Karena ada tiga yang menjawab pesan caya di dinding(?), caya hargai dan putuskan untuk lanjut publish cerita ini. Tapi, updatenya nggak menentu. Tergantung mood juga chapter yang selang-seling; nggak beruntun. Bagi yang penasaran pengin langsung lanjut baca chapter selanjutnya bisa ke KK, tapi bagi yang imannyaㅡahemㅡkuat, bisa tunggu di watty atau nanti info pdf dan cetaknya publish.
Okay. Tanpa banyak cincong, cekidot~
.
.
.
Senyum terukir di bibir pemuda bersurai pirang yang sedang merapikan peralatan makan bayi sembari sesekali menatap si gembul menggemaskan yang kini berada di pangkuan sang Nyonya rumah. Si gembul yang sudah tidak murung dan mulai aktif kembaliㅡwalau belum seperti sebelumnyaㅡtapi Menma akan sangat gembira bila diperlihatkan wajah ayahnya. Oleh karena itu Mikoto berinisiatif melakukan panggilan video pada putra bungsunya setelah Menma menyantap makan siang dan minum obat. Ketika wajah si raven muda muncul maka si gembul akan melonjak-lonjak girang dan berceloteh.
Menma sudah mengenali wajah ayahnya.
"Bah! Bah! Buuuu!" Suara si gembul memehuni ruang keluarga disusul gelak tawa dan tangan kecilnya yang saling bertepuk.
Di layar ponsel milik sang Nyonya tampak Sasuke mengukir senyum kecil menanggapi ocehan si gembul yang unyu dan minta di culik ini. "Ha'i, ha'i, Menma. Apa sudah makan dan minum obat?"
"Tentu saja." Mikoto menyahut, "Kau sedang tidak sibuk kan, Sasuke?"
Si bungsu Uchiha mengangguk, "Jam makan siang belum selesai."
Kegiatan panggilan video ini sudah dilakukan beberapa kali. Kadang si sulung Uchiha, kadang sang Nyonya, pun sekali sang Tuan rumah yang melakukannya. Sejak mereka memahami bila Menma merindukan ayahnya. Juga Sasuke menyempatkan waktunya untuk menyapa Menma, mengobrol entah apa dan bermain sebentar. Iya, muka teplon dan kulkas kita itu mau meladeni si bayi gembul dan meluruhkan segala egonya. Wajahnya tidak pernah datar atau menekuk bila sedang menyapa si gembul. Nada suara pun berubah. Sasuke mulai beradaptasi menggunakan nada rendah dan bertanya basa-basi. Kemajuan yang sangat pesat!
Senyum si pirang tidak pudar menyaksikan Menma yang bermain dengan ayahnya melalui panggilan video. Melihat si bayi gembul yang ceria dan riang, hati ibu mana yang tidak senang. Apalagi interaksi tersebut belum pernah terjadi. Naruto jadi membayangkan bagaimana jika Tuan mudanya itu pulang dan bertemu Menma ... apa bakal mendekap si bayi lalu enggan melepaskan? Akan bersama Menma sepanjang hari? Dia saja yang rindu Menma; memeluk si gembul itu sepanjang malam saja tidak cukup.
Untuk apa aku memikirkan hal itu? Si pirang menggeleng. Dia permisi pada sang Nyonya lalu membawa peralatan makan Menma yang kotor ke belakang untuk dibersihkan.
Selesai merapikan peralatan makan bayi di lemari penyimpanan, Naruto meraih gelas berbahan plastik dan membuka lemari pendingin. Mengambil botol besar berisi air dan menuang sedikit isinya ke gelas. Dia tidak buru-buru kembali ke ruang keluargaㅡMenma bersama Neneknya, juga dia tidak mungkin berada di sisi sang Nyonya saat tidak melakukan apa-apa. Naruto menenggak isi gelasnya dan mengembalikan botol tadi ke tempat semula.
Dia berjalan ke arah samping dapur sambil membawa gelas plastik yang masih berisi setengah. Di sana ada sebuah pintu yang mengarah ke halaman. Halaman kecil yang diperuntukkan untuk tanaman-tanaman hias. Beberapa kali Naruto ke sana untuk beristirahat sambil memandangi warna-warni dari tanaman milik sang Nyonya. Karna halamannya kecil dan dipenuhi tanaman hiasㅡtentunya bunga-bungaㅡdi sana di penuhi aroma tanaman yang menenangkan. Bisa membuat rileks dan nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heart [3]
FanficKediaman Uchiha dibuat gempar ketika sesosok bayi berambut ravenㅡyang merupakan ciri khas keluarga berlambang kipas iniㅡmuncul di depan pintu rumah. Ditambah secarik kertas yang berisikan tulisan; Uchiha Menma. Anakmu, Uchiha Sasuke. Oㅡwow! Seisi ru...