Tiga Belas

12 3 0
                                    

Pulang sekolah arlenia diantar oleh alang, arlenia takut masuk memasuki rumahnya karena takut keluarganya tau dia bolos tadi dan diamuk.

Ia perlahan masuk kerumahnya dengan senyuman yang menyipitkan kedua matanya supaya tidak pada tau dia sudah menghambiskan airmatanya sampai berbekas dimatanya yang merah.

"Assalammualaikum arlenia pulang" ucap arlenia menundukkan kepalanya.

Dengan suara buku yang dijatuhkan tepat didepan kakik arlenia, arlenia langsung bergetar hebat. "Gue tadi jemput lo...Kemana lo?" ancam raga dengan wajah datarnya tetapi suaranya yang tegas.

Arlenia semakin menundukkan kepalanya, ia memegang erat tali tas yang ada disamping pinggangnya. Arlenia menggigitkan bibir bawahnya sangat kuat, memohon supaya maminya cepat pulang.

"Jawab alen!" ucap raga antusias. "Sama alang?...iya?, gue bilang sekali lo bolos lagi gue bilangin ke mami papi kalo lo tahun ini bolos 3 kali" ucap raga langsung menaiki anak tangga secepat kilat.

"Bang raga jangan bonyokin alang lagi, kasian" ucap polos arlenia dengan meneteskan airmata di mata sebelah kanan.

Dibalik itu semua, saat raga melemparkan buku tepat dihadapan arlenia, raga mengepalkan kedua tangannya kuat suapaya tidak mengambil lagi bukunya. Saat dia membentak arlenia pun ia lagi lagi menahan tangannya suapaya tidak memeluk arlenia, entah kenapa marahan sama arlenia adalah hal yang paling terburuk masa hidupnya.

Arlenia melepaskan tasnya dan langsung merebahkan dirinya dikasur, ia belum mengganti pakaian dan masih memakai kaus kaki juga sepatu. Ia mengambik ponselnya didalam saku seragamnya dan menelpon maminya.

"Hallo alen?...ada apa nak?" ucap maminya dari sebrang sana yang membuat arlenia semakin deras menangisnya.

"Mi...Alen...Alen siap dihukum mami sama papi...Arlenia Aisyandra udah bolos  yang ketiga kalinya mi" ucap arlenia yang mengagetkan maminya.

"Apa?...Sejak kapan anak mami bolos?...sama siapa bolosnya huh?...arlenia, raga aja seorang cowok ga pernah bolos, masa kamu... Ck!, mami kecewa sama alen" maminya menutup teleponnya, arlenia semakin sangat bersalah. Ia sudah menyesal atas perbuatannya, siap siap dia akan dikasih hukuman oleh papinya, dia belum sama sekali dihukum oleh orangtuanya.

***

Seseorang membuka kamar arlenia, membuka sepatu dan kaus kakiknya. Menarik selimut sampai keleher arlenia. Mencium kening arlenia dan membelai pelan rambut arlenia.

Arlenia mengerjapkan matanya beberapa kali karena ia merasa sesuatu menempel dikeningnya, ia mengusap keningnya dan tidak merasakan adanya sesuatu. Kemudian ia duduk dan menyender kebantal.

Matanya melihat ke langit langit atapnya dan beberapa kali arlenia menghembuskan nafas kasarnya, ia melihat jam yabg menujukkan pukul sembilan malam. Kemudian ia menemukan piring yang ditutup dengan penutup dan segelas susu putih yang ditutup dengan tutupan cangkir yang ada dimeja belajarnya.

Ia mendekati meja belajarnya dan membuka tutupan pirinya, disana ada nasi yang dicampur dengan sayur dan paha ayam juga tempe.

Ia tidak memakannya dan perlahan membuka pintu kamarnya melirik kesekitar.

"Astaghfirullahal'adzim!" teriak arlenia yang melihat raga menyilakan tangannya didadanya dan menyender ketembok yang berhubungan dengan pintu kamar arlenia.

Dengan raut wajah yang sangat datar dan tatapan tajam ke arlenia, arlenia menundukkan lagi kepalanya.

"Masuk...Makan!" ucap raga mendorong punggu arlenia pelan. Arlenia mengangguk dan masuk, tetapi pintu kamarnya di tahan oleh raga.

"Maafin gue len...Maaf udah ngebentak lo" ucap raga tiba tiba dengan memeluk erat arlenia, arlenia pun mengangkat lagi kepalanya dan tersenyum ke raga juga membalas pelukan kakaknya.

"Arlenia minta maaf juga ke bang raga ya, arlenia ga mau marahan lagi sama bang raga. Nanti arlenia ga dikasih uang tambahan sama abang!" ucap polos arlenia yang membuat raga tertawa kecil dan mengacak acak rambut arlenia.

A R L E N I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang