2. MIMPI BURUK

5K 241 3
                                    

• AUTHOR POV •

Feira berlari sekencang mungkin dengan rasa takut yang semakin memuncak pada dirinya. Wajah kedua pria itu masih terlihat jelas di kepalanya.

Feira merasa lega saat rumahnya mulai terlihat di pandangan matanya. Jantungnya masih berdegub kencang dan tidak beraturan serta nafas yang memburu akibat ia berlari.

Feira meraih gagang pintu rumahnya dan mengunci semuanya. Ia berlari masuk ke dalam kamar dengan nafas yang masih tersegal-segal mengingat kembali wajah kedua pria itu.

"Siapa mereka? Kenapa mereka terlihat menyeramkan? Mereka begitu pucat dan... " Feira mengingat kembali bentuk wajahnya secara detail "Apa tadi Aku melihat taring?"

".. Tapi, Aku tidak begitu jelas karena tubuh Mervin yang tinggi menghalangi pandanganku"

Feira masih menerka-nerka soal taring yang ia lihat dari kedua pria itu yang masih tidak di ketahui kejelasannya hingga ia teringat ucapan Mervin yang menyinggung soal Vampir padanya.

"Apa Kau tidak takut berjalan sendirian di hutan seperti ini?"

"Untuk apa takut?"

"Hutan ini begitu luas Feira, jika kau bertemu makhluk yang menyeramkan tidak akan ada yang bisa menolongmu. Bahkan saat kau teriak, tidak akan ada satu orang pun yang akan mendengarkanmu"

"Makhluk menyeramkan? Makhluk seperti apa maksudmu?"

"Hm.. Mungkin seperti Vampir?"

"Ah.. Tidak mungkin! Mana mungkin ada vampir di jaman sekarang! Tidak mungkin!" ucapnya bergelit pada dirinya sendiri.

Feira berusaha berfikir positif dan logis. Tapi, sangat bertolak belakang dengan apa yang baru saja ia lihat.

"Ah.. Sudahlah. Memang mungkin Aku yang salah lihat. Dan mungkin karena tadi Mervin menyinggung soal vampir--tapi.. Ah, sudahlah!"

Feira berusaha melupakan apa yang baru saja terjadi dan ia lihat tadi.

*****

• FEIRA POV •

Hari semakin gelap, dimana Matahari terbenam dengan menyajikan senja yang begitu indah lalu melahirkan bulan yang akan bersinar pada malam hari.

Aku terus menatap keluar dari jendela kamar yang berada di lantai dua rumahnku.

Emma belum juga kembali dari kota membuat Aku harus sendiri lagi dirumah.

Kejadian siang kembali terbesit di benakku setelah Aku bergelut dengan diriku sendiri untuk men-format semuanya dari ingatanku.

Aku masih satia memandangi bulan yang tampak berbeda dari malam sebelumnya. Malam ini bulan bersinar dengan begitu terang membuatku dapat melihat keindahan hutan di malam hari.

Kepulangan Emma membuatku tidak sendirian lagi dirumah. Aku dengan penuh semangat menuruni tangga dan menyambut hangat kedatangan Emma.

Aku beralih ke dapur dan membuat makan malam untuk Emma yang baru saja pulang dari kota untuk bekerja.

"Ini, makanlah dulu" ucapku menyodorkan omelet yang ku buat untuknya.

"Terima Kasih, Feira" Emma tersenyum menatap kepadaku yang tentu saja Aku juga membalas tersenyum padanya.

"Ohya.. Bagaimana kerjamu?"

Aku selalu menanyakan soal pekerjaannya saat ia pulang bekerja tapi Emma selalu saja menghidari pertanyaanku. Entah apa yang membuat ia tidak ingin membahas soal pekerjaannya padaku. Tapi, Aku juga selalu merasa penasaran soal pekerjaan Emma di kota.

The Origin Of Dhampir [TAMAT DI DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang