Bagian dua belas

72 8 0
                                    


____

Aprilia menatap langit yang di hiasi bintang malam, beserta bulan yang memancarkan sinarnya.

Hatinya yang kesepian terasa lebih berwarna saat memandang ciptaan Allah yang indah itu. Kerlap kerlip bintang di atas sana membuat hatinya merasakan kehangatan tersendiri.

'Ma, Pa, Pilla rindu. Rindu saat saat kita masih berkumpul bareng, bermain bareng, tertawa bareng, makan bareng, Bahkan semuanya bareng. Terakhir Pilla merasakan semua itu, saat Pilla masih kelas satu SMA. Asal Mama sama Papa tahu, Pilla kesepian tanpa kalian. Meskipun Ibu Tatih, Ayan sama suaminya Bu Tatih ada bersama Pilla, tetap saja beda. Rasanya beda Pa, Ma. Cepat pulang, Pilla kangen banget sama kalian.' Tanpa sadar tetesan bening mengalir dari pelupuk matanya, dengan cepat ia menyekanya.

Kemudian ia kembali ke kamarnya, mengambil ponselnya di atas nakas yang sedari tadi berdering.

Matanya langsung membulat sempurna saat melihat sepuluh pesan dari Albi yang belum sempat ia lihat sama sekali, dengan cepat ia memeriksanya, takutnya pria itu marah dan tak menghubungi lagi. Tapi tunggu, kenapa Aprilia jadi ketakutan seperti itu? Ah entah lah Aprilia juga bingung.

Albi cerewet

Sayang....
Woy sayang, udah tidur ya. Balas kek chat pacar mu yang tampan ini.
Pilla? Aku nangis nih.
1,2,3 Dor, balas dong Piala.
Pilla.
Sayang.
Love ku.
Beb ku.
Ummachh ku.
Aduh sayang...

Aprilia terkekeh setelah membaca pesan yang di kirim Alibi padanya, dengan cepat ia memberi balasan untuk pria cerewet itu.

Maaf, gue baru buka HP.
Ada apa?

Sedetik kemudian Albi membalasnya, secepat itu kah? Aprilia lagi lagi tersenyum karena hal sepele yang menurutnya, menggemaskan.

Gak papa, aku khawatir aja sama kamu.
Kamu gak papa kan?

Gue gak papa, Bi. Santai aja.

Tapi, gue kenapa napa Pril.

Kamu sakit?

Iya, sakit hati. Chat ku lama baru di bales sama pacar.

Lebay lu ah.

Aku begini karena kamu sayangku.

Idih, jijik.

Bilang aja kamu kesenengan aku panggil sayang kan?

Gak sama sekali, yang ada gue jijik.

Haduh pake gak ngaku segala, ya udah deh. Good night , beb. Mimpiin aku yang tampan ini, yang setampan justin bibier, jangan sampai lupa ya. Hehe.

Read.

Aprilia tertawa kecil, berulang kali ia membaca pesan terakhir Albi yang mampu menggelitik perutnya.

'Good night, Albiku.'

***

Kantin selalu menjadi tujuan awal saat Albi sampai di sekolah, kali ini tidak bersama Aprilia, tapi bersama teman temannya yang juga tak kalah tampan dan famous di SMA Perwira.

"Bi, gimana hubungan lo sama Prilli?" tanya Bagas, sambil menyeruput jus mangga favoritnya.

"Ya gitu." Jawab Albi singkat.

Sebuah pilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang