"Kenapa Kakak kayak gitu tadi?" tanya Sakura, ia bermaksud untuk menanyakan arti ciuman Wooseok yang sangat tiba-tiba tadi, bahkan cukup lama.
Wooseok yang kini duduk di samping Sakura belum menjawab. Tatapannya lurus ke bawah dengan jemarinya yang bertaut, tampak memikirkan jawaban atas pertanyaan Sakura.
"Kakak suka sama aku?" Sakura bertanya lagi, kali ini ia harap Wooseok akan menjawabnya. Sakura tidak bisa membiarkan hal ini berlalu begitu saja, ia takut semua ini bukan karena Wooseok menyukainya, melainkan hanya nafsu belaka.
"Kak," panggil Sakura saat menyadari Wooseok belum juga menatapnya.
Kini Wooseok mulai menggaruk tengkuknya bahkan mengacak rambutnya, terlihat seperti frustasi dengan pikirannya. Sakura tidak suka melihatnya, seolah Wooseok bingung untuk menjawab pertanyaannya, yang berarti jawaban Wooseok tidak akan sesuai dengan kemauan Sakura.
"Maaf," pada akhirnya, keluarlah kata yang paling tidak ingin Sakura dengar. "Gue belum bisa jawab pertanyaan kayak gitu.
Sakura tersenyum pahit, menatap nanar Wooseok, lelaki yang baru saja menciumnya dengan penuh gairah itu ternyata masih belum tahu tentang perasaannya sendiri. Jadi, semuanya hanya karena nafsu? Sakura tidak bisa menerimanya.
Karena merasa tidak sanggup berlama-lama berada di apartemen Wooseok, akhirnya Sakura beranjak dari duduknya, membuat Wooseok akhirnya menoleh.
"Aku pamit pulang ya, Kak."
Tapi kemudian Wooseok menahan lengan Sakura. "Udah malam, masa lo mau pulang sekarang?"
"Ya terus aku pulang kapan, Kak? Masa aku harus nginap?"
"Memang kenapa kalau nginap?" tanya Wooseok, seolah tidak memahami perasaan Sakura.
Mendengar itu, Sakura menghela napas. Bagaimana bisa ia menginap di apartemen lelaki yang ia sukai, tapi lelaki itu secara tidak langsung baru saja menolaknya?
"Kakak nggak serius kan?"
Wooseok justru mengerutkan dahi, seolah masih tidak paham.
"Maaf Kak, tapi aku pulang aja."
Sakura lalu segera berjalan menuju pintu keluar dan meninggalkan Wooseok seorang diri di apartemennya. Suasana menjadi hening setelah Sakura menutup pintu.
Wooseok mengacak rambutnya lagi, ia merasa telah berbuat kesalahan. Bukan, bukan ciumannya yang Wooseok maksud sebagai kesalahan, tapi jawabannya atas pertanyaan Sakura sehingga membuat gadis itu kecewa. Wooseok sadar dirinya salah, tapi ia sendiri bingung harus menjawab apa. Ia sendiri belum yakin dengan perasaannya sendiri. Wooseok belum yakin bisa membalas perasaan Sakura padanya, dan hal itu membuatnya merasa bersalah.
"Bodoh banget sih, lo, Kim Wooseok bodoh."
°°°
"Apa?! Kakak sama Kak Wooseok ci-"
Sakura dengan sigap langsung menutup mulut Minju begitu gadis itu hampir saja membocorkan rahasia yang sangat fatal di kafe agensi. Walau suasana kafe sedang sepi, tentu saja Sakura tidak akan membiarkan sepasang telingapun mendengar percakapannya dengan Minju.
"Minju, kamu bisa hati-hati nggak, sih?"
Minju melepaskan tangan Sakura yang menutupi mulutnya lalu mengangguk-angguk. "Maaf Kak, habis aku kaget banget," ujar Minju, kemudian gadis itu tampak terdiam sebentar, seperti memikirkan sesuatu. "Tunggu dulu deh, Kak. Berarti Kak Wooseok itu straight dong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bothered ✓
RomansaLayaknya ratu sihir yang membenci snow white karena kecantikannya, Wooseok pun begitu pada Sakura. Ini tentang siapa yang menjadi nomor satu, nomor yang selalu diduduki Wooseok. Namun mendadak semuanya berubah ketika Sakura muncul di kehidupannya. ©...