Mereka berempat duduk di sofa ruang tengah. Wooseok masih terus menatap Minju dan Hangyul secara bergantian karena belum satupun dari keduanya yang mulai bicara. Mereka tampak bingung dan sesekali saling bertatapan.
"Kalian mau ngomongin apa, sih? Kalau diam terus gini, aku jadi ikutan tegang," Sakura memecah keheningan.
Minju menelan salivanya dengan susah payah lalu menatap Sakura. "Kak, aku mau minta tolong sesuatu."
"Minta tolong apa?"
"Aku mau minta tolong Kakak adain konferensi pers soal masalah Kakak sama Kak Wooseok."
Tatapan Wooseok menajam. Ia tidak mengerti, kenapa justru Sakura yang mengadakan konferensi pers? Bukankah ini kesalahannya?
"Kenapa bukan gue?" Tanya Wooseok.
Minju menggigit bibir bawahnya. Ia tidak tahu bagaimana menyampaikannya, bahwa kontrak Wooseok akan segera diakhiri oleh agensi. Hangyul yang melihat wajah gelisah Minju pun akhirnya memberanikan diri untuk bicara.
"Tadi Minju dipanggil Pak Lee, katanya kontrak Kak Wooseok mau diakhiri. Katanya Kakak udah mencoreng nama agensi. Maaf harus nyampaikan ini, Kak."
Wooseok terdiam beberapa saat. Baik Sakura, Minju dan Hangyul pun tidak ada yang berani membuka suara saat Wooseok terdiam. Mereka sesekali mencuri pandang pada Wooseok, penasaran kenapa lelaki itu tidak memberi reaksi.
"Kakak nggak apa-apa, kan?" Sakura yang duduk di sebelah Wooseok itu akhirnya bersuara karena khawatir.
Wooseok menoleh ke arah Sakura sekilas lalu tersenyum. Entah apa maksud senyumnya. "Gue udah ngira kok. Lagian agensi manapun juga nggak bakal mau artisnya punya bad attitude kayak gue."
Minju merasa tidak enak mendengar jawaban Wooseok. Walau bagaimanapun, ia sendiri masih belum terima Wooseok dikeluarkan dari agensi, karena Wooseok juga termasuk pemberi pemasukan terbesar pada agensi. Rasanya tidak adil bila Wooseok harus mengakhiri kontraknya. Ya, walaupun memang ia bersalah, tapi Minju kira ada cara lain untuk menyelesaikannya.
"Makanya, tujuan kita ke sini untuk mencegah itu semua, Kak. Kita mau minta Sakura buat ngadain konferensi pers, karena keadaan Kakak nggak memungkinkan. Nah, rencananya nanti Kakak dateng di konferensi persnya, jadi bukan atas nama Kakak, tapi atas nama Sakura," jelas Hangyul.
Mendengar penjelasan Hangyul, Wooseok justru tersenyum getir. "Mau ngomong apa Sakura di konferensi pers nanti? Bilang kalau dia maafin gue dan masalah selesai? Gue sih, kalau jadi Sakura nggak bakal mau."
Tapi tentu saja bukan Sakura namanya bila ia menolak untuk membantu Wooseok.
"Aku mau, Gyul."
Jawaban Sakura yang sangat cepat itu membuat Wooseok menghela napas. Bisa-bisanya gadis itu menolongnya, lagi. Rasanya Wooseok tidak bisa menerimanya lagi.
"Nggak, gue nggak mengizinkan."
"Lho, Kak, kenapa?" Tanya Sakura.
Wooseok menatap Sakura lalu menggelengkan kepalanya. "Udah cukup. Lo nggak usah terus-terusan nolongin gue. Lo nggak capek apa?"
"Kak, aku cuma mau bantu. Aku nggak bisa biarin karir Kakak berhenti kayak gini aja. Ini nggak sepenuhnya salah Kakak, dan aku bakal jelasin kalau aku juga salah karena udah ikut campur urusan Kakak."
Kini Wooseok mendengus kesal. Sebenarnya ia tidak nyaman dengan sikap Sakura yang ingin selalu menolongnya dan melindunginya. Apa gadis itu gila? Wooseok sudah berkali-kali mencelakainya dan bahkan menggagalkan drama pertamanya. Mendapat permintaan maaf dari Sakura saja rasanya sudah sangat lebih dari cukup, kenapa justru gadis ini semakin membebaninya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bothered ✓
RomanceLayaknya ratu sihir yang membenci snow white karena kecantikannya, Wooseok pun begitu pada Sakura. Ini tentang siapa yang menjadi nomor satu, nomor yang selalu diduduki Wooseok. Namun mendadak semuanya berubah ketika Sakura muncul di kehidupannya. ©...