"Untuk apa kamu bahas ini lagi? Sudah kubilang, aku sama dia udah nggak ada apa-apa!"
Sayup-sayup suara pertengkaran itu kembali terdengar. Kedua anak laki-laki yang berada dalam kamar tak jauh dari tempat kejadian, tanpa sadar mereka menggenggam ujung selimut mereka erat-erat. Sesekali mereka melirik kearah boks bayi yang terletak disamping kasur mereka, dan memastikan balita perempuan yang ada didalamnya tidak terbangun dan menangis.
"Sudahlah, Mas! Aku lihat sendiri, tadi siang kamu berduaan dengan perempuan itu! Kenapa sih, Mas? Apa aku dan anak-anak masih belum cukup?"
Tak tahan, seorang anak laki-laki yang berpiyama spiderman turun dari kasurnya, berjalan kearah pintu. Ia membuka pintu kamarnya perlahan, membuat celah kecil yang cukup baginya untuk mengintip.
Tak lama, suara isakan terdengar. Anak itu menggigit bibirnya, masih menatap dalam diam. Sedangkan saudaranya, menatap anak itu penasaran, dengan posisi masih diatas kasur.
"Mama nangis lagi, Dan?" tanya anak itu. Aidan, anak dengan piyama spiderman itu membalikkan badannya, mengangguk, dan kembali keatas kasur.
Perempuan itu. Berkali-kali hal itu terdengar dari mulut kedua orangtua mereka. Aidan dan Iagan penasaran. Sehebat apa sih, orang itu hingga bisa membuat kedua orangtua mereka bertengkar hebat hampir setiap hari?
Tak lama, pintu kamar mereka terbuka, menampilkan sosok laki-laki bertubuh jangkung dengan rahang yang tegas dan berwibawa. Ia memejamkan matanya sejenak, lalu berjalan masuk.
"Iagan, kamu ikut Papa sekarang, ya," kata laki-laki itu. Iagan mengernyit heran. "Kemana, Pa?"
"Mungkin kerumah Oma," jawabnya. Iagan menatap Aidan sebentar. "Aidan sama Adara ikut juga?"
Laki-laki itu menggeleng. Ia menatap Aidan. "Aidan, kamu tetap disini, ya? Jaga Mama dan Adara. Kapan-kapan kita main sama-sama lagi."
"Papa mau ajak Ia kemana? Aidan nggak mau pisah sama Ia, Pa."
"Nak," kata laki-laki itu. "Papa minta maaf. Nanti kalau sudah saatnya, Papa dan Iagan akan kembali buat ketemu kamu dan Adara. Tapi selama Papa dan Iagan pergi, kamu mau janji buat jaga Mama dan Adara?"
Aidan akhirnya mengangguk pelan, walaupun ada keraguan dalam hatinya. Untuk anak berumur 8 tahun seperti dirinya, hal ini masih sulit untuk dicerna.
Akhirnya laki-laki itu berdiri. Ia mencium puncak kepala Aidan, lalu berjalan kearah boks bayi, dan mencium Adara, anak bungsunya. Ia lalu menggandeng Iagan yang masih menggunakan piyama spongebob kesayangannya, berjalan keluar kamar.
Aidan menatap kepergian dua laki-laki kesayangannya itu dengan tatapan polos, yang tanpa ia sadari, sejak pintu itu tertutup, ia tak pernah lagi melihat mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANDRA ✓
Teen FictionDi hari pertamanya, Sea harus dipertemukan dengan sosok Aidan, laki-laki dingin yang katanya tak tersentuh. Tak hanya itu, ia lagi-lagi dikejutkan dengan Aidan yang tiba-tiba menembaknya di hari pertama mereka bertemu! Hingga suatu hari, sebuah ra...