SEA | 2

8.1K 745 23
                                    

Aidan terus-menerus merutuki dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aidan terus-menerus merutuki dirinya sendiri.

Meminta Sea menjadi pacarnya? Padahal ia baru mengenal Sea beberapa jam yang lalu!

Aidan mengusap wajahnya kasar, dan duduk dipinggiran kasur. Ia bahkan tak bisa melupakan wajah kaget Sea saat ia mengatakan kalimat gila itu, dan apa yang terjadi selanjutnya.

"Lo mau jadi pacar gue?"

Sea menatap laki-laki dihadapannya itu tak percaya. "Hah?"

Aidan mengangguk. "Gue bisa bikin lo bahagia. Nggak ada yang berani nyakitin lo selama gue ada di samping lo," katanya yakin.

Sea masih menatap laki-laki itu kaget. Kali ini mulutnya terbuka, seakan ingin mengatakan sesuatu, namun kata-kata itu bak terjebak dalam kerongkongannya dan tak bisa keluar.

"Gue kasih lo waktu sampai besok untuk jawab," kata Aidan.

"Nggak perlu Kak," jawab Sea.

"Aku masih belum mau pacaran sama siapa-siapa. Makasih buat bantuannya hari ini, a-aku ke kelas dulu."

Gadis itu langsung berdiri dari tempatnya, menyisakan pandangan ratusan pasang mata yang lagi-lagi melihat kejadian gila itu.

Mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Harga diri Aidan sudah jatuh, terinjak-injak pula.

Seharusnya Sea beruntung bisa ditembak sama most-wanted sekolah. Tapi apa yang dia lakukan? Ia menolak Aidan terang-terangan! Padahal, Aidan tidak pernah melakukan itu.

Seumur-umur, Aidan belum pernah pacaran. Ia seakan menutup diri dari perempuan. Ia menghindari hubungan serius dengan perempuan manapun. Hanya Ibunya dan Adara-lah yang menjadi fokusnya saat ini.

Tapi kali ini berbeda. Ada dorongan dalam dirinya yang membuatnya ingin sekali membawa gadis itu dalam pelukannya. Ia ingin sekali melindungi gadis itu dari kata 'sakit hati'.

Gue akan buat lo jadi milik gue, Sea.

***

Sepanjang perjalanan pulang, Sebasta hanya mendapati adiknya yang diam seribu bahasa. Sea hanya menatap keluar jendela, namun ia tahu pikiran Sea tidak berada disini.

"Kamu nggak papa, Dek?" tanya Sebasta khawatir. Sea menoleh, lalu menggeleng. Ia tersenyum kecil, setidaknya agar Sebasta tak khawatir.

Sebasta tahu, adiknya tak akan mau membuka mulut hingga ia siap. Selama Sea masih merasa kuat menghadapinya sendiri, ia tak akan menceritakan masalahnya pada siapapun. Tidak pada orang tuanya, tidak pada kedua kakaknya, tidak pada Nadya.

Sebasta ingat kejadian dua tahun lalu. Kejadian yang membuat Samudra hilang akal hingga membuat orang yang menyakiti Sea babak belur dan masuk rumah sakit. Bahkan, Samudra sempat ditahan di penjara anak-anak selama beberapa hari.

SEANDRA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang