Bagian enam

95 17 0
                                    

Jadi pacar aku?

AF

***

Masih pagi-pagi sekali, namun Aprilia sudah di kejutkan dengan kehadiran Albi yang sudah tertidur di mejanya, tanpa ada niat membangunkan pria itu Aprilia duduk di tempatnya tanpa mengatakan sesuatu, rasanya ia juga ingin kembali tertidur, masih sangat mengantuk.

"Aprilia mauresss!" teriak Sari, bukan hanya Aprilia yang terkejut, Albi yang tertidur pulas pun ikut tersentak karena suara Sari yang menyaingi suara toa.

"Apa sih, Sar?"

"Eh Sari, volume suara lo bisa di kecilin gak?" Albi berdengus kesal.

"Diem jodohku, Sari yang imut ini mau ngomong sebentar sama princess."

"Hahaha princess dari hongkong?" Albi tertawa puas.

"Dasar cowok rese!" Aprilia memukul lengan Albi, kesal.

"Diem Jodohku, Sari serius ini."

Albi pun diam, menatap Sari serius, sementara Aprilia hanya acuh.

"Pilla, Dirga berkelahi!" seru Sari sedikit berteriak.

"Apa?" Aprilia bangkit, jika menyangkut soal Dirga dia tidak bisa acuh begitu saja. Dengan sangat terburu buru Aprilia berlari keluar kelas.

"Kenapa tuh anak?" tanya Albi heran.

"Lari lah, jodohku pinter dikit dong." Sari menoel dagu Albi lalu berlalu ke tempatnya.

Albi mengusap dagunya lalu bangkit mengejar Aprilia.

"Jangan sentuh aku, dasar centil." Bian menepis tangan Sari saat hendak menggandeng tangannya.

"Ih kok gitu, kamu cemburu ya?" Sari tersenyum meledek sambil menoel dagu Bian.

"Nggak, siapa juga yang cemburu!"

"Cieee gak ngaku, Sari senang loh kalau kamu cemburu, itu tandanya Bian sayang sama Sari."

Bian memalingkan kembali wajahnya menatap Sari, "Kamu sayang sama aku kan?"

Sari mengangguk, "Iya lah."

"Kalau begitu, jangan kayak tadi. Aku gak suka."

"Siap." Sari mengangkat tangannya untuk hormat, Bian menggeleng pelan melihat kelakuan kekasihnya itu sambil tersenyum tipis.

"Yuk, kita lihat apa yang terjadi." Bian bangkit, meraih tangan Sari untuk menggenggamnya.

***

"Kenapa berhenti?" tanya Albi saat Aprilia berhenti di pinggiran lapangan dan tidak jadi mendekati Dirga yang sudah di lerai oleh seorang gadis.

"Gak papa."

Aprilia memutar kembali badannya dan berlari meninggalkan tempat itu. Albi sempat bingung, namun tetap setia mengejar Aprilia yang sepertinya membutuhkan dirinya. Sementara Dirga yang tak sengaja melihatnya, hanya mengerjapkan matanya pelan.

"Argh!" teriak Aprilia frustasi, lalu duduk di bangku rooftop.

"Lo cinta ya sama dia?" tanya Albi, Aprilia langsung menoleh ke arahnya.

"Bukan urusan lo!"

"Sekarang sudah jadi urusan gue."

"Plis, pergi Bi. Gue gak mau di ganggu."

"Gue gak akan ganggu lo, Aprilia. Gue cuma mau nemenin lo, gue tahu lo butuh teman."

"Gue gak butuh."

"Jangan naif, gue ngerti perasaan cewek."

"Cowok mana ngerti perasaan cewek?"

Albi duduk di samping Aprilia yang tertunduk menahan tangis.

Kuat juga nih cewek. Batin Albi.

"Pril, gue kasih saran ya. Mending lo lupain dia deh."

"Ini juga lagi berusaha, Bi."

"Berhasil?" Albi menatap Aprilia, dan kebetulan Aprilia juga melihat ke arahnya sembari menggeleng, mata mereka pun bertemu hingga terjadilah saling tatap menatap di antara mereka. Cukup lama, hingga Aprilia lah yang lebih dulu memalingkan wajah.

"Jadi pacar gue?!"

Aprilia menautkan alisnya heran, dia tidak mengerti maksud dari ucapan Albi.

"Jadi pacar gue, agar gue bisa bantu lo buat move on." Jelas Albi.

"Emang harus jadi pacar?" tanya Aprilia polos.

Albi mengangguk tanpa mengatakan sesuatu lalu bangkit.

"Mau kemana?" tanya Aprilia.

"Pulang. Yuk gue antar, mulai sekarang gue akan antar jemput lo. Sebagai pacar yang baik, oke?"

"Pacar pacar, gue belum iyain juga."

"Oke, gue tanya sekarang. Gue siapa?"

"Albi."

"Pacar kamu?"

"Iya." Aprilia tidak sadar mengatakan hal itu, dengan cepat ia menutup mulutnya namun sudah terlambat.

"Nah, iyakan. Yuk, pacar kita pulang."

"Iya."

Pacaran? Apa Albi benar benar menganggapnya pacar sekarang? Tidak mungkin, Aprilia tidak boleh senang dulu. Bisa jadi, Albi cuma bercanda agar Aprilia bisa tenang bukan?

"Naik." Aprilia tersentak, pikirannya kemana mana sejak tadi.

"Kamu kenapa?"

"Gak papa, bisa kan gak usah pake aku kamu-an, gue risih."

"Mulai sekarang, kamu kan pacar aku."

"Ish."

Aprilia tidak bisa berbohong, saat ini dia merasa senang mendengar hal itu dari mulut Albi, sampai motor Albi melaju Aprilia masih tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Albi.

"Kamu senyum ya?" tanya Albi sedikit berteriak.

Aprilia sontak terkejut dengan mata yang membulat sempurna, "Nggak kok, ih siapa juga yang senyum." Elak Aprilia gelagapan.

Albi tak menyahut lagi, namun senyumnya tercetak indah di raut wajah tampannya.

Hanya menempuh tiga puluh menit, Albi menepikan motornya di depan rumah Aprilia.

"Sampai," ucap Albi sembari membuka helmnya, sementara Aprilia hendak turun namun kesulitan.

"Hati-hati pacar, aku bantu ya."

Albi turun terlebih dahulu, lalu mengangkat pinggang Aprilia untuk membantunya turun.

"Nah, kan kalau punya pacar seru. Apa apa pasti di bantu, benar?" Ledek Albi.

"Apaan sih lo!"

"Ya sudah, kan udah sore nih. Kamu mandi supaya gak bau, terus makan abis itu langsung istirahat."

"Lo cerewet juga ya, gue kira lo itu cowok pendiam, ternyata tampang lo doang yang sok cool." Aprilia terkekeh geli.

"Gak boleh ngomong gitu sama pacar, gak baik."

"Sana pulang lo, gue capek."

"Iya Iya, gak usah ngusir juga kali. Sakit hati pacarmu ini, sayangku."

"Lebay lo."

Albi terkekeh, "aku duluan."

"Hati hati." Motor Albi melaju dengan kencang, entah dorongan dari siapa sampai Aprilia mengatakan hal itu barusan.

Sebelum memasuki rumah Aprilia menghembuskan napasnya terlebih dahulu.

Ahsiap juga nih part enamnya, asik hehe.

Vote dan comment jangan sampai dilupa oke?

Kalian pasti tahu kan? kalau berbagi itu indah. Hehehe.

Ok ok terimakasih sudah baca.
Love you,
Riss

Sebuah pilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang