12

16.1K 1.6K 503
                                    

BGM : Da-iCE - Two As One

***

Rapat yang biasa diadakan setiap sekali sebulan telah selesai. Para petinggi perusahaan satu-persatu keluar dari ruangan sambil saling mengobrol. Tak lupa menyapa sang Presdir dan kedua putranya yang juga memliki jabatan di perusahaan ini. Mengobrol sedikit kemudian pamit. Hingga menyisakan sang Presdir dan kedua putranya. Ah, bukan mereka memiliki urusan lain di ruang meeting, tetapi Itachi yang menahan langkah sang Uchiha senior lalu menutup pintuㅡsupaya tidak ada yang mengetahui bila mereka masih di dalamㅡpun supaya tak ada yang mencuri dengar karena melihat ketiganya belum keluar dari ruang meeting.

Tidak bermaksud berprasangka, namun lebih baik bersiaga. Apalagi ini bukan sesuatu yang berurusan dengan pekerjaan; yang ingin dibicarakan Itachi mengenai urusan pribadiㅡlebih tepatnya perihal yang ada di rumah. Setelah memastikan keadaan, si sulung Uchiha mulai buka mulut, "Anoo ..., apa tousan sudah mendapatkan informasi mengenai ibu kandung Menma?"

Jujur saja Fugaku sedikit terkejut mendengar pertanyaan putra sulungnya. Dia kira mereka sudah melupakan permasalahan ini sebab tidak pernah dibicarakan sejak si pengasuh datang. Apalagi ia yang telah mengetahui kebenaran sesungguhnya. Tapi, di awal mereka memang telah menyepakati akan mencaritahu siapa ibu Menma. Tapiㅡsekali lagiㅡia telah membuat janji dengan Naruto; tidak akan mengatakan pada siapapun tentang kebenarannya.

Fugaku melirik ke arah putra bungsunya yang juga menatap ke arahnya, namun kelihatan tidak tertarik. Jika terus begini, Sasuke akan sulit bertanggung jawab. Tidak hanya pada Menma, juga pada si pirang. Meski tidak ada permintaan pertanggung jawaban, tetapi tak mungkin ia membiarkannya begitu saja. Banyak cara bertanggung jawab dan Fugaku ingin si bungsu Uchiha melakukan salah satunya dengan inisiatif sendiri. Walau butuh waktu yang panjang agar si raven muda itu paham.

Menghela napas sejenak, Fugaku menunjukkan ekspresi menyesal, "Gomen, karena tidak punya petunjuk, aku belum menemukan apapun. Sepertinya akan sulit mencarinya."

Itachi mengangguk. Mereka tidak punya petunjuk apapun. Menma datang pada malam hari, cctv di gerbang depan saat itu tidak berfungsi dan penjaga tak melihat siapapun yang datangㅡentah mungkin sedang meninggalkan tempat jaga. Apalagi sekitaran kediaman Uchiha adalah rumah-rumah besar yang kebanyakan penghuninya jarang keluar. Bertanya pun mereka tidak menemukan informasi. Maka dari itu cukup sulit mengetahui siapa yang meletak Menma di depan rumah.

"Ano, tousan ...," kalimat si sulung mengambang ketika ia melirik ke samping dan melihat Sasuke yang diam saja. Walau dia suka sekali menganggu adiknya yang bertampang datar, namun saat ini bukanlah waktu untuk terus bersikap tak acuh. Itachi menepuk lengan si raven muda menyebabkan Sasuke meringis, "Jangan diam saja. Kau yang bilang pada tousan."

"Tapi itu ide aniki. " Sasuke mengusap lengan yang terasa sakit. Keningnya mengerut pertanda jengkel.

"Dan kau adalah ayahnya Menma!" Telunjuk si sulung tepat menunjuk muka adiknya. Itachi cukup terganggu dengan sikap masa bodoh milik Sasuke yang sangat keterlaluan.

Fugaku tidak mengerti. Cuma bisa memandang pertengkaran kecil kedua putranya. Entah apa yang ingin mereka beritahu. Ia menunggu sembari menatap si bungsu yang masih memperlihatkan muka kesal. Kerutan di kening makin jelas ditambah dengusanㅡhanya si sulung yang selalu bisa membuat muka datar Sasuke memperlihatkan ekspresiㅡya, ekspresi kesalㅡdan emosi.

Sasuke menghembus napas kasar, tidak terima karena dilibatkan begini. Karena Itachi yang punya ide, ia kira kakaknya akan bicara sendiri. Malah menyeretnya ikut bicara. "Kami berencana mencari informasi dari rumah sakit di Tokyo. Tapi, pasti sulit mendapatkannya. Jadi, apa kami boleh menggunakan nama ayah?"

Heart [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang