinya pengendara itu acuh saja dengan keadaan Hoseok.

Hoseok yang masih terduduk di atas aspal membuka matanya perlahan dan melihat ada sepasang sepatu di depannya. Sambil sebelah tangannya memegang bagian kepalanya yang sakit Hoseok mendongak ke atas untuk melihat siapa gerangan pemilik sepasang sepatu itu.

"Kau!". Ujar pengendara itu terkejut saat melihat orang yang tidak sengaja dia serempet adalah Hoseok.

Tidak hanya pengendara itu, Hoseok sendiri juga terkejut mengetahui sepasang sapatu yang berada di depannya adalah milik orang yang dia kenal.

"Jungkook.. ". Gumamnya.

Dengan susah payah Hoseok berusaha berdiri di depan Jungkook, kepalanya benar - benar sakit saat ini. Hoseok bahkan sempat kembali terjatuh karena tidak kuat merasakan sakit di kepalanya.

Jungkook tanpa ada niat untuk membantu hanya diam memperhatikan Hoseok di depannya dengan pandangan sulit di artikan.

"Ju-jungkook? Kenapa kau ada di sini?". Tanya Hoseok sambil menahan sakit di kepalanya.

"Kau lihat itu? Itu adalah motorku". Tunjuk Jungkook pada motornya yang masih tergeletak tidak jauh dari mereka.

Hoseok mengikuti arah telunjuk Jungkook mengarah, tiba - tiba dia membungkuk di depan Jungkook dan mengucapkan banyak kata maaf setelah menyadari kesalahannya. Hoseok telah merusak motor Jungkook, begitulah pikirnya.

"Kau tau harga motorku mahal?".

Hoseok mengangguk dengan tangan yang masih memegangi kepalanya, sepertinya tadi kepalanya terbentur cukup keras, sekarang bahkan Hoseok merasakan tangannya basah oleh darah dari kepalanya.

"Aku ingin kau ganti rugi". Ujarnya Dingin.
Pandangan Hoseok mulai mengabur, entah kenapa kepalanya semakin sakit dan Hoseok benar - benar tidak bisa menahannya lagi. Hoseok bahkan tidak bisa mendengar apa yang Jungkook katakan barusan.

Perlahan kelopak mata Hoseok menutup seiring dengan tubuhnya yang hampir jatuh kembali ke atas aspal jika saja tangan Jungkook dengan sigap tidak menahan pinggangnya.

Jungkook menarik Hoseok ke arahnya membuat kepala Hoseok membentur bahunya pelan. Pegangan Tangan Jungkook di pinggang Hoseok semakin mengerat setelah merasakan tubuh Hoseok melemas.

"Hoseok". Panggil Jungkook tapi Hoseok tidak meresponnya.

"Jung Hoseok!". Masih sama, Hoseok tidak merespon panggilan Jungkook.

Dengan sebelah tangannya lagi Jungkook mendongakan kepala Hoseok. Melihat mata Hoseok yang tertutup rapat dan darah di pipi kanannya Jungkook menghela nafas kesal. "Menyebalkan". Keluhnya saat mengetahui Hoseok pingsan.

Kemudian Jungkook mendial nomor salah satu supir di rumahnya untuk menjemputnya dan juga seorang montir untuk membawa motornya.

.

.

Tn. Park sedang cemas menanti anak sulungnya. Ini sudah lewat dari jam pulang sekolah dan anaknya masih belum pulang. Biasanya jika Hoseok pulang telat dia akan menghubunginya, tapi kali ini tidak ada.

Tn. Park sudah bertanya pada Jimin apa dia tau keberadaan kakak-nya, tapi Jimin hanya menggeleng tidak tau. Dalam hati Jimin berharap semoga Hoseok tidak akan kembali ke rumahnya ini.

Tn. Park terus mondar - mandir di ruang tamu dengan sesekali menghubungi ponsel Hoseok tapi ponsel itu tetap tidak bisa di hubungi dan itu membuat Tn. Park semakin cemas dengan Hoseok.

"Sayang sudahlah, ini sudah malam kau harus istirahat". Tn. Park menatap sang Istri.

"Bagaimana aku bisa istirahat jika anakku belum pulang bahkan nomornya tidak bisa di hubungi".

"Hoseok sudah besar, dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri". Ujar Ny. Park sedikit kesal karena Suaminya sangat memperhatikan Hoseok.

"Ini kedua kalinya dia seperti ini, kau ingat bukan kejadian beberapa tahun lalu".

"Itu sudah lama, tidak mungkin dia tersesat lagi. Dia sudah cukup dewasa".

"Aku harus mencarinya". Putus Tn. Park.

"Park Jongwon!!". Teriak Ny. Park menyebut nama Tn. Park.

"Kenapa kau begitu memperhatikannya! Dia sudah dewasa Jongwon, dia bisa menjaga dirinya sendiri!". Marah Ny. Park.
"Kau tanya kenapa? Tentu saja karena dia adalah anakku!". Jawab Tn. Park lantang.

"Jimin juga anakmu! Tapi kenapa kau hanya mencemaskan anak itu! Apa karena wajah dia sangat mirip dengan Wanita sialan yang sudah mati itu!".

"Park Minae!!". Ny. Park terkejut Tn. Park meneriaki namanya.

"Sunghee bukanlah wanita sialan, camkan itu baik - baik". Setelah mengatakan itu Tn. Park pergi untuk mencari Hoseok.

Ny. Park yang kesal kemudian pergi ke kamarnya dan membanting pintu kamarnya untuk melampiaskan amarahnya.

Tanpa kedua orang tuanya ketahui, Jimin mendengar pembicaraan mereka dari lantai dua. Tadi Jimin hendak mengambil air minum karena merasa haus, tapi niatnya di urungkan saat melihat kedua orang tuanya sedang berbicara serius dan berakhirlah dia mendengar pembicaraan mereka.

Kedua tangan Jimin terkepal dan rahangnya mengeras menandakan dia tengah marah.

"Ini semua gara - gara Jung Sialan Hoseok! Lihat saja aku akan memberinya pelajaran karena sudah membuat kedua orang tuaku bertengkar".

TBC


A HAPPINESS THAT I WANT - JUNG HOSEOK -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang