Bagian lima belas

40 5 0
                                    


Happy reading:-)



Aprilia tiba di rumah bersamaan dengan suara azan magrib yang berkumandang dari masjid terdekat, gadis itu membuka pintu coklat yang akan membawanya memasuki ruangan bernuansa modern dengan cat putih polos yang mendominasi.

Aprilia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Sepi, sepertinya ibu Tatih sedang didapur dan Ayan entah dimana. Kemudian menyimpan tasnya diatas meja, dan mendaratkan bokongnya di sofa tunggal yang berwarna merah maroon itu. Menyandarkan tubuhnya yang terasa sangat pegal dan lelah, hingga matanya perlahan terpejam.

Sekelebat momen singkat yang membuatnya menjadi pusat perhatian dikantin siang tadi seketika terputar ulang dalam otaknya. Disaat pria yang menjabat sebagai kekasihnya itu terus saja berusaha membujuknya makan seraya melapalkan kata-kata manis yang berhasil membuatnya bersemu malu.

Sepertinya Albi benar-benar akan membuatnya jatuh cinta sekarang. Tapi tidak, itu tidak boleh terjadi, karena tujuan Albi tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan Dirga dulu.


Dirga yang sekedar kasihan saja padanya dan Albi yang sekedar membantunya melupakan Dirga. Dengan cepat Aprilia mengenyahkan pikirannya yang seakan menanggapi lebih perhatian kecil dari Albi. Sebelum akhirnya ia bangkit, berjalan pelan menuju dapur.

Setibanya, ia dapat melihat bu Tatih tengah menyeduhkan kopi yang pastinya dibuat untuk suaminya.

Aprilia tersenyum tipis lalu bersandar pada dinding, "Ayan mana, Bu?" tanyanya.

Bu Tatih menoleh sebentar, dan tersenyum manis, "Belum pulang sayang, katanya sih ada kelas tambahan."

Mendengar jawaban ibu Tatih, Aprilia menegakkan tubuhnya, "Yaudah Pilla ganti baju dulu," setelah mendapat anggukan dari Bu Tatih, Aprilia bergegas ke kamarnya tak lupa mengambil tasnya diruang tamu,

Ditempat lain, Ayan baru saja tiba di depan rumah yang terlihat cukup mewah di komplek itu. Sepertinya rumah itu adalah kediaman gadis cantik yang baru saja turun dari motornya.

Gadis itu tersenyum manis, "Makasih, udah antar gue pulang."

"Sama-sama," kata Ayan tulus, "Gue balik," sambungnya seraya menstater motornya.

"Hati-hati," ucap gadis itu, Ayan mengangguk setelahnya ia pun melajukan motornya meninggalkan tempat itu.

***

Alunan musik DJ menggema di sebuah kamar bernuansa modern, bercat putih polos yang hanya terdapat beberapa pernak-pernik yang menghiasi ruangan itu.

Di dalamnya ada empat remaja yang tengah bersantai ditemani beberapa cemilan diatas meja.

Mereka tampak sibuk dengan aktivitas masing-masing, Albi yang senyam-senyum memandang ponsel, Rafel yang sibuk menggonta-ganti lagu, Bagas yang sejak tadi memejamkan mata dan Bian yang tengah asik bermain game.

Bahkan keempat remaja itu tidak menyadari kehadiran Ali yang sejak beberapa detik lalu berdiri dihadapan mereka. Ali menghembuskan napas berat, sebelum akhirnya merampas ponsel Rafel, membuat pria itu tersentak kaget. Lalu Ali memutuskan sambungan bluetooth yang terhubung ke speaker

"Kenapa dimatiin sih, Li?" tanya Rafel.

"Berisik bego!" kata Ali kesal, sembari menyerahkan kembali ponsel itu
dan bergegas keluar dari kamar kembarannya.

Rafel menekuk wajahnya lalu bangkit, melangkah kearah tempat tidur dan membaringkan tubuhnya disana. Sementara Albi dan Bian tampak acuh, Bagas pun tak bergeming dari tidurnya.

Ditempat yang berbeda, Aprilia kembali terjaga dari tidurnya. Matanya berair dan ia benci karena terlihat lemah sekarang. Aprilia sudah berusaha keras untuk mengerti kesibukan orang tuanya, namun tak bisa dipungkiri jika hatinya menginginkan kehadiran mereka disisinya.

Aprilia kesepian, dan saat ini ia merindukan Mama, Papanya. Aprilia rindu pelukan hangat sosok wanita yang menjadi kebanggaannya dan juga pelukan sosok pria yang menjadi pahlawan dalam hidupnya. Tetapi, orang tuanya itu hanya memberinya harapan palsu. Mereka selalu mengucap janji akan segera kembali namun nyatanya tiga tahun telah berlalu dan hanya menyisakan kepingan kekecewaan.

Aprilia ingin memberontak, namun yang memutuskan menetap di negara ini adalah dirinya sendiri. Itupun dengan alasan adanya sosok pangeran yang berjanji akan selalu menjaganya, dan pada akhirnya ia pun ditinggalkan.

"Mama, papa ... Pila rindu," gumamnya pelan, "Kapan kalian pulang?" dan setelah itu mata indah Aprilia tertutup rapat, dengan harap terjadi keajaiban saat ia membuka mata diesok harinya.

Maaf jika ada typo atau alurnya gaje, hehe.

Terima kasih yang sudah baca jangan lupa vote dan komen.

Aku mencintaimu 😘

Sebuah pilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang