Bagian delapan

73 16 0
                                    


***

Pemandangan pantai yang indah membuat Aprilia tersenyum senang. Tidak sia sia ia mengikuti keinginan kekasihnya jika seperti ini. Dengan sangat bahagia, Aprilia menggenggam tangan Cowok itu lalu berlari ke tepi pantai.

Tawa bahagia menghiasi wajahnya, membuat perasaan Albi semakin tak karuan. Niat awal yang hanya ingin membantu Aprilia melupakan mantan pacarnya, sudah berganti dengan perasaan yang sulit ia mengerti.

Hatinya seakan siap menerima Aprilia tanpa tujuan tertentu. Namun, sesuatu mengganggu otak Albi. Perasaan gadis itu susah di tebak, Kadang dia baik, kadang juga sangat galak. Aprilia juga masih sering galau, jika melihat Dirga bersama kekasihnya. Hal itu yang membuat Albi masih bimbang dengan perasaannya sendiri.

Albi menghentikan langkahnya, karena tangannya terlepas dari genggaman Aprilia, gadis itu sepertinya sangat liar, jika tidak di jaga bisa saja gadis itu terjatuh.

"Pila?" Panggilan Albi sama sekali tidak di digubris oleh Aprilia, terpaksa Albi mengejar kembali gadis itu ketika hampir terjatuh.

"Jangan lari lari, kalau Kamu jatuh gimana?" Albi menggenggam tangan Aprilia, membuat gadis itu tercengan.

"Aku gak papa kok, gak usah berlebihan." Aprilia menarik tangannya sembari tersenyum kecil.

"Aku cuma takut kamu kenapa napa." Albi menatap lekat mata Aprilia. Otomatis, Aprilia terkunci oleh tatapannya. Hening beberapa menit, sampai Albi lah yang lebih dulu memalingkan wajah.

"Kita kesana." Aprilia tersentak ketika mendapat tarikan tiba tiba dari Albi. Namun Aprilia hanya diam tak bereaksi apa apa, dia bingung harus terharu atau marah melihat perhatian Albi yang sangat berpengaruh pada hatinya.

"Gue mau ke tepi pantai, Bi." Aprilia merengek, saat Albi mendudukkannya dengan paksa.

"Matahari terik, La. Nanti lagi ya?"

Melihat wajah Albi yang seperti memohon, Aprilia mengangguk pasrah.  Ini demi kebaikannya juga, namun tetap saja Aprilia kesal, dia sangat ingin menikmati pantai di pagi hari yang cerah ini.

"Janji."

"Iya, aku janji. Kamu manja ya sekarang." Albi terkekeh.

"Kan manjanya sama pacar sendiri, gak boleh ya?"

Albi tersenyum kecil, "Boleh banget lah."

Aprilia diam tak menjawab, dia sedikit kesal karena Albi tak mengizinkannya bermain di tepi pantai, jika seperti ini untuk apa Albi mengajaknya ke tempat itu.

Hening, Aprilia tak membuka suara sedikitpun tatapannya fokus ke depan, Albi sesekali membentuk senyum tipis melihat gadis di sampingnya itu. Sepertinya ia salah, karena telah membuat Aprilia sedih.

Sebelum mengatakan sesuatu Albi menghela napas pelan, "Pergilah bermain air."

Aprilia diam, dalam hati ia berteriak senang, namun tidak mau terlihat seperti anak kecil yang manja.

"Kamu gak mau nih?" Albi tersenyum tipis, ia tahu gadis nya hanya pura pura tidak berminat. Ia pun bangkit, meninggalkan Aprilia yang masih bungkam.

Sampai Albi tiba di tepi pantai, ia masih mencuri pandang gadis itu, sementara dibawah pohon kelapa tempatnya berteduh, Aprilia masih belum beranjak dari sana.

Albi melambaikan tangan, namun Aprilia memalingkan wajah, dia tidak marah, hanya kesal itu saja.

***

"Udah sore, pulang yuk?" Albi naik ke tepi pantai bersama Aprilia yang tersenyum senang, setelah lama ia membujuk gadis itu akhirnya mereka bisa menikmati hari libur mereka yang pertama kalinya.

Sebuah pilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang