SEA | 15

3.1K 295 15
                                    

Sulit bagi Adara untuk memproses semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sulit bagi Adara untuk memproses semuanya. Sudah satu minggu Adara memikirkan tentang fakta itu. Berarti sudah 7 hari berturut-turut ia datang ke Flint Cafe.

Tiba-tiba, seorang laki-laki datang menghampirinya. Ia meletakkan segelas caramel macchiato di atas meja.

Adara mendongak, menatap laki-laki yang sedang tersenyum padanya.

"Hai, aku Tirta, pemilik cafe," ujar laki-laki itu memperkenalkan diri. Adara hanya tersenyum tipis.

"Kamu lagi ada masalah?" tanya Tirta hati-hati. Adara hanya menatap Tirta tanpa ekspresi, lalu menunduk. "Nggak tau juga."

Tirta menarik kursi di hadapan Adara, lalu duduk. "Kalau ada apa-apa, aku mau dengerin. Gini-gini, aku pendengar yang baik."

Adara tersenyum tipis, lagi. Ia bukan tipe orang yang mudah menceritakan masalahnya ke orang lain, apalagi ke orang asing seperti Tirta

"Maaf."

Tirta mengangguk paham. "Nama kamu siapa?"

"Adara," jawab Adara singkat.

"Hmm, namanya cantik," gumam Tirta. "Kalau gitu, aku tinggal dulu, ya. Jangan lupa caramel macchiato nya diminum. Gratis buat kamu."

Tirta berdiri, membiarkan Adara sendiri. Ia keluar dari cafe setelah berpamitan dengan beberapa karyawannya.

Adara memperhatikan kepergian Tirta. Entah mengapa, ia merasa Tirta adalah sosok kakak yang baik, seperti Aidan. Namun dengan cara yang berbeda.

Membuat Adara teringat akan kakaknya yang lain.

***

"Gimana try outnya?"

Terdengar gumaman dari seberang sana. "Lumayan. Agak susah nyonteknya. Pengawasnya ketat banget."

Kalau Aidan berada di hadapan Sea sekarang, sudah pasti kepalanya digetok gadis itu. Tapi karena mereka sedang berada di rumah masing-masing dan hanya terhubung oleh sambungan telfon, Sea hanya bisa mengerucutkan bibirnya sambil marah-marah.

"Kenapa nyontek terus, sih? Emang nggak belajar?" tanya Sea. Aidan, tanpa sepengetahuan Sea, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Salah lagi nih, gue.

"Belajar sih, tapi nggak bisa..." jawab Aidan memelas. Ia harap, Sea akan luluh karena nada bicaranya.

Dan dugaannya benar.

Sea menghela nafas. "Coba ikut bimbel kalau Aidan nggak bisa," usul Sea. Ia ingin membantu kalau bisa, tapi sayangnya, ia tidak mengerti bahan ujian Aidan, karena yang diujikan adalah pelajaran kelas 10-12. Yang ia mengerti hanya pelajaran kelas 10, itu pun belum sampai semester 2, karena memang semester 2 baru saja dimulai. Liburan semester mereka sudah berakhir sejak seminggu yang lalu.

SEANDRA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang