Untuk beberapa minggu ke depan, seluruh siswa disibukkan mempersiapkan pentas seni. Para pengisi acara sibuk melakukan latihan, panitia juga sibuk melakukan tugas menurut divisi mereka masing-masing. Acara pensi diatur oleh OSIS, yang bekerjasama dengan setiap organisasi dan klub. Selain itu, OSIS juga mengundang setiap kelas untuk membuka stan di bazaar.
"Jadi, kita mau jualan apa, nih?" tanya Renata, ketua kelas Sea.
"Gimana kalo jual minuman? Sekalian jualan pudding. Kan acaranya siang-siang, tuh. Pasti laku karena panas," usul gadis berkacamata tebal dan rambut sebahu, Sisil.
Renata mengangguk, mencatat usul Sisil. "Ada lagi?"
"Kayaknya ayam-ayaman gitu oke deh, Ren. Lagi nge-tren banget kan," usul Silvia. Teman-teman Silvia mengangguk setuju.
Renata mencatat usulan Silvia. "Ada lagi?"
"Kalau makanan berat gimana? Kantin biasanya kan tutup. Lagipula, kelas lain pasti juga banyak yang jualan snack sama minuman," usul seorang gadis bermata besar dan berkulit sawo matang, Ratu.
Setelah mencatat semua usulan dari teman sekelasnya, Renata melakukan voting lewat aplikasi LINE.
"Kalian semua vote lewat grup aja, ya. Gue tunggu 5 menit," katanya. Semua siswa kelas 10-2 sibuk membuka ponsel masing-masing, dan memilih pilihan mana yang akan mereka ambil.
"Nad, kamu pilih apa?" bisik Sea. Ia bingung harus memilih yang mana.
"Gue pilih minuman, Se. Pasti banyak yang haus ntar. Laku keras tuh, gue jamin."
Sea mengangguk, memilih pilihan yang sama dengan Nadya.
Lima menit berlalu, Renata kembali membuka suara. "Yang kepilih usulan Sisil ya guys, gue setor dulu ke OSIS sebelum keduluan yang lain."
Renata melenggang pergi meninggalkan kelas, menuju ruang OSIS. Renata adalah salah satu anggota OSIS, sehingga ia bisa mondar-mandir seenaknya di ruangan itu.
Jam istirahat berbunyi. Sea dan Nadya, seperti biasa berjalan menuju kantin. Perut mereka sudah meronta minta diisi sejak satu jam yang lalu. Mereka mengantri tak sabar di depan gerobak batagor yang sudah cukup ramai dengan singa-singa kelaparan.
"Kayak biasa, kan?" tanya Nadya. Sea mengangguk. "Minta sambelnya yang banyak."
"Ebuset, emang bisa? Lo kan punya maag, Se. Bahaya."
"Nggak papa," katanya. "Gue pingin banget makan yang pedes-pedes."
Sempat ragu, namun akhirnya Nadya mengangguk setuju. Ia memesan dua piring batagor untuknya dan Sea, dengan ekstra sambal. Padahal, sambal batagor disini sangat pedas.
Tak butuh waktu lama sampai batagor mereka siap. Sea dan Nadya celingukan mencari tempat duduk yang sudah mulai penuh, tapi mereka tak menemukan satupun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANDRA ✓
Teen FictionDi hari pertamanya, Sea harus dipertemukan dengan sosok Aidan, laki-laki dingin yang katanya tak tersentuh. Tak hanya itu, ia lagi-lagi dikejutkan dengan Aidan yang tiba-tiba menembaknya di hari pertama mereka bertemu! Hingga suatu hari, sebuah ra...