SEA | 9

2.6K 276 4
                                    

Sea tak percaya apa yang dilihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sea tak percaya apa yang dilihatnya. Aidan berciuman dengan perempuan lain, di tempat pertama mereka bertemu.

"Sea..." panggil Aidan lirih, sekaligus terkejut. Sea bergeming. Ia menatap Aidan nanar. Hatinya sakit, tapi bahkan setetes air mata pun tak keluar dari kedua pelupuk matanya.

Aidan melangkah mendekat, membuat Sea otomatis melangkah mundur. Satu langkah maju, untuk satu langkah mundur.

"Sayang, ini nggak kayak yang-"

"Nggak usah panggil aku sayang," potong Sea. Suaranya serak.

"Biar aku jela-"

"Kita putus aja," potong Sea lagi. Tanpa basa-basi, Sea balik badan, melangkah pergi. Semakin lama, langkahnya semakin cepat. Ia tak tahu kemana kakinya melangkah. Ia membelah kerumunan, berlari keluar dari sekolah. Yang ada padanya, hanya kamera yang tergantung di lehernya, juga ponsel di kantung celananya.

Bibir Sea bergetar. Napasnya tak teratur. Ia mengeluarkan ponselnya, mencari satu nama yang terlintas di kepalanya.

Ia menempelkan ponsel itu di telinga, menunggu orang di seberang sana mengangkat. Tak lama, terdengar suara yang diharapkannya.

"Kak Basta..."

***

"Iya Nad, tolong bawain tas Sea, ya? Kakak bawa Sea pulang sekarang."

Sebasta menutup sambungan teleponnya. Ia menatap Sea yang menangis dalam diam. Hatinya bergemuruh. Sesuatu yang buruk terjadi pada adiknya.

Apa karena Aidan?

Sebasta tak berani bertanya. Satu tangannya membelai rambut Sea lembut, sementara tangan lainnya ia gunakan untuk mengendalikan kemudi.

"Kak..." panggil Sea akhirnya. Sebasta menoleh. "Hmm?"

"Jangan bilang Kak Samudra, ya..." katanya memohon. "Sea nggak mau memperburuk keadaan."

Sebasta mengangguk mengerti. "Kalau gitu, kamu tenang dulu. Habis gini kita sampai rumah, nanti kalau kamu nangis, Kak Samudra bisa tau."

Sea berusaha menghentikan tangisnya. Ia mengelap air matanya.

"Emang Sea nggak berhak buat bahagia ya, Kak?" tanya Sea lagi. Kali ini, hati Sebasta hancur dibuatnya.

"Kamu sangat berhak, Se," balas Sebasta. "Kalau Kakak boleh tau, ada apa?"

Sea terdiam sebentar. Matanya menatap Sebasta nanar, lalu ia menunduk.

"Tapi janji Kakak nggak akan marah?"

Sebasta mengangguk. "Ada apa?"

SEANDRA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang