Windy tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Anaknya, yang pergi bersama mantan suaminya 11 tahun yang lalu, sekarang berdiri tepat di hadapannya.
"Ma..." panggil Iagan lirih. Ia ingin memeluk Ibunya, tapi ia tak yakin apakah Windy menerimanya atau tidak. "Iagan kangen Mama."
Tanpa pikir panjang, Windy memeluk Iagan erat. Iagan balas memeluk wanita itu, membenamkan wajahnya di pundak Windy sambil terisak.
"Kamu kemana aja, Nak.." kata Windy. Ia tak bisa mencegah air matanya keluar. Air mata bahagia, karena Tuhan sudah kembali mempertemukan dirinya dengan Iagan.
Dalam hati, Windy tak henti mengucapkan terima kasih kepada Tuhan. Ia tak menyangka, ia akan melihat Iagan lagi.
"Ayo masuk, Mama mau masakin kamu. Kamu masih suka sup daging makaroni?" tanya Windy antusias. Iagan mengangguk.
Windy tersenyum, dengan cekatan ia berjalan menuju dapur, mempersiapkan makan malam. Adara menggandeng Iagan masuk ke dalam rumah, menuju ruang tamu.
10 tahun tak bertemu, hanya tersisa rasa canggung diantara mereka, meskipun Aidan dan Iagan kembar.
"Aku nggak nyangka, Kak Tir- Iagan memang bener-bener Kakakku," ujar Adara memecah keheningan.
"Lo pake 'lo-gue' kalo sama gue, tapi kok 'aku-kamu' sama Iagan? Curang lo!"
Adara memeletkan lidahnya ke arah Aidan. Iagan tertawa melihat mereka berdua.
"Gue nggak nyangka, gue bakal ketemu kalian lagi," kata Iagan. "Selama ini gue nyari kalian. Gue tahu Mama sekarang udah jadi designer terkenal, tapi gue nggak pernah dapet kesempatan buat ketemu Mama."
Tak lama, Windy muncul dari dapur. Ia menyusul anak-anaknya sembari menunggu sup buatannya matang. Di tangannya, ada sepiring brownies, yang kemudian ia letakkan di atas meja tamu.
"Kamu sekolah dimana, Sayang?" tanya Windy.
"Iagan homeschooling, Ma."
"Papa gimana kabarnya, Gan?" tanya Aidan. Adara menegakkan duduknya, menunggu jawaban. Ia sangat ingin bertemu Ayahnya, karena saat Ayahnya pergi, ia masih berumur 3 tahun.
"Papa meninggal 2 tahun lalu," kata Iagan. Wajahnya berubah keruh.
"Kenapa?" tanya Adara lirih.
"Serangan jantung," jawab Iagan. Ekspresinya tak terbaca. Rasa bersalah menyelimuti dirinya.
Windy meraih tangan Iagan, mengusap punggung tangannya, berusaha menenangkan. Kalau Windy boleh jujur, ia masih mencintai mantan suaminya, walaupun sudah 11 tahun berlalu.
Adara menangis tanpa suara, Aidan menunjukkan wajah tanpa ekspresi. Mereka berkecamuk dengan pikiran mereka masing-masing, sebelum akhirnya Windy kembali buka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANDRA ✓
Teen FictionDi hari pertamanya, Sea harus dipertemukan dengan sosok Aidan, laki-laki dingin yang katanya tak tersentuh. Tak hanya itu, ia lagi-lagi dikejutkan dengan Aidan yang tiba-tiba menembaknya di hari pertama mereka bertemu! Hingga suatu hari, sebuah ra...