'Dalam kenangan usai hujan berlalu' judul buku yang Jaemin pegang untuk ia masukkan dalam kardus, ia kemas dengan rapi kardus tersebut.
Ruangan lebar ini adalah milik si pemuda dengan kepribadian ISTJ berparas visual yang suka menebar senyum dan ramah, dibalik pintu kamar, ada seragam osis baru dengan name tag 'Na Jaemin'
Terlihat dari arti namanya, dia orang yang baik dan sering menebar pemanis untuk semua orang. Tanpa sangka bahwa ternyata dirinya adalah seorang introvert. Tuhan memang adil dalam menciptakan umatnya, pemuda manis satu ini sangat berfikir maju soal hidupnya. Menjadi mandiri bukan pilihan yang buruk bagi anak berumur 17 tahun ini.
"Sayang?" tanya seorang wanita anggun dibalik pintu, kenal dirinya dengan nama Irene.
Jaemin menoleh ke arah sumber suara, "Iya, Bunda?"
Irene mendekat lalu duduk di sisi ranjang, Jaemin beranjak setelah meletakkan kardus-kardus itu disamping lemarinya. Duduk dibawah dan memeluk kaki ibunya, bukan hal lebih, itu kebiasaanya ketika merasa takut untuk melangkah.
"Takut?" tanya Irene sambil mengusap sayang rambut anaknya, "Sedikit."
"Ayah sudah pulang, mau ke kos sekarang?" tawar Irene kembali.
Jaemin menggeleng, "Kasihan ayah, pasti capek. Besok saja, Bunda."
"Hahahahaha! Untuk urusan keluarga pasti nomer satu!" pria yang masih memakai stelan jas formal itu masuk kedalam kamar anak semata wayangnya.
Akhirnya Jaemin menyetujui usul bundanya, ayah tampannya itu sangat bersemangat membantu Jaemin. Kardus-kardus Jaemin sudah tertumpuk rapi di kamar kos barunya, kos-kosan ini dihuni dua orang. Teman sekamarnya adalah teman yang perhatian, Hwang Hyunjin namanya.
Mereka bertemu saat pendaftaran sekolah, Jaemin kira Hyunjin adalah anak yang pendiam mengingat bibirnya tebal. Ternyata cerewet juga, anak yang mudah bergaul. Sangat cocok dengan Jaemin yang memang suka beramah tamah.
Fakta yang mengejutkan adalah Hyunjin seorang anak mama, dia bahkan menangis merindukan ibunya saat hari pertama tinggal di kos-kosan, "Hiks.. Kangen mamah, Jaem."
Untung Jaemin bisa memasak, dengan kemampuan memasaknya, dia membuat makanan untuk Hyunjin agar tidak terus merengek merindukan mamanya.
Jaemin terbangun pukul lima sore, dirinya tertidur setelah mengangkat jemuran didepan. Hyunjin sedang melipat baju yang tadi dia angkat, "Bangun, Jaem. Udah sore."
"Dari mana?" tanya Jaemin sambil mengusap sudut bibirnya, bekas liur tidur.
"Habis main sama teman-teman smp, tadi mau pamit tapi kamu masih telfon sama bunda." Jawab Hyunjin yang masih tetap melipat tumpukan baju itu.
Jaemin mengangguk-angguk lalu bergegas pergi mandi, mereka berdua memang tidak memasalahkan soal siapa yang mencuci siapa yang menyetrika. Kalau mereka merasa senggang yang sudah saatnya mengambil kerjaan kos-kosan. Hyunjin belajar memasak dari internet, dia tidak bisa membiarkan Jaemin terus-terusan yang memasak.
Walau kadang masakannya terlalu hambar atau terlalu asin, Jaemin tetap memakluminya karena itu pertama Hyunjin belajar memasak. Jika keduanya lelah, lebih memilih pesan antar atau makan diluar.
"Mama kirim jajan, ada dikulkas. Katanya kamu suruh cobain juga." Hyunjin memulai pembicaraan, kini keduanya tengah menikmati mie ayam yang dibeli saat lewat didepan kos.
Jaemin mengangguk, "Mama sehat?"
Hyunjin mengangguk dengan cepat, buru-buru mengelap kuah mie ayam yang berceceran di meja.
"Aku mau cari kerja." Satu kalimat yang mampu membuat Hyunjin menghentikan gerakannya.
"Yakin?" tanya Hyunjin yang dijawabi anggukan dari Jaemin, "Pengen lebih mandiri, duit dari bunda mau ditabung aja."
Hyunjin mengangguk-angguk, dirinya tidak berani mengambil resiko dipecat sebelum bekerja. Masih harus banyak belajar dari Jaemin.
"Ada kafe mini dekat sini, coba kamu kesana, Jaem." Celetuk Hyunjin.
Jaemin menatap Hyunjin sambil mencari-cari sedotan dengan bibirnya, "Dumunu?"
"Pojok kanan, perempatan belok kiri. Waktu kita fotokopi." Jawab Hyunjin.
Jaemin mengangguk-angguk, "Makasih infonya, nanti gaji pertama kita makan-makan."
Keduanya tertawa lepas, pertemanan itu simple. Kamu menolong, dia menolong. Kamu tahu diri, dia tahu diri. Itulah pertemanan.
Hyunjin membiarkan dirinya membereskan cucian piring, temannya itu harus segera pergi ke kafe yang dimaksud. Takut kalau Jaemin kehabisan lowongan kerja, dia berhutang banyak kepada Jaemin, mencuci piring bukanlah bayaran yang besar. Hyunjin tahu diri untuk tidak terus menerus merepotkan Jaemin, ia harus bisa menjadi mandiri seperti Jaemin.
Jaemin memasukki kafe yang dimaksud Hyunjin, segera menuju kasir untuk menanyakan info tentang lowongan kerja, "Permisi, kak. Apa kafe ini membuka lowongan pekerjaan paruh waktu?"
Dengan jeda beberapa detik sebelum pegawai dibalik kasir itu menjawab, "Ah! Itu, sebentar."
Pegawai itu berlari ke belakang, Jaemin duduk di meja kosong dekat kasir. Sambil mengamati furnitur kafe yang hampir semuanya bernuansa coklat – putih.
"Ada yang ingin melamar pekerjaan?" tanya seorang pria dengan lesung pipi, Jaemin hendak berdiri namun pria itu menyuruhnya untuk duduk.
"Apa disini membuka lowongan kerja paruh waktu?" Jaemin mengutarakan pertanyaan pertama.
Pria itu terus mengulas senyum ramah, "Jadi, adik kecil ini masih sekolah?"
Jaemin mengangguk, "Saya baru 17 tahun, Pak. Ini pertama kalinya saya bekerja, tidak memiliki keahlian khusus apa pun tetapi mudah mempelajari sesuatu."
"Kamu masih sekolah, tetapi kenapa melamar kerja? Apa uang saku dari orang tuamu kurang?" tanya pria itu.
Jaemin menggeleng, "Lebih dari cukup, tidak ada salahnya belajar untuk mandiri, bukan? Ingin mencoba bagaimana rasanya mencari uang, jajan dengan uang hasil usaha sendiri. Sepertinya menyenangkan."
Pria itu tertawa, "Naif sekali kamu, tapi memang benar ini menyenangkan. Baiklah, saya akan mengajarimu bagaimana caranya menjadi mandiri dengan cara keren."
Jaemin hanya tersenyum, pria ini adalah pemilik kafe. Namanya Jaehyun, orang yang sangat ramah. Pantas saja para pegawai sangat menghormatinya, kafe ini juga sangat ramai karena tempatnya strategis dan harganya sangat cocok dengan para remaja.
"Jaemin, kamu sekolah dimana?" tanya Jaehyun setelah menjelaskan beberapa macam pekerjaan di kafe ini.
"Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Gama Bangsa." Jawab Jaemin.
Jaehyun terkejut, "Oh iya? Anakku juga disitu, dia mungkin satu angkatan denganmu."
"Maaf, Pak. Kalau boleh tahu, siapa namanya?" tanya Jaemin.
"Huang Renjun."
KAMU SEDANG MEMBACA
MASA SMA - JAEMREN
FanfictionTitik koordinat kami bertemu pada tahun 2017, hingga membentang menuju koordinat lain pada tahun 2020. Warn f u : stfu if y'r a homophobic