Tenth

736 105 12
                                    

"Nggak semua perempuan baik suka sama laki-laki baik, Kak," ujar Sakura.

Wooseok terdiam untuk beberapa saat lalu tersenyum getir. "Lo ngefans banget sama gue, ya?"

"Bukan sekedar ngefans Kak, lebih dari itu," Sakura kini berbicara tanpa ragu.

Wooseok tersenyum tipis. "Lo suka sama gue?"

Sakura membalas dengan anggukkan pelan. Ia yakin pipinya sudah memerah sekarang.

Wooseok mulai terbawa suasana. Ia mulai menggeser posisi duduknya, memperkecil jarak antara mereka. Kemudian wajah Wooseok mulai mendekat pada wajah Sakura.

Menyadari Wooseok yang semakin mendekat, Sakura hanya membeku. Pikirannya kini berkecamuk tentang apa yang akan dilakukan lelaki itu hingga memperkecil jarak antara mereka. Tapi sepertinya Sakura harus mengubur rasa penasarannya itu.

Ting Tong.

Bel apartemen yang tiba-tiba berbunyi itu membuat suasana menjadi canggung. Wooseok sebagai pemilik apartemen pun akhirnya segera beranjak untuk melihat siapa yang datang melalui interkom. Namun nampaknya, kedatangan tamu tersebut membuat mood Wooseok menjadi buruk.

"Hai, Seok," sapa Sejeong, sesaat setelah Wooseok membuka pintu. Tapi sapaan itu tidak dibalas. Tapi Sejeong tidak peduli, ia tetap menyapa Wooseok.

"Gimana kabar kamu? Aku khawatir sama kamu setelah liat berita di tv. Kamu nggak apa-apa?"

Mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Sejeong, Wooseok hanya tertawa, tawa meledek. Tidak biasanya Sejeong bersikap begini padanya, terutama sejak tiga tahun yang lalu.

"Gue nggak boleh masuk, ya?"

"Sejak kapan lo jadi sok peduli gini sama gue?" tanya Wooseok.

Sejeong menghela napas. "Wooseok, lo kenapa kayak gini sih?"

Lagi-lagi Wooseok tertawa karena pertanyaan Sejeong. "Lo lupa? Kan lo yang buat gue kayak gini?"

Sejeong menggelengkan kepalanya, tidak suka dengan cara Wooseok yang selalu membahas masa lalu mereka setiap mereka bertemu. Wooseok memang masih belum bisa maafkan Sejeong maupun Jinhyuk.

"Gue kan udah minta maaf, masa lo nggak maafin, sih?"

"Gue udah maafin lo kok, cuma ya gue nggak bilang kalo gue masih mau berhubungan sama lo, paham?"

°°°

Malam itu, Hangyul baru saja menyelesaikan syuting dengan grupnya, Vision1, untuk sebuah dance practice. Saat keluar dari ruang latihan, ia melihat Minju yang tengah duduk di kursi koridor seorang diri. Tatapannya tampak sendu.

Setelah berpamitan pada teman-temannya, Hangyul kemudian menghampiri Minju dan duduk di sampingnya.

"Ada apa? Kok murung sendirian?" Tanya Hangyul, sesaat setelah dirinya duduk sambil melepaskan topi hitam yang dipakainya.

Minju menghela napas. "Kak Wooseok," ucapnya tertahan.

"Masih khawatir masalah Kak Wooseok? Udah, mending kamu bilang ke Pak Lee, suruh Kak Wooseok adain konferensi pers, minta maaf gitu. Pasti udah gitu semuanya selesai kok, lagian juga Sakura sekarang udah baik-baik aja kan?" Hangyul mencoba menenangkan Minju.

"Tapi, kayaknya nggak akan bisa," balas Minju, kali ini kepalanya tertunduk.

Alis Hangyul bertaut. "Emang kenapa?"

"Kontrak Kak Wooseok mau diakhiri sama Pak Lee. Aku harus gimana dong, Kak?"

Kini mulut Hangyul menganga, tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar dari Minju. Setahunya, Wooseok adalah anak emas di agensinya, anak kesayangan Lee Dongwook. Rasanya tidak mungkin Wooseok dikeluarkan dari agensi.

Bothered ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang