13. MEMINUM DARAH

1.7K 139 8
                                    

• MERVIN POV •

Aku berhasil membawa Feira ke rumah Dr. Zianette. Ia terlihat begitu terpukau dengan pemandangan yang di sajikan halaman rumah Dr. Zianette.

Suara pintu terbuka bersamaan Dr. Zianette yang berdiri di ambang pintu menyambut ramah ke datangan Mervin dan Feira.

Dr. Zianette mengajakku dan Feira menuju ruangan kerjanya yang semalam sudah Aku datangi sebelumnya.

"Selamat datang di rumah ku, Feira" Sapanya ramah.

Feira mengangguk dan tersenyum menatap ke arahnya.

"Ohya.. Apa Feira tau maksud dia ke sini, Mervin?"

"Hm.. Ya. Aku sudah memberitahunya" balas ku.

Dr. Zianette berjalan menuju rak buku kayunya yang menempel dinding setelah ia menyuguhkan teh untuk Feira.

Feira tercekat saat rak buku itu bergeser dan menampak sebuah lemari kaca pendingin transparan yang memperlihatkan beberapa botol merah dengan darah segar. Dr. Zianette mengambil geras kaca berwarna hitam berukuran sedang dan menumpahkan darah itu ke dalamnya.

Jantung Feira kembali berdegub kencang saat menatap darah itu yang di tumpahkan masuk ke dalam gelas. Akhirnya, Mervin mengerti kenapa jantung Feira berdegub seperti saat ia menggodanya.

"Kenapa jantung Feira berdegub seperti itu? Matanya? Astaga apa itu?" batin ku.

"Feira.. Kau baik-baik saja?" tanya ku penasaran.

Pertanyaan yang ku layangkan pada Feira ia abaikan begitu saja. Ia masih terus menatap Dr. Zianette yang sedang menumpahkan darah itu ke dalam gelas yang mungkin saja itu yang akan di suguhkan pada ku.

Apa yang di perbuat Dr. Zianette sebenarnya?

• AUTHOR POV •

Feira yang terlalu fokus pada minuman itu mengabaikan ucapan Mervin padanya. Tatapan begitu sulit ia alihkan dari gelas itu.

Gelas terakhir yang berhasil Dr. Zianette sajikan. Ia berjalan lalu menyuguhi Mervin gelas tersebut dan juga dirinya. Nafas Feira seperti memburu bahkan ia terlihat berkeringat saat Dr. Zianette meneguk gelasnya.

"Hm.. Aku sengaja mengambil gelas seperti ini. Agar Feira tidak menatap jijik ke kita" ucap Dr. Zianette tertawa sebelum meneguk gelasnya.

Feira menelan salivanya. Wajahnya semakin pucat, jantungnya semakin berdegub kencang membuat Mervin khawatir

"Feira.. Apa kau baik-baik saja? Wajah mu tampak pucat" ucapnya menepuk pundak Feira.

"Ah.. Ya. Hm, Aku baik-baik saja. Hanya saja di sini terasa panas"

Ucapan Feira membuat Dr. Zianette menyimpan kembali gelasnya. Ia menatap Feira lalu menatap ac ruangannya yang sedang menyala.

"Hm.. Aku pikir, Aku lupa menyalakan ac ku. Ternyata sudah menyala" ucap Dr. Zianette dengan tatapan yang tak lepas dari Feira.

"Ah.. Ya. Mungkin hanya Aku saja" balas Feira menguncir naik semua rambutnya.

Feira benar-benar kepanasan bahkan Mervin dengan jelas melihat buliran keringat itu turun ke lehernya.

"Fiera kau benar-benar kepanasan" ucap Mervin.

"Ah ya.. "

Feira menarik tissue yang berada di hadapannya dan menyeka wajah serta lehernya yang basah karena keringat.

"Apa kau ingin mencobanya?" tanya Dr. Zianette menyodorkan minumannya kepada Feira.

Hal itu membuat mata Mervin melebar menatap Dr. Zianette.

The Origin Of Dhampir [TAMAT DI DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang