11

16.9K 1.5K 174
                                    

"Hohoho~ lihat ini~" suara sang Uchiha senior mengalihkan perhatian seluruh penghuni di ruang tamuㅡyang mana adalah anak, menantu dan kedua cucu lelakinyaㅡsambil menggendong seorang bayi lucu menggemaskan dan diikuti seorang pemuda pirang di belakang. Baru kembali ke rumah dari halaman samping.

Empat orang yang melihat kedatangan sang Uchiha senior tidak berani berkomentar. Apalagi melihat wajah senang dari Madaraㅡyang jarang sekali terlihatㅡah, pernah sih dilihat, tapi sewaktu Itachi dan Sasuke lahir. Setelah itu tak pernah lagi. Madara duduk di sofa panjang yang berhadapan dengan sofa yang ditempati oleh si raven muda yang tengah menyelesaikan tugasnyaㅡmerapikan perlengkapan Menma dan memasukkan ke dalam tas.

Agak terheran-heran sebab si bayi gembul tidak menangis. Malah tertawa dan menatap mereka dengan iris biru yang berbinarㅡyang bulat besarㅡuh, lucunya! Mulutnya bergerak-gerak mengucap satu kata, "Mam-mam-mam!"

Madara mengalihkan perhatian pada cicit lucunya, memandang penuh sayang, "Kau lapar? Bukankah sudah sarapan tadi?" mengajak si bayi bicara sembari telunjuknya mengusap-usap pipi gembil Menma.

SUNGGUH PEMANDANGAN YANGㅡyang ... yang ... bagaimana mendeskripsikannya?! Seluruh Uchihaㅡselain Madara, si pemuda pirang dan Menmaㅡterpukau. Maksud terpukau disini; lebih merasa sang Uchiha senior sangat tidak cocok berprilaku OOC begitu. Dengan wajah datar, surai raven panjang acak-acakan, rasanya lebih baik melihat Madara memberikan tatapan menusuk dibanding tatapan penuh cinta kasih. Walau ini orang paling berpengaruh di klan Uchiha dan mengucapkannya terang-terangan bisa menyebabkan amukan dahsyat Madara, tapi dalam hati masing-masing merasa jyjyk.

Kimochiwarui, batin mereka bersamaanㅡoh, khusus Fugaku, wajahnya tetap lempeng.

Si pirang yang berdiri dekat sang Uchiha senior buru-buru menghampiri si bungsu raven lalu membungkuk, "Maaf, Tuan. Seharusnya aku yang merapikan perlengkapan Menma."

"Ie, daijoubu," ia membalas sekenanya.

Naruto mengangguk. Dia menyingkir. Menjauh. Yang lain melanjutkan aktivitas setelahnyaㅡtidak banyak yang dipersiapkan karena mereka cuma menginap semalam. Namun, para lelaki Uchiha tampak mengenakan pakaian rapi yang kemungkinan mereka akan langsung ke kantor tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu.

"Ah, sayang sekali kalian cuma sehari di sini. Aku masih ingin menggendong cicitku ...." Ujar sang Uchiha senior. Jari telunjuk yang tadi mengusap-usap pipi si bayi lucu nan menggemaskan mengambang di udara; di depan muka Menma. Menjadi perhatian si bayi. Oh, pandangan Madara kini tertuju pada putra, menantu dan kedua cucu lelakinya. Sedikit berharap jika mungkin cicitnya tinggal lebih lama di sini.

Fugaku serta Mikoto langsung merasa tak enak. Jarang sekali sang Uchiha senior mengeluh seperti itu. Mungkin karena Menma baru mau digendong pagi ini, jadi sang Uchiha senior merasa belum mau melepas cicitnya. Tak masalah sih jika si bayi gembul berada di sini lebih lamaㅡbersama si pengasuh tentunyaㅡtetapi ..., Fugaku dan Mikoto saling berpandangan. Mereka sama sekali tak membahas bakal begini.

"Anoo, tousan ... sumimasen, cuma ... pun Sasuke belum terbiasa dengan Menma. Jadi kami ingin Sasuke lebih bertanggung jawab pada putranya sendiri." Mikoto takut-takut menjelaskan.

Sementara si pemilik nama yang disebut sedikit berjengit. Oh, ya ampun. Kaasan, jangan tiba-tiba menyebut namaku begitu. Sasuke ngedumel dalam hati.

Sang Uchiha senior menghela, "Souka ...." Yah, bagaimanapun Sasuke adalah ayah si bayi gembul nan lucu. Terlebih cucunya itu memang sangat kakuㅡbelum pantas menyandang prediket orang tuaㅡkarena belum memahami si bayi. Mesti banyak waktu yang dihabiskan agar dia memiliki insting seorang ayah. Tidak seperti ... melirik ke arah seorang bersurai pirang yang bediri dekat dengan Uchiha bungsu; selain memerankan pengasuh, dia melakoni peran orang tua secara terselubung.

Heart [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang