Dua Belas

9 3 0
                                    

Setelah sampai kelas, arlenia dibawa dengan thalita ketempat duduknya. Thalita menatap sinis kearah alang yang tidak dimengerti oleh alang, arlenia menyungkupkan kepalanya dimeja dengan mata yang sembab, hidung yang memerah, dan pipi yang basah.

Thalita melihat arlenia sangat gerah, kemudian ia mengambil kunciran yang ada didalam tas arlenia dan memakaikannya dirambut arlenia.

"Len lo kenapa" ucap datar alang yang tidak disahut siapapun. Alang mendekekati arlenia dan dicegah oleh thalita sampai alang terdorong ketembok papantulis.

"Apa apaan si lo pokemon" ucap sinis alang.

"Lo yang apa apaan" ucap thalita teriak sehingga yang ada didalam kelas menatap kemereka berdua. Thalita mendekati alang dengan menunjuk kewajah alang. "Lo yang apa apaan mainin perasaan cewek" thalita menampar pipi kanan alang, radit farasya pun langsung menyamperi mereka berdua, radit memegang kedua tangan thalita farasya memegang kedua tangan alang. Sementara galung sedang menenangi arlenia menangis.

"Jadi cowok peka makanya!" ucap thalita tidak terima karena sahabatnya sampai sakit hati diginiin. Thalita mengamuk sehingga radit pasrah dan melepas thalita. Thalita meneteskan airmatanya dimata kanan dan menampar lagi pipi kanan alang.

"Bajingan!" thalita menujuk nunjuk kearah alang dan thalita langsung keluar dengan mengajak arlenia. Sementara farasya dan galung ikut keluar kelas juga, radit bersama alang saja dikelas.

"Lo pada ngapain pada ikutan! Mau ikut bolos lo hah?" ucap thalita meninggi dengan nada serak. Farasya, dan galung langsung mengangguk dan mengikuti thalita kemana saja.

***

"Iya...kemaren dia baru jadian sama dila" ucap galung perlahan menghisap rokoknya. "Nanti siang dia mau kencan" kata kata itu langsung menohok kehati arlenia, entah arlenia suka kepada alang, atau arlenia terlalu khawatir takut alang disakit hatiin lagi kedua kalinya.

"Lo cuma sepupunya len, kenapa harus cemburu...lo juga tha, ngapain pakek tampar tamparan segala" ucap galung mengerutkan keningnya.

"Dia sahabat gue! Gue ngerti perasaannya!....wajar kalo gue bela sahabat gue!" ucap thalita mengusap usap bahu arlenia.

"Wajar kalo arlenia cemburu, dia yang setiap waktu, menit, detik selalu ada disamping alang. Selalu dimanjain alang." ucap farasya tetap fokus kegame dihpnya.

"Yailah, alang pacaran sama orang lain aja masalahnya malah rumit si" ucap santai galung.

"Gue takut alang ga lagi manjain gue, ga lagi khawatir sama gue, ga lagi ngebela gue" ucap arlenia dengan nada gemetar.

"Teru...Suatu saat alang nikah, lo mau gimana huh?" ucap galung dengan mengerutkan keningnya, kemudian ia menatap sinis thalita. "...lo mau thalita ngebunuh alang dipernikahan dia?" ucap galung dengan pukulan mantap dari thalita.

"Ya, enggak lah!..." jawab thalita cemberut.

Tiba tiba alang menyusul dengan raut wajah yang datar, jalan menegak dan kedua tangannya dikepal. Melihat adanya alang mendekati mereka, mereka berdiri semua.

Alang menatap lekat kearah arlenia yang sedang mengusap pipinya, galung juga farasya kini ada dibelakang alang. Bodohnya, arlenia malah tersenyum polos kearah alang.

"Ada apa alang?" ucap serak dengan senyuman polos dibibir arlenia.

Tiba tiba alang menarik lengan gadis itu dan membawanya ke parkiran, gadis itu hanya menurut saja dan diam. Sementara farasya, galung, dan thalita balik kekelasnya.

Alang mengajak arlenia ketaman yang entah dimana, taman ini sangat jauh dari sekolahnya juga rumahnya.

Alang meninggalkan arlenia yang sedang melepas helm nya, entah alang kenapa dari tadi diam saja.

"Alang kenapa bawa arlenia kesini?" ucap arlenia menyusul ke alang. Dengan senyuman menggodanya, alang duduk dibangku taman yang disejejerkan dipinggir.

"Gue mau ngajak lo bolos doang" ucapnya datar.

"Kalo bang raga tau gimana?, kalo dila tau...gimana?"

"Gue yang tanggung jawab!" jawabnya antusias.

"Alang...Makasih udah mau marahan sama alen, makasih buat alang karena masih khawatir sama alen" ucap arlenia memajukan bibirnya beberapa centi.

"Gue ga bilang sama sama ya" ucap alang menyengir dengan mengacak acak rambut arlenia.

"Kenapa?..." belom menyelesaikan  perkataannya, alang sudah kembali berbicara.

"Kenapa kata lo?...Gue waktu itu udah nolongin lo sampe basah basahan dan lo ga berterimakasih, lo tau len? Gue basah basahan len, gue dihabisin len sama bang raga, hp gue juga sama bonyoknya kaya gue karena buat nyelamatin lo doang. Dan lo ga berterimakasih, walau sedikit telat...Bayangkan lo jadi gue len, sama sekali ga dimanja sama keluarga" cibir alang menatap kelangit langit.

Tiba tiba saja arlenia memeluk erat alang dan menutupkan wajahnya didada bidangnya alang. Ia kembali menangis dengan isakan kecil yang tidak diketahui oleh alang.

A R L E N I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang