"Ciyelah pasangan baru, lengket amat kayak perangko!"
Ditto dan beberapa teman Aidan langsung meledek Aidan dan Sea tiba di parkiran motor. Mulai hari ini, hari setelah Aidan dan Sea resmi berpacaran, Aidan akan mengantar-jemput Sea setiap hari. Awalnya Sea menolak, tapi Aidan memaksanya.
"Apaan sih lo," jawab Aidan, berusaha tidak salah tingkah. Sementara Sea, hanya tertunduk sambil tersenyum malu-malu.
"Lah, Aidan udah pacaran sekarang?"
"Yah, gue nggak ada harapan, dong?!"
"Apa sih bagusnya cewek itu?"
"Cantik nggak seberapa, badannya juga kecil nggak bagus-bagus amat."
"Wah, udah jadian, ya? Cocok banget, tuh. Hebat banget Sea bisa bikin Aidan luluh."
Aidan menggenggam tangan Sea erat. Ia tahu, gadisnya mulai merasa tak nyaman. Sea tak suka jadi pusat perhatian.
Aidan mengajak Sea untuk masuk ke dalam sekolah. Ia mengantarkan Sea hingga ke kelasnya. Tatapan iri, senang, penasaran, dan sedih mengiringi setiap langkah mereka. Sepanjang koridor, Sea dan Aidan tak berhenti mendengar bisikan-bisikan, baik positif maupun negatif.
"Nggak usah didengerin," bisik Aidan. Sea mengangguk, berusaha untuk bersikap tuli. Ia menatap lurus ke depan, hingga akhirnya mereka tiba di depan kelas Sea.
"Nanti istirahat sama Nadya?" tanya Aidan. Sea mengangguk. Ia dan Aidan memang sempat membuat perjanjian sebelum mereka berangkat, bahwa saat istirahat, Sea dan Aidan akan bersama teman-teman mereka masing-masing. Mereka tidak ingin membuat sahabat-sahabat mereka merasa tertinggal.
"Oke," kata Aidan. "Nanti pulang sama aku, ya?"
Sea mengangguk. "Makasih, Aidan."
Aidan tersenyum, lalu meninggalkan Sea menuju kelasnya.
"GILA GILA, LO UDAH PACARAN, SE? CONGRATS!"
Renata memekik senang, disusul oleh pertanyaan-pertanyaan dari Silvia, Sisil, dan beberapa teman kelas Sea yang lain.
"Wah gila, kalo udah sama Kak Aidan sih, lo bakal aman sejahtera banget, Se! Udah kayak putri lo mah di sekolah," celetuk Sisil.
"Bener! Nggak bakal ada yang berani gangguin lo, dah! Congrats!" timpal teman kelas Sea yang lain, Gisel.
"Yah, Se, lo kok nerima dia? Padahal ada gue yang selalu disini," kata Beni dramatis. Ia menggigit tahu isi ditangannya, sebelum melanjutkan lagi. "Taphi ngghak phapha, ghue sethia nungghuin lo, khok."
"Ye, kunyah dulu tuh makanan yang bener!" balas Nadya. "Gue jadi Sea juga takut ama lo, Ben! Bisa mabuk gue tiap hari lo makanin tahu isi!"
Seisi kelas tertawa. Ia bersyukur akan respon dari teman-teman sekelasnya yang semua positif. Ia senang karena dikelilingi oleh orang-orang yang selalu mendukung dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANDRA ✓
Подростковая литератураDi hari pertamanya, Sea harus dipertemukan dengan sosok Aidan, laki-laki dingin yang katanya tak tersentuh. Tak hanya itu, ia lagi-lagi dikejutkan dengan Aidan yang tiba-tiba menembaknya di hari pertama mereka bertemu! Hingga suatu hari, sebuah ra...