8. WAKTU YANG LAMA

2.6K 150 7
                                    

• AUTHOR POV •

Kepergian Guene membuat Feira menuju ranjangnya di ikuti Mervin. Seperti malam sebelumnya cerita dari Mervin menjadi pengantar tidur Feira.

"Jadi, setiap manusia pasti memiliki kelebihannya tersendiri, begitu pun dengan kami. Gen manusia dan vampir itu hampir sama. Manusia adalah orang, vampir pun adalah orang tapi bukan manusia yang memiliki darah, jantung dan mengutamakan perasaannya. Vampir lebih ke logika karena ia harus mempertahankan hidupnya sama seperti kalian manusia tapi dengan cara yang berbeda dengan menyembunyikan identitasnya. Dan apabila gen itu menyatu, kelebihan di antara gen itu pun akan menyatu dan itu yang harus kaum vampir dan manusia waspadai dari manusia setengah vampir itu.."

"Kenapa? Dia akan membunuh semuanya?" Feira menatap penasaran.

"Ya.. Jika dia tidak dapat mengontrol dirinya. Itu akan menjadi ancaman bagi kedua kaum. Keberadaan para vampir merasa sangat terancam, apabila sisi kemanusiaan anak itu melebih sisi vampirnya. Karena, hal itu akan membuat ia memusnahkan vampir. Dan, ya! Dia dapat memusnakan semua vampir di muka bumi ini.. "

Feira mengangguk mengerti mendengar semua ucapan Mervin.

".. Sudahlah, sekarang kau harus istirahat Fiera" Mervin menarik selimut Feira dan menyelimutinya.

"Hm.. " Feira menutup matanya dengan Mervin yang masih menatapnya.

*****

Feira menikmati sarapannya bersama Emma yang hari ini mendapatkan liburnya.

"Hm.. Feira.." Ucap Emma menatap Feira yang sedang menikmati sarapannya.

"Ya, kenapa?"

"Apa kau suka tinggal disini?"

Pertanyaan Emma membuat Feira menyimpan kembali roti yang telah ia gigit.

"Ya.. Aku suka. Ada apa?"

"Hm.. Tidak apa-apa. Hanya saja jika kau tidak merasa nyaman, kita bisa mencari rumah lain."

"Maksudmu? Di kota?"

Feira terlihat bahagia kalau saja Emma memang berniat pindah ke kota.

"Hm.. Bukan. Maksud ku, tempat lain yang bukan di Kolombia"

Senyum Feira luntur saat mendengar jawaban mengecewakan dari Emma.

"Kau mau pindah dari Kolombia?" Feira memastikannya kembali.

"Ya.. Kalau kau juga mau" Emma menatap ragu pada Feira.

"Tapi, kenapa?"

Feira tampak penasaran dengan alasan Emma yang tiba-tiba saja ingin pindah.

"Tidak ada apa-apa, Aku hanya bertanya saja padamu" Ucap Emma dengan senyum terpaksanya sebelum meninggalkan Feira.

Feira menatap Emma dengan berbagai macam pertanyaan yang memenuhi isi kepalanya.

"Ada apa? Apa dia di pecat dari tempat ia bekerja?" Batin Feira.

Suara lemparan batu pada pintu kayu rumah Feira mengangetkannya.

"Mervin?"

Feira berlari keluar membuka pintu rumahnya dan menampakkan sosok Mervin yang berada di balik pohon besar di sisi kanan rumahnya.

"Mervin?" Sapa Feira berjalan ke arah Mervin.

"Apa Aku mengganggu mu?"

Feira menggeleng dengan raut wajah senangnya yang tidak dapat ia sembunyikan.

The Origin Of Dhampir [TAMAT DI DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang