***
Mobil sedan berwarna hitam pekat memasuki sekolahan yang sudah terlihat sepi, sepertinya bel sudah berbunyi beberapa menit lalu. Tetapi, kenapa gerbang belum juga tertutup? Ah, sepertinya Aprilia hampir lupa satu hal, dengan siapa ia berangkat sekarang. Sudahlah, gak penting. Kemudian Aprilia turun dari mobil Dirga tanpa mengatakan sesuatu, melangkah cepat menuju kelasnya.
Dirga hanya mampu menggeleng pelan, melihat punggung Aprilia yang sudah menghilang.
Sebelum mengetuk pintu Aprilia sesekali menghembuskan napas pelan. Dugaannya seratus persen benar, kelas sudah di mulai sekitar sepuluh menit yang lalu. Namun, ia masih enggan mengetuk pintu, bagaimana ini? Aprilia terus menimang sampai seseorang dengan santainya mengetuk pintu itu, membuat Aprilia mendongak tak percaya. Dia adalah Dirga mahendra, anak pemilik yayasan di sekolah itu.
Tak lama dari itu, suara derap langkah kaki dari dalam ruangan terdengar mendekat. Pintu terbuka, menampakkan tatapan horor dari Ibu Desta, yang terkanal killer.
Aprilia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sementara Dirga hanya memasang muka datarnya.
"Permisi," ucap Dirga, ngacir memasuki kelas, meninggalkan Aprilia yang masih diam mematung.
"Woy, ayo masuk. Betah ya di luar?" ucapan Dirga, membuat Aprilia tersentak dan tersenyum kikuk ke arah Ibu Desta.
"Permisi, Bu."
Bu Desta terlihat menahan emosi, menghembuskan napas gusar beberapa kali, sampai ia kembali ke tempatnya.
Benar-benar beruntung berangkat dengan Dirga pagi ini, jika tidak maka Ibu killer itu pasti sudah menyuruh Aprilia berdiri dengan satu kaki sembari memegang telinga. Sepertinya, Aprilia harus berterima kasih kepada Dirga. Meskipun, ucapan itu sama sekali tidak pantas untuknya.
Pelajaran berlangsung, setelah Bu Desta mulai menjelaskan kembali materi Metabolisme, pelajaran Biologi.
***
Berjalan seorang diri di koridor benar-benar membuat Aprilia risih. Bukan karena orang-orang menatapnya tidak suka, tapi karena seseorang yang sedari tadi seperti memperhatikannya dari awal melangkah keluar kelas.
Mungkin jika itu adalah Dirga, Aprilia akan bersikap biasa saja. Tetapi dia bukan Dirga, dia cowok dingin yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolahnya itu.
Aprilia mendadak memikirkan rumor yang ia dengar dari Sari, sahabatnya. Apa benar pria itu menyukainya saat pertama kali masuk sekolah? Sudah lama sekali, tapi rasanya tidak mungkin.
"Pila?"
Panggilan dari seseorang membuat gadis itu menoleh, bernapas lega ketika Sarita ayu putri, sahabatnya melangkah kearahnya.
Aprilia tersenyum senang, lalu menoleh. "Dari mana aja lo?"
"Dari toilet Nona, baru juga di tinggal sebentar sudah rindu aja lo, haha." Sari tertawa puas.
"Gak usah kepedean deh lo!" titah Aprilia.
"Udah ah, kalau debat mulu. Kapan isi perutnya."
Tidak lucu, namun Aprilia tetap tertawa. Membuat pria yang masih saja memperhatikannya membentuk senyum tipis, Aprilia bisa merasakannya. Kemudian cepat-cepat menarik tangan Sari untuk segera berlalu dari sana.
"Kenapa sih, lo?" Sari berdecak kesal, mendapat tarikan tiba-tiba dari Aprilia, mereka sudah berada di depan kantin.
"Gak ada, yuk." Aprilia melepaskan tangannya setelah menoleh ke belakang. Kemudian memasuki kantin yang sudah ramai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah pilihan
Teen FictionBagaimana jika akhirnya kau di paksa untuk memilih? Kira kira siapa yang akan menjadi pilihanmu, jika tiga orang secara bersamaan berlomba-lomba menggapai cintamu? Dan apa yang bisa kau lakukan? Kau hanya akan memilih siapa yang diinginkan hatimu. A...