Prologue

173 44 31
                                    

Hello! Welcome to Behind the wall - Prologue.

Mari bertemu Alvina dan Radella disini dan aku harap kalian suka dengan cerita aku kali ini.

Jangan lupa vote ⭐

Jangan lupa vote ⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Happy Reading]

"Kita tak perlu menjadi mereka agar bahagia, karena belum tentu mereka benar-benar bahagia."

- Behind The Wall

Kepakan burung yang lamban laun terjatuh ke tanah terdengar di telinga kedua gadis yang sedang bersantai di rooftop salah satu sekolah terkenal.

Mereka hanya memandang datar ke arah burung yang sepertinya terluka itu, hanya tatapan datar yang mereka berikan kearah burung malang itu, tak ada rasa kasihan di mata mereka.

Karena sudah tidak tahan dengan suara cicitan kesakitan dari burung itu, salah satu dari mereka mendekati burung itu.

"Berisik banget si lo jadi burung! Kalo kesakitan itu diem... simpen tenaga pinter," ucap gadis itu sambil memandang kesal burung itu.

Gadis satunya lagi yang sedang tertidur pulas, mulai terusik akibat cicitan burung yang tak sudah.

"Gue kira itu burung bakal cepet mati, nyatanya enggak. Tolongin gih burungnya daripada makin berisik," ucap gadis tertidur tadi.

"Lo aja mending, El. Kan, lo yang pahan masalah kayak gini. Lo mau itu burung langsung end pas gue obatin? Gua, sih, ogah nanggung dosa. Mending lo aja," gadis yang berada di samping burung itu memandang temannya.

Gadis bernama lengkap Radella Akleema Aurora itu berdiri dari tempatnya dan berjalan ke arah temannya. Radella atau bisa di panggil Della, tapi nama panggilan khusus dari teman di sampingnya ini adalah Ella.

"Minggir lo, Na! Ngalangin tau," gadis yang di panggil 'Na' itu menggeleng polos. Radella hanya menghela nafas kasar karena kepolosan dan muka idiot temannya itu.

Alvina Dayita Delmora. Di panggil Alvina atau sering di panggil Vina tapi dipanggil Ina oleh Radella. Alvina menyingkir ke belakang Radella dengan cepat, dia tidak mau terkena oceh gadis yang bertubuh ideal para jejeran siswi sekolah.

Radella melihat-lihat burung itu, lalu berdiri menggambil tasnya, di dalam tasnya ada kotak P3K yang selalu di bawa kemana-mana oleh dia.

Luka burung itu dibersihkan terlebih dahulu oleh Radella dengan air dan di beri sesuatu yang tidak Alvina ketahui apa itu.

Setelah selesai, Radella membereskan alat-alat P3K dan memasukkan ke dalam tas. Radella berdiri dengan di iringi oleh tatapan bingung Alvina.

"Mau kemana, El?" tanya Alvina.

"Masuk kelas, lah, bego. Dikit lagi bel. Gua mau nyalin tugas fisika bocah," Alvina hanya mengangguk dan berdiri mengikuti Radella yang sudah berjalan lebih dulu.

Saat hampir sampai pintu rooftop dia kembali lagi menuju tempat tadi dia bersantai dan menggambil tasnya yang hampir saja tertinggal.

Alvina memandang kembali burung tadi dan memandang langit yang sedikit mendung, lalu melihat ke arah burung itu dengan tatapan kasihan.

"Cari tempat teduh sendiri ya burung, gua males nyariin soalnya. Bye bird, I hope you don't die in the rain," ucap Alvina sembari melambaikan tangannya berjalan kearah pintu dan menutupnya kembali.

Hujan turun di pelajaran pertama dengan sangat lebat. Alvina memandang air yang mengalir deras turun jatuh ke tanah.

"Semoga aja tuh Burung udah nemu tempat teduh," ucap Alvina datar dan mulai fokus mendengarkan penerangan guru.[]

Behind the wallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang