Kelelahan setelah merampungkan syuting membuat Sakura tidak beranjak dari ranjangnya walaupun alarmnya sudah berbunyi hingga memekakkan telinga. Seolah tidak peduli, ia lebih memilih untuk menarik selimutnya hingga menutupi seluruh permukaan tubuhnya. Bantal yang tadinya ia tindih dengan kepalanya pun kini berpindah fungsi menjadi penutup telinga.
Tapi pertahanannya yang kokoh untuk tetap di ranjang itu perlahan sirna saat ia sayup-sayup mendengar bunyi bel apartemennya yang semakin lama frekuensinya semakin banyak. Sakura pun akhirnya membuka selimutnya, menyimpan bantalnya lalu beranjak dari ranjangnya dan dengan malas berjalan menuju pintu. Matanya yang masih setengah terpejam itu mendadak terbuka lebar saat mengetahui siapa yang datang melalui interkom.
ASTAGA KAK WOOSEOK!
Secepat kilat Sakura kembali ke kamarnya, melihat bayangannya di depan cermin dan mendapati dirinya terlihat seperti orang gila. Ia tidak mungkin menemui Kak Wooseok yang notabene sudah menjadi kekasihnya itu dengan tampilan berantakan bangun tidur seperti ini. Mengingat bahwa Wooseok sudah menjadi kekasihnya membuat Sakura tersenyum-senyum sendiri. Ia pun segera mencuci mukanya, menggosok gigi dan menyisir rambutnya lalu mengambil kardigan untuk menutupi piyamanya.
Setelah merasa siap untuk menemui Wooseok, Sakura langsung membuka pintu dan menampakkan cengirannya.
"Lama banget bukanya," itu kalimat yang keluar dari mulut Wooseok sesaat setelah Sakura membuka pintu.
"Ih, Kakak kok pagi-pagi ke sini?" Tanyanya, tidak percaya bahwa wajah yang pertama kali ia lihat di pagi hari adalah Kim Wooseok.
Wooseok tersenyum melihat Sakura yang kegirangan karena kedatangannya. Setelah menutup pintu, Wooseok langsung masuk dan memeluk tubuh mungil gadis yang sudah menjadi kekasihnya itu.
"Habis beres syuting kita jadi jarang banget ketemu, aku kangen banget," ujar Wooseok yang masih belum melepaskan pelukannya.
Mendengar Wooseok yang merindukannya, Sakura tersenyum. "Aku juga kangen banget, Kak."
Sejenak Wooseok melepaskan pelukannya lalu menatap lekat Sakura. Gadisnya ini sudah menjadi aktris terkenal semenjak drama mereka tayang, dan bahkan jadwal Sakura sudah lebih padat dari Wooseok hingga membuat mereka sulit bertemu.
"Hm, beda ya yang udah sibuk, nggak bisa meluangkan waktu buat pacarnya," goda Wooseok sambil mencubit kedua pipi Sakura.
"Ih, apaan sih, Kak. Kakak ngeledek aku ya."
Wooseok menggeleng. "Enggak, aku masih nggak nyangka aja lihat kamu udah jadi aktris beneran sekarang."
Sakura terkekeh pelan. "Lho, emangnya aku tadinya aktris bohongan ya, Kak?"
Tapi candaan Sakura rupanya tidak dianggap oleh Wooseok yang kini ekspresinya menjadi muram. Ia mendadak teringat perlakuan jahatnya pada Sakura di masa lalu. Ia melakukan segala cara hingga Sakura menderita.
"Kenapa, Kak?"
"Kalau aja dulu aku nggak banyak nyusahin kamu, kamu udah bisa terkenal langsung. Kamu bisa langsung jadi bintang besar."
Sakura menghela napas. Lagi-lagi Wooseok masih merasa bersalah atas perilakunya, walaupun Sakura sudah memaafkannya. Kedua tangan Sakura bergerak meraih dan menggenggam tangan Wooseok.
"Kak, nggak usah mikirin masa lalu. Sekarang kan aku udah bisa meraih mimpi aku, ngebintangin drama, jadi pemeran utama, dan yang lebih pentingnya," Sakura menggantungkan ucapannya, ia tiba-tiba saja sedikit berjinjit lalu mengecup bibir Wooseok, "Aku main drama sama kakak."
Wooseok tersenyum malu setelah Sakura mengecup bibirnya. Rupanya gadis itu sudah berani untuk menciumnya. Lucu sekali, begitu pikir Wooseok.
"Oh iya, ada apa Kakak ke sini pagi-pagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bothered ✓
Storie d'amoreLayaknya ratu sihir yang membenci snow white karena kecantikannya, Wooseok pun begitu pada Sakura. Ini tentang siapa yang menjadi nomor satu, nomor yang selalu diduduki Wooseok. Namun mendadak semuanya berubah ketika Sakura muncul di kehidupannya. ©...