Bagian lima

132 18 2
                                    

No quotes
:-)

Aprilia maures

***

"Ayo kita pulang?" Albi bangkit dari tempatnya, mengulurkan tangannya hendak membantu Aprilia namun gadis itu malah menatapnya tanpa ingin menerima.

"Gue bisa sendiri!" ucapnya santai. Sementara Albi menatap miris uluran tangannya kemudian menariknya kembali.

"Gue antar pulang ya?" Di tengah tengah perjalanan mereka, Albi selalu berusaha berkomunikasi dengan Aprilia.

"Lo gak tahu alamat gue, jadi gue pulang sendiri aja." Aprilia menolak secara halus, ia tak ingin dekat dengan pria lain karena cintanya sudah stuck di hati seseorang yang tak jelas asal usulnya.

"Penolakan yang bagus, tapi gue maksa gimana dong?"

"Gue gak peduli." Aprilia mengambil tasnya begitu pula dengan Albi, kemudian berlalu meninggalkan kelas.

"Kayaknya lo gak mau temenan sama gue?" Aprilia memejamkan mata sejenak, ia tidak tahu lagi harus berkata apa agar Albi tidak mengganggunya. Jika terus seperti ini, bagaimana hari-hari Aprilia nantinya.

"Gue duluan." Aprilia meninggalkan Albi yang hendak menyalakan mesin motornya.

"Tungguin gue!" teriak Albi namun Aprilia hanya menghiraukannya saja.

"Hei, lo jalan kaki atau nunggu angkutan umum?" Albi memelankan laju motornya, tetap kekeuh ingin mengajak Aprilia pulang bersamanya.

"Nunggu cicak gede dulu, abis itu suruh cicak itu nelan lu!" ketus Aprilia. Albi tersenyum kecil, menurutnya gadis itu sangat lucu.

"Udah bareng gue aja, gak usah sok jual mahal deh." Albi menghentikan motornya, dengan sangat amat terpaksa Aprilia naik ke atas motor pria itu, lagipula pria itu akan terus memaksanya.

"Ini terpaksa ya!"

Alibi terkekeh, "Bilang ya, kalau nyampe rumah lo. Jangan sampai gue bawa lo ke KUA."

"Enak aja."

Albi tersenyum di balik helmnya, entah perasaan apa yang tiba-tiba membuatnya sebahagia sekarang.

"Bi, belok kanan."

Meskipun baru mengenal gadis itu, Albi rasa cukup nyaman bersamanya.

"Berhenti, udah nyampe." Aprilia menepuk bahu Albi agar pria itu berhenti.

Aprilia turun di depan rumah yang cukup mewah, "Thanks," ucap Aprilia tulus.

"Iya." Albi memejamkan mata sejenak, ia merasa pernah ke tempat ini sebelumnya tapi kapan? dia tidak tahu.

"Gue duluan." Albi menyalakan kembali mesin motornya dengan perasaan aneh yang tiba-tiba menyelimuti hatinya, melaju jauh dari tempat itu, merasa motor Albi sudah tak terlihat lagi, Aprilia melangkah memasuki rumahnya.

"Assalamualaikum," ucap Aprilia.

"Wa alaikum salam," balas Ibu Parubaya dari dalam rumah hendak membuka pintu.

"Eh Pilla sudah pulang, masuk nak." Ibu perubaya itu tersenyum ramah.

"Iya, Bu Tatih."

Sambil melangkah memasuki rumah, Aprilia tak hentinya bertanya kepada Bu Tatih-pembantu di rumahnya, atau bisa di sebut pengurus Aprilia dari kecil karena orang tuanya yang sibuk bekerja keluar negeri, sehingga Mamanya terpaksa mengikuti kemanapun Papanya bertugas.

Sebuah pilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang